TUGAS AKHIR 1
TEKS REFLEKTIF MULIMODA
A. Identitas
Buku
Judul
: Soekarno,
Arsitek Bangsa
Penulis : Bob Hering
Cetakan
: September 2012
Jumlah halaman
: 136 Halaman
Penerbit
: Kompas
B.
Catatan
Kredibilitas Buku
Buku ini ditulis oleh orang yang ahli
di bidangnya, yaitu Bob Hering
yang merupakan salah satu tokoh pada zaman pra kemerdekaan. dan sekaligus
merupakan seorang sastrawan di bidangnya. Bob Hering adalah tokoh yang sangat
mengagumi sosok Insinyur Soekarno. Selain buku tentang biografi Soekarno, Bob
Hering juga telah menulis beberapa buku biografi lainnya seperti biografi Mohammad Hoesni Thamrin dan masih banyak lagi. Salah
satu karya Bob Hering yang berjudul “Soekarno, Arsitek Bangsa” ini
diterbitkan oleh kompas yang merupakan salah satu lembaga penerbit terpercaya.
Jadi, tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya.
C.
Ikhtisar Buku
Buku yang berjudul “Soekarno, Arsitek Bangsa” karya Bob Hering
ini mengisahkan tentang biografi serta perjalanan hidup sang proklamator
legendaris bangsa Indonesia yakni Insinyur Soekarno. Kisah Ir Soekarno dalam
buku ini dikemas dalam beberapa bagian. Pada bagian pertama, kita dibawakan
sejarah singkat mulai dari kelahiran Soekarno. Kutipan menarik Soekarno dari
Ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben.”Jangan, jangan pernah kau lupakan bahwa
kau anak fajar. Kau akan menjadi pemimpin besar bangsa ini karena ibumu
melahirkan dirimu pada waktu fajar.”Soekarno pun menambahkan, “Kelahiranku
bukan hanya fajar permulaan hari yang baru melainkan juga fajar suatu abad yang
baru.”. Ada yang menarik mengenai nama yang diberikan oleh orang tuanya.
Semula anak dari Raden Soekemi Sosrodihardjo diberi nama Koesno, lahir tepat
pada hari Kamis 6 Juni 1901. Akan tetapi Koesno kecil
penyakitan.Kedua orang tuanya lantas mengganti namanya menjadi Karno atau
Soekarno-“Karno terbaik”.
Sepak terjangnya dalam dunia perpolitikan
dimulai setelah bertemu H.O.S.Tjokaminoto, Pimpinan Serikat Islam
saat masih sekolah di HBS (sekolah berbahasa Belanda) Surabaya. Tak hanya Tjokroaminoto,
Soekarno juga mulai mengenal tokoh-tokoh Marxis Indonesia yang
memepengaruhi corak pemikirannya seperti Muso, Semaun dkk. Namanya mulai dikenal saat
membuat perkumpulan Indische Partij dengan Douwes Dekkker dan
Ki Hajar Dewantara atau yang dikenal dengan Tiga Serangkai. Keaktifannya dalam organisasi
pergerakan dan sempat memimpin partai PNI dan Partindo, Soekarno beberapa kali
diasingkan oleh Belanda ke luar jawa bahkan hal itu dilakukan saat beliau
menjabat Presiden.
Puncak karirnya adalah
memproklamirkan berdirinya negara Indonesia setelah beberapa abad dijajah oleh
Belanda dan Jepang. Kemampuannya dalam menyampaikan Pidato membuatnya di kenal
dengan “Penyambung lidah rakyat”. Di Bidang Internasional, nama
Soekarno semakin melejit setelah mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung
pada bulan Aprtil 1955, yang salah satun putusannya menciptakan Konsep Dunia
Ketiga berkat Presiden Soekarno.
Dalam beberapa foto, Presiden
Soekarno terlihat bersama wanita yang menyertanyai dalam kehidupannya.Dari
mulai Oetari, Putri Tjokroaminoto yang pernikahannya gagal ditengah jalan,
kemudian Inggit Garnasih, ibu kos yang beliau nikahi saat masih sekolah di HBS. Saat diasingkan ke
Bengkulu,Soekarno mempersunting Ibu Fatmawati sebagai Istrinya sampai
beliau menjadi Presiden. Lalu Hartini Soewondo yang setia
menemani soekarno sampai berakhir jabatan kekuasaannya .Juga pernikahan yang berbau
politis dengan Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi dari Jepang.
Sosok manusia jauh dari kata
sempurna, termasuk Presiden Soekarno. Kontroversipun kerap kali
mendatanginya. Masalah Konfontasi terhadap Malaysia, memutuskan keluar dari
PBB dan melakukan hubungan diplomatik dengan China, menyertainya sampai beliau
akhirnya menanggalkannya kekuasaannya dan wafat pada tanggal 22 Juni 1970. Bukan berarti lembaran hitam
itu menjadikannya kesalahan yang dia pertanggung jawabkan. Namun harus diakui
tanpa kehadiran Soekarno, takkan ada yang namanya negara Indonesia. Sudah selayaknya ia
mendapatkan hari yang spesial untuk menghormati jasa-jasanya dalam
memeperjuangkan negeri ini.
D.
Nilai-Nilai
Buku yang berjudul “Soekarno, Arsitek Bangsa” karya Bob
Hering ini merupakan salah satu buku biografi yang ditulis sang
pengarangnya dengan tujuan memaparkan bagaimana perjalanan hidup sang
proklamator yang namanya hingga kini sangat dikenal dan melekat pada hati
setiap warga Indonesia yakni Insinyur Soekarno. Buku ini seakan-akan merupakan
wujud ungkapan bahwa sosok Soekarno benar-benar merupakan sosok yang sangat
luarbiasa. Hal itu juga digambarkan melalui kisah Soekarno yang banyak sekali
ikut andil dalam memerdekakan Indonesia.
Dengan menulis buku yang berjudul “Soekarno, Arsitek Bangsa” ini, Bob Hering
ingin mengangkat bagaimana sosok bapak proklamator yang selama ini namanya
selalu dikenang. Terutama di kalangan generasi muda. Dalam hal ini, sang
penulis ingin menggugah semangat nasionalisme melalui kisah-kisah inspiratif
dari sang proklamator yakni Insinyur Soekarno. Selain itu, buku ini juga
mengandung nilai-nilai dimana rasa nasionalisme para tokoh pra kemerdekaan
begitu besar dan juga berpegaruh bagi bangsa Indonesia serta, dalam buku ini
diajarkan nilai-nilai keberanian dalam menentang sesuatu hal yang salah dan
berani berkorban untuk bangsa serta negara.
E.
Refleksi
Buku
yang berjudul “Soekarno, Arsitek
Bangsa” karya Bob Hering ini memberikan banyak inspirasi kepada para
pembaca utamanya bagi para penerus bangsa. Mengingat para generasi muda bangsa
Indonesia sekarang mulai hilang kesadaran berbangsa dan bernegara. Mereka lebih
mencintai budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia ketimbang budaya asli
milik Indonesia sendiri. Hal itu menyebabkan rasa nasionalisme para pemuda
mulai luntur serta hilangnya kebanggaan terhadap tanah air Indonesia. Buku ini bisa
menjadi salah satu sarana untuk membangkitkan jiwa para pemuda dan generasi
penerus bangsa agar lebih mencintai tanah air serta membangkitkan perasaan
nasionalisme agar para generasi bangsa dapat meneladani sikap kegigihan dan
keberanian para tokoh pendiri bangsa dalam membela tanah airnya. Sehingga buku
ini dapat memacu semangat para pemuda untuk menjadikan bangsa Indonesia cerah
dan menjadi lebih baik lagi.
F.
Artikel
Reflektif
Negeriku
Aliran darahku
Karya: Prita Intan sari
Dalam siklus kehidupan, merupakan
sesuatu yang wajar bila terjadi sebuah kelahiran dan kematian. Hal itu
merupakan siklus yang tidak bisa dihapuskan dan merupakan sekenario dari Tuhan
Yang Maha Esa. sebuah kematian akan identik dengan perasaan sedih dan
kehilangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah kelahiran pasti identik dengan
kebahagiaan dan juga harapan-harapan baru, khususnya harapan orang tua pada
anak yang dilahirkannya. Harapan-harapan itupun tak jarang dituangkan dalam
wujud sebuah nama yang disematkan kepada sang bayi yang baru melihat dunia
tersebut sebagai wujud do’a dari kedua orang tuanya. Hal ini pulalah yang
terjadi kepada Sang proklamator bangsa kita yakni bangsa Indonesia Insinyur
Soekarno yang hingga saat ini namanya masih melekat pada setiap hati masyarakat
Indonesia. Soekarno adalah seorang anak yang terlahir dari seorang wanita yang
bernama Ida Ayu
Nyoman Rai Sarimben. Dengan kelahiran ini, ibu Soekarno berharap bahwa
anaknya kelak akan menjadi seorang pemimpin besar. Soekarno yang awalnya diberi
nama Koesno
karena terlahir
tepat pada hari Kamis 6 Juni 1901 ini yang kemudian harus berganti nama dengan nama Karno
atau Soekarno- yang berarti “terbaik”. Hal itu dilakukan orang tua Soekarno karena Koesno kecil sering
sakit-sakitan. Dengan mengganti nama Koesno menjadi nama Soekarno, orang tuanya
berharap bahwa Soekarno kelak akan menjadi seseorang yang kuat, tangguh,
pemberani serta menjadi pemimpin besar.
Mengingat bahwa nama Karno
atau Soekarna adalah nama salah seorang kesatria pada tokoh pewayangan
Mahabarata yang digambarkan sebagai kesatria yang kuat dan gigih, begitu
pulalah harapan yang tersemat pada nama baru Soekarno ini. Alhasil, harapan
kedua orang tua Soekaro ini menjadi kenyataan. Soekarno benar-benar menjadi
pemimpin besar bangsa Indonesia. Bahkan Soekarno bias dibilan bapak kemerdekaan
serta bapak proklamator bangsa Indonesia. Soekarno mengawali perannya dalam
membangun bangsa Indonesia dengan terjun ke dunia politik. Sepak terjangnya dalam dunia
perpolitikan dimulai setelah bertemu H.O.S.Tjokaminoto, Pimpinan Serikat Islam
saat masih sekolah di HBS (sekolah berbahasa Belanda) Surabaya. Tak hanya Tjokroaminoto,
Soekarno juga mulai mengenal tokoh-tokoh Marxis Indonesia yang
memepengaruhi corak pemikirannya seperti Muso, Semaun dkk. Namanya mulai dikenal saat
membuat perkumpulan Indische Partij dengan Douwes Dekkker dan
Ki Hajar Dewantara atau yang dikenal dengan Tiga Serangkai. Keaktifannya dalam organisasi
pergerakan dan sempat memimpin partai PNI dan Partindo, Soekarno beberapa kali
diasingkan oleh Belanda ke luar jawa bahkan hal itu dilakukan saat beliau
menjabat Presiden.
Meskipun beberapa kali
mendapat perlawanan dari kubu penjajah dan berulangkali diasingkan, semangat
Soekarno dalam memerdekakan Indonesia tidak pernah luntur. Ia menngobarkan
semangat kemerdekaan pada seluruh rakyat Indonesia dengan kemampuannya
beretorika. Lewat pidato-pidatonya yang penuh semangat itu, Soekarno berhasil
menggerakkan rakyat Indonesia untuk tidak takut kepada penjajah dan berani
merebut kemerdekaan milik Indonesia. Puncak karir Soekarno ini adalah pada saat diproklamirkan berdirinya
negara Indonesia setelah beberapa abad dijajah oleh Belanda dan Jepang. Kemampuannya dalam
menyampaikan Pidato membuatnya di kenal dengan “Penyambung lidah rakyat”. Di Bidang Internasional, nama
Soekarno semakin melejit setelah mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung
pada bulan April 1955, yang salah satun putusannya menciptakan Konsep Dunia
Ketiga berkat Presiden Soekarno. Hingga saat inipun nama Soekarno
tetap abadi sebagai seorang tokoh pemimpin besar yang sangat berperan dalam
kemerdekaan Indonesia dengan jiwa dan semangatnya yang abadi dalam
lantunan-lantunan retorikanya.
G.
Puisi
Reflektif
Ingatku
pada Merahmu
Karya: Prita Intan Sari
Sematku
memuncah renung
Waktu seakan
berbaris dalam senyum
Ingatku pada
merahmu
Ronta jiwa
yang tak pernah mati menyambar
Rajutan
retorika itu
Menggema
dalam bingar
Liar mati dan
berkobar pada sejati yang tak pudar
Abadimu pada
kalimatmu
Kini, ranum
sudah negerimu
Kaupun tenang
dalam abadimu
Sematan tanda
merah pada bahumu
Kau rengkuh
dalam janjiku
Kini darahmu
telah beku
Namun lisanmu
tetap merdu
Dalam hati
setiap serdadu
TUGAS AKHIR 2 ANALISIS TEKS LHO DAN DESKRIPTIF
TEKS
LHO
Makhluk di Bumi Ini
Benda di dunia dapat dikelompokkan
atas persamaan dan perbedaannya. Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih
mudah dipelajari. Semua benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua
kelompok, yaitu benda hidup dan benda mati. Yang pertama sering disebut benda
hidup dan yang kedua disebut benda mati. Benda hidup mempunyai ciri umum,
seperti bergerak, bernapas, tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup juga
membutuhkan makanan. Benda mati dibedakan dari benda hidup karena benda mati
tidak mempunyai ciri umum tersebut. Kera, tumbuh-tumbuhan, ikan, dan bunga
adalah contoh benda hidup. Sementara
itu, kaca, air, plastik, baja, dan oksigen adalah contoh benda mati.
Benda hidup dapat dikelompokkan lagi
menjadi hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pengelompokan itu dilakukan
karena keduanya berbeda dalam beberapa hal. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai otak,
jantung, paru-paru, dan darah, tetapi hidup. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat
melakukan sesuatu yang sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh hewan.
Tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan makanan sendiri, sedangkan hewan tidak. Rumput,
gandum, dan tanaman keras adalah jenis tumbuh-tumbuhan. Namun tidak semua
tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi tumbuh-tumbuhan berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak
berbunga. Mawar, jagung, dan tanaman buah mempunyai bunga, tetapi jamur, lumut
dan pakis tidak.
Selanjutnya, hewan dapat dibagi menjadi
vertebrata dan invertebrata. Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia,
burung, kucing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang
belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. Terdapat lima kelompok
vertebrata, yaitu mamalia, burung, amfibia, reptilian, dan ikan.
ANALISIS TEKS
A. Analisis
Struktur Isi Teks Laporan Hasil Observasi
1.
Judul
Judul teks
LHO di atas adalah “Makhluk di Bumi Ini”
2.
Pernyataan Umum (Klasifikasi)
Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan
perbedaannya. Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih mudah dipelajari. Semua
benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu benda hidup
dan benda mati. Yang pertama sering disebut benda hidup dan yang kedua disebut
benda mati. Benda hidup mempunyai ciri umum, seperti bergerak, bernapas,
tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup juga membutuhkan makanan. Benda
mati dibedakan dari benda hidup karena benda mati tidak mempunyai ciri umum
tersebut. Kera, tumbuh-tumbuhan, ikan, dan bunga adalah contoh benda hidup.
Sementara itu, kaca, air, plastik, baja, dan oksigen adalah contoh benda mati.
3.
Deskripsi bagian
Tumbuh-tumbuhan tidak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai otak, jantung, paru-paru, dan darah, tetapi hidup. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat melakukan sesuatu yang sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh hewan. Tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan makanan sendiri, sedangkan hewan tidak. Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis tumbuh-tumbuhan. Namun tidak semua tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga
Tumbuh-tumbuhan tidak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai otak, jantung, paru-paru, dan darah, tetapi hidup. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat melakukan sesuatu yang sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh hewan. Tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan makanan sendiri, sedangkan hewan tidak. Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis tumbuh-tumbuhan. Namun tidak semua tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga
4.
Deskripsi manfaat
Dalam teks
yang berjudul “Makhluk di Bumi ini” tidak terdapat deskripsi manfaat, karena
teks LHO diatas melaporkan hasil observasi makhluk hidup. Sehingga hanya
terdapat pernyataan umum yang didalamnya disertai klasifikasi yang disusul oleh
deskripsi bagian yang berisi ciri-ciri dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa struktur teks laporan hasil observasi diatas hanyalah
mencakup pernyatan umum yang disertai klasifikasi dan deskripsi bagian yang
disertai dengan ciri-cirinya.
B.
Ciri
Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi
|
No.
|
Ciri
|
Bukti dalam
Teks
|
|
1.
|
Menggunakan kata benda penjenis dan kata benda pendeskripsi.
|
Benda di dunia dapat dikelompokkan atas
persamaan dan perbedaannya. Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih mudah
dipelajari. Semua benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu benda hidup dan benda mati.
Benda
hidup mempunyai ciri umum, seperti
bergerak, bernapas, tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup juga
membutuhkan makanan. Benda mati dibedakan dari benda hidup karena benda mati
tidak mempunyai ciri umum tersebut.
|
|
2.
|
Menggunakan kata kerja yang dapat digunakan untuk menjelaskan ciri teks
|
Benda
hidup mempunyai ciri umum, seperti
bergerak, bernapas, tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup
juga membutuhkan makanan. Benda
mati dibedakan dari benda hidup karena benda mati tidak mempunyai ciri umum
tersebut.
|
|
3.
|
Menggunakan kata kerja dalam menjelaskan prilaku/ sifat.
|
Benda
hidup juga membutuhkan makanan.
tumbuh-tumbuhan
dapat melakukan sesuatu yang
sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh hewan.
|
|
4.
|
Menggunakan pernyataan fakta.
|
Semua
benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu benda
hidup dan benda mati.
.Tumbuh-tumbuhan
dapat menghasilkan makanan sendiri,
sedangkan hewan tidak. Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis
tumbuh-tumbuhan. Namun tidak semua
tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi tumbuh-tumbuhan
berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak
berbunga.
|
|
5.
|
Menggunakan istilah teknis/ ilmiah.
|
Selanjutnya, hewan dapat dibagi
menjadi vertebrata dan invertebrata. Vertebrata bertulang
belakang meliputi manusia, burung, kucing, katak, dan lain-lain, sedangkan
invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan
laba-laba. Terdapat lima kelompok vertebrata, yaitu mamalia, burung, amfibia,
reptilian, dan ikan.
|
TEKS DESKRITIF
Anggora di Pinggiran Jalan
Sore hari pada saat perjalanan menuju rumah, seperti
biasa aku mengendarai sepeda gunungku dan menyusuri sepanjang jalan Basuki
Rahmat Bandar Lampung. Dalam perjalanan aku melihat sebuah kotak kardus
berukuran sedang yang terlihat agak aneh dan mengundang rasa penasaranku.
Kardus tersebut ditutup dan direkatkan dengan menggunakan selotif hitam di
bagian atasnya. Pada bagian tengahnya dilubangi dengan diameter sekitar 3 cm sebanyak
lima lubang. Rasa penasaranku semakin menjadi dan selanjutnya kuguncang kardus
tersebut. Tiba-tiba terdengar suara khas seekor hewan yang tak asing bagiku.
Suara tersebut semakin menjadi seakan meminta pertolongan padaku. Kusobek
bagian lubang kardus berdiameter 3 cm tersebut. Benar dugaanku, seekor kucing
malang berwarna putih yang terlihat di depan mata kepalaku.
Kucing ini memiliki bulu berwarna putih dengan
garis-garis loreng hitam ditepian telinga sampai bagian tubuh belakangnya.
Hidungnya agak pendek jika dibandingkan dengan kucing rumahan pada umumnya.
Berat dan bentuk tubuhnya proporsional, tidak berat dan tidak juga terlalu
ringan. Kakinya agak sedikit panjang. Ekornya sedikit panjang dibandingkan
dengan kucing rumahan lainnya. Matanya berwarna biru menyala. Kumisnya
menegaskan kesan elegan yang nampak pada parasnya. Warna kekuningan yang
menyelimuti bulu putihnya berasal dari debu-debu yang menempel pada tubuhnya.
Kubersihkan perlahan, namun nampaknya sulit jika tidak dimandikan. Kucing ini sangat
manis dan lucu. ia menyiratkan wajah memelas seolah memohon padaku untuk
membawanya pulang. Aku pun tak habis pikir, siapa yang tega membuang kucing
semanis ini. Aku memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah dan memeliharanya.
Sesampainya di rumah, segera kumandikan kucing malang
ini dengan air hangat. Ia nampak sangat terbiasa ketika bulu-bulu putihnya
dibasuh dengan air. Kuduga kucing ini dahulu adalah kucing peliharaan yang
mungkin saja mahal harganya. Aku tak memahami apapun tentang kucing, tapi sudah
kuputuskan bahwa aku akan memeliharanya. Aku pun mencari referensi mengenai
spesifikasi dan jenis kucing seperti apa yang kutemukan sore tadi. Rasa ingin
tahuku semakin menjadi ketika mengetahui kucing putih itu memperhatikanku
dengan kepalanya yang agak sedikit dimiringkan, sungguh menggemaskan. Kucari
referensi tentang jenis kucing di internet dan pada akhirnya aku memahami bahwa
kucing yang aku temukan ini adalah jenis anggora. Luar biasa, di saat
orang-orang membeli kucing ini dengan harga mahal, aku malah menemukannya di
pinggir jalan. Semakin senang hatiku dan kuputuskan untuk merawat dan
menjaganya sampai seterusnya.
ANALISIS
A. Struktur
Isi Teks
|
No
|
Analisis kalimat
|
Struktur
|
|
1.
|
" Anggora
di Pinggiran Jalan"
|
Judul
|
|
2.
|
Sore hari pada
saat perjalanan menuju rumah, seperti biasa aku mengendarai sepeda gunungku
dan menyusuri sepanjang jalan Basuki Rahmat Bandar Lampung. Dalam perjalanan
aku melihat sebuah kotak kardus berukuran sedang yang terlihat agak aneh dan
mengundang rasa penasaranku. Kardus tersebut ditutup dan direkatkan dengan
menggunakan selotif hitam di bagian atasnya. Pada bagian tengahnya dilubangi
dengan diameter sekitar 3 cm sebanyak lima lubang. Rasa penasaranku semakin
menjadi dan selanjutnya kuguncang kardus tersebut. Tiba-tiba terdengar suara
khas seekor hewan yang tak asing bagiku. Suara tersebut semakin menjadi
seakan meminta pertolongan padaku. Kusobek bagian lubang kardus berdiameter 3
cm tersebut. Benar dugaanku, seekor
kucing malang berwarna putih yang terlihat di depan mata kepalaku.
|
Identifikasi
|
|
3.
|
Kucing
ini memiliki bulu berwarna putih
dengan garis-garis loreng hitam ditepian telinga sampai bagian tubuh
belakangnya. Hidungnya agak pendek jika dibandingkan dengan kucing rumahan
pada umumnya. Berat dan bentuk tubuhnya proporsional, tidak berat dan tidak
juga terlalu ringan. Kakinya agak sedikit panjang. Ekornya sedikit panjang dibandingkan dengan kucing rumahan
lainnya. Matanya berwarna biru menyala. Kumisnya menegaskan kesan elegan yang
nampak pada parasnya. Warna kekuningan yang menyelimuti bulu putihnya berasal
dari debu-debu yang menempel pada tubuhnya.
|
Deskripsi Bagian
|
B. Ciri Kebahasaan Teks Deskripsi
|
Ciri Bahasa
|
Contoh
Dalam Teks
|
|
Topik yang diambil biasanya
menggunakan kata benda
|
Dalam teks, tampak pada judul
yakni “Anggora di Pinggiran Jalan”
|
|
Menggunakan frase yang mengandung
kata benda
|
Kucing ini memiliki bulu berwarna
putih dengan garis-garis loreng hitam ditepian telinga sampai bagian tubuh
belakangnya. Hidungnya agak pendek
jika dibandingkan dengan kucing rumahan
pada umumnya.
|
|
Mengandung kata sifat yang
menggambarkan objek
|
Kucing
ini sangat manis dan lucu. ia menyiratkan wajah memelas seolah memohon padaku untuk
membawanya pulang. Aku pun tak habis pikir, siapa yang tega membuang kucing semanis ini.
|
TUGAS AKHIR 3 TEKS RESENSI BUKU
TERBARU
RESENSI
Identitas
Buku
Judul
Buku : Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner
Penerbit : Bentang Pustaka dan THC Mandiri
Tahun
Terbit : September 2015
Cetakan : Pertama
Cetakan : Pertama
Penulis : Gina S. Noer
Tebal Buku : 266 halaman
Tebal Buku : 266 halaman
Sang Visioner Perombak Indonesia
Indonesia adalah Negara yang sangat kaya. Indonesia memiliki
keindahan alam serta kekayaan alam yang melimpah dan begitu menakjubkan. Hal
itulah yang membuat Indonesia selalu rawan menjadi incaran bangsa asing. Suatu
bangsa yang kaya akan menjadi bangsa yang maju apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang memadai dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi hingga
bersedia mengabdikan segala hidup dan kemampuannya untuk memajukan bangsanya.
Dengan sumber daya manusia yang maju dan berjiwa nasionalisme tinggilah bangsa
Indonesia bisa menjadi bangsa yang memiliki kekuatan dan maju. Hal inilah yang
ingin ditanamkan Bacharuddin
Jusuf Habibie, sang visioner pertama yang dimiliki Indonesia kepada seluruh
generasi muda bangsa Indonesia. Melalui sosok Bachruddin Jusuf Habibie inilah
seharusnya generasi bangsa dapat lebih meningkatkan rasa nasionalismenya.
Dari sudut pandang inilah, melalui bukunya yang
berjudul “: Rudy Kisah
Masa Muda Sang Visioner”, Gina S. Noer berusaha mengemas
biografi dan sejarah sang visioner jenius yang pernah dimiliki Indonesia
sepanjang masa ini, agar kisah perjuangan sang visioner Rudy habibie mampu
menggugah semangat perjuangan dan nasionalisme generasi bangsa untuk memajukan
bangsa Indonesia tercinta ini. Berbeda dengan buku yang ditulis oleh
Bacharuddin Jusuf Habibie sendiri yang berjudul “Habibie dan Ainun” yang lebih
menekankan pada kisah cintanya bersama Ainun, bukan pada perjalanan serta
perjuangan hidup B.J Habibie sendiri.
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab dipanggil Rudy adalah seorang anak yang terlahir di Pare-Pare Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936. Rudy adalah anak keempat dari pasangan Raden Ayu Toeti Saptomarini dan Alwi Abdul Djalil Habibie. Sedari kecil, sesorang Rudy Habibie merupakan anak yang sangat cerdas serta berkemauan keras. Tidak seperti kebanyakan anak-anak lain yang menghabiskan waktunya untuk bermain, Rudy justru sibuk dengan bacaan-bacaan bukunya demi mencari tahu apa jawaban dari setiap pertanyaan yang selalu memenuhi fikirannya.
Rudy yang terlahir pada masa praproklamasi dulunya adalah seorang anak yang membeci pesawat terbang karena menganggap bahwa pesawat terbang adalah benda yang jahat. Namun, berkat kata-kata ayahnya yang ia panggil dengan sebutan papi, meyakinkan Rudy bahwa tidak semua pesawat itu jahat, dari sinilah sang Rudy kecil bermimpi dan menanggalkan cita-citanya untuk membuat pesawat untuk Indonesia. Sosok ayah bagi Rudy adalah sosok yang luar biasa. Ada satu kalimat yang selalu Rudy ingat dari sang ayah yakni, “Rudy, jadilah seperti mata air yang akan membawa kebaikan bagi sekitarnya”. Kalimat inilah yang menjadikan Rudy seorang yang pekerja keras dan ingin seperti mata air yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Namun
sayang, sosok ayah yang menjadi inspirasinya serta begitu ia cintai ini
berpulang ke haribaanNya pada saat Rudy masih duduk di sekolah menengah
pertama. Saat itulah Raden Ayu Toeti Saptomarini, ibu Rudy bersumpah untuk
meneruskan perjuangan suaminya untuk menuntaskan pendidikan anak-anaknya.
Akhirnya sang ibu mengirim Rudy untuk menempuh pendidikan di Bandung. Akhirnya, Rudypun pergi ke Bandung untuk
menempuh pendidikan sampai akhirnya ia berhasil masuk ke Universitas ternama di
Bandung kala itu yakni “Institut Teknologi Bandung” (ITB).
Dari
sinilah perjalanannya dimulai, setelah satu tahun menempuh pendidikan di ITB,
Rudy Habibie mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Jerman Barat.
“Gelar Insinyur Mesin dan Konstruksi pesawat terbang” diraihnya pada usia 21
Tahun. Dengan bekal ilmu yang telah ia dapat selama menempuh pendidikan di
Jerman, Habibie mampu menjadi orang pertama di dunia yang mampu menunjukkan
cara menghitung urutan keretakan pesawat hingga tingkat atom-atomnya, yang
membuatnya menyandang julukan Mr. Crack yang diberikan oleh kalangan Scientist.
Selain
segi riwayat pendidikan sang visioner, buku ini juga mengisahkan kisah cinta
Rudy dengan gadis yang bernama Illona. Namun sayang, hubungan diantara keduanya
harus kandas lantaran tidak mendapat restu dari sang ibu karena, latar belakang
keyakinan yang berbeda. Dari sinilah akhirnya Rudy dipulangkan ke Indonesia
sebelum akhirnya bertemu dengan ibu ainun dan menikah pada 12 Mei 1962. Setelah
menikah dengan Ainun, Rudy kembali ke Jerman untuk melanjutkan mimpinya membuat
industri pesawat terbang untuk Indonesia.
Nama
Rudy di Jerman sudah banyak dikenal akibat dedikasi dan kecerdasan yang luar
biasa. Maka, tak heran jika banyak Negara tertarik untuk menawarkan kerjasama
dengan Rudy untuk mengembangkan industri pesawat di negara-negara mereka. Namun
istimewanya, Rudy lebih memilih untuk kembali ke Indonesia dan meninggalkan
segala tawaran yang menggiurkan tersebut demi mengabdikan diri dan dedikasinya
untuk tanah kelahiran yang sangat ia cintai yakni Tanah Air Indonesia.
Rudy
kemudian pulang ke Indonesia pada tahun 1974. Kemudian beliau membangun
industri pesawat milik Indonesia sendiri yang diberi nama “Industri Pesawat
Terbang Nusantara” (IPTN) dan berhasil menjadikan Indonesia masuk kedalam tujuh
deretan Negara yang membuat pesawatnya sendiri. Dengan hal itulah Rudy telah
berhasil menggapai mimpi serta menepati janjinya untuk mengabdikan dirinya
kepada tanah air yang sangat ia cintai yakni Tanah Air Indonesia.
Buku ini sangatlah menyentuh dan dapat membuka mata generasi muda bahwa dibalik sosok yang terkenal jenius terdapat perjuangan yang begitu luar biasa. Bahwa kesuksesan tidak pernah mulus dapat diraih begitu saja sejenius apapun orang itu. Buku ini mampu menjadi tauladan bagi para generasi muda untuk lebih mencintai tanah airnya. Babak-babak penceritaan dalam buku ini dikemas secara menarik dan berhasil membawa pembaca seakan-akan berada pada kisah buku ini.
Selain pengemasan yang menarik, buku ini juga dapat pula menjadi buku yang inspiratif karena didalamnya tersirat banyak pesan sreperti pantang menyerah, kesabaran, nilai religiulitas dan lain sebagainya. Buku ini sangat direkomendasikan untuk para pembaca terutama bagi generasi muda bangsa yang pada era modernisasi ini lebih terpengaruh budaya malas serta rasa nasionalisme yang mulai luntur. Namun yang disayangkan adalah dalam pengemasan bahasa yang digunakan dalam gaya penceritaan buku ini terkadang membuat pembaca sedikit merasa bosan. Terlebih dari hal itu, buku ini merupakan buku yang sangat dianjurkan untuk pembaca karena dapat menggugah semangat pembaca untuk terus berjuang dan berkarya untuk negeri ini.
MENILAI
RESENSI BUKU MILIK TEMAN
Resensi Aprillia Kartika C.D.P.
Judul Buku : Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman - Warisan Pemikiran K.H.
Abdurrahman Wahid
Editor : Frans
M. Parera dan T. Jakob Koekerits
Penerbit : Buku Kompas
Tebal : xviii+182
RESENSI BUKU
Berbicara
tentang Gus Dur adalah juga berbicara tentang perjalanan bangsa ini menuju
babak baru reformasi yang kini tampak tak jelas arahnya. Namun Gus Dur ternyata
sudah jauh-jauh hari mengkhawatirkan ketidakjelasan arah reformasi saat babak
baru itu memulai lembaran awalnya.
Berbicara tentang Gus Dur adalah juga berbicara tentang pluralisme bangsa ini. Meski tumbuh dalam keluarga santri yang sangat kental keislamannya namun ia tak pernah antipati pada kelompok keyakinan yang berbeda dengannya.
Gus Dur sepertinya tak pernah kehabisan topik. Kemampuan pikirnya sangat luas jangkauannya. Ia juga merupakan penulis yang produktif bahkan di saat periode Orde Baru dimana mengemukakan pendapat masih memiliki banyak keterbatasan dan belenggu. Topik tulisan Gus Dur juga beragam tak melulu soal politik dan agama, tapi ia juga sangat piawai dalam menulis ulasan soal sepakbola. Dan buku ini merupakan kumpulan tulisan Gus Dur yang pernah dimuat dalam harian Kompas. Dibagi dalam empat bagian yang mengupas soal Agama Islam Dan Negara di bagian pertama, kepemimpinan politik di bagian kedua. Sementara di bagian ketiga berisi kumpulan tulisan Gus Dur mengenai kepemimpinan moral spiritual terhadap Romo Mangunwijaya, Gus Miek, Kiai Achmad Shiddiq dan Tuan Guru Faisal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Terakhir, di bagian keempat merupakan tulisan-tulisan Gus Dur mengenai politik dan demokrasi.
Sub judul buku ini, Warisan Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid, agaknya sangatlah tepat, karena Gus Dur dan segala pemikirannya merupakan warisan bagi negara ini yang tengah berada dalam kebimbangan di tengah alur reformasi yang kehilangan arahnya. Buku ini sendiri saat cetakan pertamanya pada Oktober 1999 adalah saat ketika Gus Dur ditetapkan sebagai Presiden ke-4 republik ini. Pada cetakan ketiganya di Januari 2010, satu dasawarsa kemudian, buku ini tetap layak menjadi refleksi perjalanan bangsa ini.
Membaca buku ini sebenarnya tak terlalu sampai harus membuat kening berkerut, walau pada beberapa tulisan yang ditulis pada masa Orde Baru di mana ada pengekangan dalam menyatakan pendapat sehingga kalimat yang digunakan tak terlalu gamblang tersurat, namun Gus Dur tetap lugas dalam menyatakan opininya. Secara pribadi, aku paling suka membaca mengenai pandangan Gus Dur soal politik negeri Jiran yang tercantum dalam dua bagian. Di bagian pertama, bab 5 dengan judul: Anwar, UMNO, Dan Islam di Malaysia, Gus Dur membahas pandangannya soal Anwar Ibrahim yang semula merupakan "putra mahkota" Mahathir Mohamad, sangat islami karena pernah aktif sebagai ketua ABIM namun kemudian ia masuk ke lembaga kepemudaan UMNO yang membuatnya sangat melayu tapi juga tak meninggalkan keislamannya, sangat cocok seperti Mahathir Mohamad yang juga sangat Islam dan sekaligus sangat melayu, sehingga tak heran bila ia digadang-gadang akan menggantikan Mahathir sebagai Perdana Menteri Malaysia, tapi apa mau dikata, sejarah kemudian berkata lain. Anwar Ibrahim malah kemudian menjadi musuh Mahathir dan didakwa dalam kasus sodomi dan korupsi.
Sementara dalam bagian kedua di bab 10 dengan judul: Anwar, Mahathir, Dan Kita di Indonesia, Gus Dur menuliskan bagaimanapun kasusnya, ia tak ingin terjebak dalam politik negeri Jiran tersebut. Ia tak ingin terjebak dalam dukung-mendukung soal mana yang benar. Namun saat diminta turut mendukung surat protes atas penangkapan Anwar Ibrahim oleh Pemerintah Malaysia yang diajukan Adnan Buyung Nasution, Gus Dur bersedia setelah dalam surat tersebut dicantumkan kalimat "Anwar Ibrahim, mantan Wakil Perdana Menteri dan mantan Menteri Keuangan" karena menurut Gus Dur dengan pencantuman kalimat tersebut ia tidak berpihak kepada siapapun dalam sengketa antara Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad.
Di bab ketiga yang membahas sosok kepemimpinan moral spiritual tampak jelas kesahajaan Gus Dur dalam menerima bahkan yang mungkin tak sepaham dengannya. Gus Dur sebagai tokoh nasional sangat terbuka atas berbagai pandangan walau keislamannya tak perlu disangsikan lagi. Tak heran walau sempat tak sependapat dengan Tuan Guru Faisal, pemimpin besar NU di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan jelas Tuan Guru Faisal menyatakan pada keluarganya bahwa jika ia meninggal maka orang pertama di Jakarta yang harus di beritahu adalah K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan bukan PBNU-nya.
Bagian yang juga menarik dari buku ini adalah ketika Gus Dur yang berani mengemukakan pandangan yang pastinya ia sadari, kontroversial, seperti ketika ia mengemukakan pandangan secara konstitusional bahwa nonmuslim bisa saja menjadi presiden negeri ini. Tentu saja pernyataannya menjadi kontroversial, karena secara tak tertulis ada janji di antara tokoh awal bangsa yang salah satunya adalah kakek dari Gus Dur sendiri mengenai syarat menjadi presiden tapi Gus Dur walau mengetahui hal ini tapi ia lebih berpegang pada apa yang tertulis, dan ini sahih juga, bahwa dalam konstitusi dalam hal ini Undang Undang Dasar tak ada aturan soal syarat agama keyakinan tertentu untuk menjadi presiden. Gus Dur juga mengingatkan jika ingin murni berdemokrasi maka bangsa ini harus pula siap pada wacana yang tertulis secara konstitusional soal ini.
Juga menarik adalah penjelasan Gus Dur soal dwifungsi ABRI yang sangat berjaya di masa Orde Baru. Pula menarik disimak soal Pertemuan Ciganjur, di masa-masa awal reformasi yang mana salah satu tokoh yang hadir dalam pertemuan itu adalah Gus Dur sendiri. Penjelasan Gus Dur soal Dialog Nasional yang direncakannya dengan mempertemukan mantan Presiden Soeharto dengan Presiden (saat itu) B.J. Habibie dan Menhankam/Pangab (saat itu) Wiranto untuk kejelasan arah bangsa agar tak menuju pada apa yang ditakuti semua pihak sebagai perang saudara, tapi sayangnya rencananya ini gagal. Dari tulisan ini tampak jelas betapa Gus Dur adalah tokoh sejati yang dibutuhkan negeri ini. Tokoh yang bisa mengatasi kepentingan pribadinya untuk sebuah kepentingan yang jauh lebih besar. Kepentingan bangsa. Tapi sayangnya pemikirannya ini tak selalu dipahami sehingga ia mendapat pertentangan keras. Setelah membaca buku ini tercenung dalam hati, masih adakah sosok negarawan sejati seperti Gus Dur yang benar-benar berpikir dan bertindak sebenar-benarnya bagi negara dan bukan nafsu pribadi akan kekuasaan?
Berbicara tentang Gus Dur adalah juga berbicara tentang pluralisme bangsa ini. Meski tumbuh dalam keluarga santri yang sangat kental keislamannya namun ia tak pernah antipati pada kelompok keyakinan yang berbeda dengannya.
Gus Dur sepertinya tak pernah kehabisan topik. Kemampuan pikirnya sangat luas jangkauannya. Ia juga merupakan penulis yang produktif bahkan di saat periode Orde Baru dimana mengemukakan pendapat masih memiliki banyak keterbatasan dan belenggu. Topik tulisan Gus Dur juga beragam tak melulu soal politik dan agama, tapi ia juga sangat piawai dalam menulis ulasan soal sepakbola. Dan buku ini merupakan kumpulan tulisan Gus Dur yang pernah dimuat dalam harian Kompas. Dibagi dalam empat bagian yang mengupas soal Agama Islam Dan Negara di bagian pertama, kepemimpinan politik di bagian kedua. Sementara di bagian ketiga berisi kumpulan tulisan Gus Dur mengenai kepemimpinan moral spiritual terhadap Romo Mangunwijaya, Gus Miek, Kiai Achmad Shiddiq dan Tuan Guru Faisal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Terakhir, di bagian keempat merupakan tulisan-tulisan Gus Dur mengenai politik dan demokrasi.
Sub judul buku ini, Warisan Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid, agaknya sangatlah tepat, karena Gus Dur dan segala pemikirannya merupakan warisan bagi negara ini yang tengah berada dalam kebimbangan di tengah alur reformasi yang kehilangan arahnya. Buku ini sendiri saat cetakan pertamanya pada Oktober 1999 adalah saat ketika Gus Dur ditetapkan sebagai Presiden ke-4 republik ini. Pada cetakan ketiganya di Januari 2010, satu dasawarsa kemudian, buku ini tetap layak menjadi refleksi perjalanan bangsa ini.
Membaca buku ini sebenarnya tak terlalu sampai harus membuat kening berkerut, walau pada beberapa tulisan yang ditulis pada masa Orde Baru di mana ada pengekangan dalam menyatakan pendapat sehingga kalimat yang digunakan tak terlalu gamblang tersurat, namun Gus Dur tetap lugas dalam menyatakan opininya. Secara pribadi, aku paling suka membaca mengenai pandangan Gus Dur soal politik negeri Jiran yang tercantum dalam dua bagian. Di bagian pertama, bab 5 dengan judul: Anwar, UMNO, Dan Islam di Malaysia, Gus Dur membahas pandangannya soal Anwar Ibrahim yang semula merupakan "putra mahkota" Mahathir Mohamad, sangat islami karena pernah aktif sebagai ketua ABIM namun kemudian ia masuk ke lembaga kepemudaan UMNO yang membuatnya sangat melayu tapi juga tak meninggalkan keislamannya, sangat cocok seperti Mahathir Mohamad yang juga sangat Islam dan sekaligus sangat melayu, sehingga tak heran bila ia digadang-gadang akan menggantikan Mahathir sebagai Perdana Menteri Malaysia, tapi apa mau dikata, sejarah kemudian berkata lain. Anwar Ibrahim malah kemudian menjadi musuh Mahathir dan didakwa dalam kasus sodomi dan korupsi.
Sementara dalam bagian kedua di bab 10 dengan judul: Anwar, Mahathir, Dan Kita di Indonesia, Gus Dur menuliskan bagaimanapun kasusnya, ia tak ingin terjebak dalam politik negeri Jiran tersebut. Ia tak ingin terjebak dalam dukung-mendukung soal mana yang benar. Namun saat diminta turut mendukung surat protes atas penangkapan Anwar Ibrahim oleh Pemerintah Malaysia yang diajukan Adnan Buyung Nasution, Gus Dur bersedia setelah dalam surat tersebut dicantumkan kalimat "Anwar Ibrahim, mantan Wakil Perdana Menteri dan mantan Menteri Keuangan" karena menurut Gus Dur dengan pencantuman kalimat tersebut ia tidak berpihak kepada siapapun dalam sengketa antara Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad.
Di bab ketiga yang membahas sosok kepemimpinan moral spiritual tampak jelas kesahajaan Gus Dur dalam menerima bahkan yang mungkin tak sepaham dengannya. Gus Dur sebagai tokoh nasional sangat terbuka atas berbagai pandangan walau keislamannya tak perlu disangsikan lagi. Tak heran walau sempat tak sependapat dengan Tuan Guru Faisal, pemimpin besar NU di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan jelas Tuan Guru Faisal menyatakan pada keluarganya bahwa jika ia meninggal maka orang pertama di Jakarta yang harus di beritahu adalah K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan bukan PBNU-nya.
Bagian yang juga menarik dari buku ini adalah ketika Gus Dur yang berani mengemukakan pandangan yang pastinya ia sadari, kontroversial, seperti ketika ia mengemukakan pandangan secara konstitusional bahwa nonmuslim bisa saja menjadi presiden negeri ini. Tentu saja pernyataannya menjadi kontroversial, karena secara tak tertulis ada janji di antara tokoh awal bangsa yang salah satunya adalah kakek dari Gus Dur sendiri mengenai syarat menjadi presiden tapi Gus Dur walau mengetahui hal ini tapi ia lebih berpegang pada apa yang tertulis, dan ini sahih juga, bahwa dalam konstitusi dalam hal ini Undang Undang Dasar tak ada aturan soal syarat agama keyakinan tertentu untuk menjadi presiden. Gus Dur juga mengingatkan jika ingin murni berdemokrasi maka bangsa ini harus pula siap pada wacana yang tertulis secara konstitusional soal ini.
Juga menarik adalah penjelasan Gus Dur soal dwifungsi ABRI yang sangat berjaya di masa Orde Baru. Pula menarik disimak soal Pertemuan Ciganjur, di masa-masa awal reformasi yang mana salah satu tokoh yang hadir dalam pertemuan itu adalah Gus Dur sendiri. Penjelasan Gus Dur soal Dialog Nasional yang direncakannya dengan mempertemukan mantan Presiden Soeharto dengan Presiden (saat itu) B.J. Habibie dan Menhankam/Pangab (saat itu) Wiranto untuk kejelasan arah bangsa agar tak menuju pada apa yang ditakuti semua pihak sebagai perang saudara, tapi sayangnya rencananya ini gagal. Dari tulisan ini tampak jelas betapa Gus Dur adalah tokoh sejati yang dibutuhkan negeri ini. Tokoh yang bisa mengatasi kepentingan pribadinya untuk sebuah kepentingan yang jauh lebih besar. Kepentingan bangsa. Tapi sayangnya pemikirannya ini tak selalu dipahami sehingga ia mendapat pertentangan keras. Setelah membaca buku ini tercenung dalam hati, masih adakah sosok negarawan sejati seperti Gus Dur yang benar-benar berpikir dan bertindak sebenar-benarnya bagi negara dan bukan nafsu pribadi akan kekuasaan?
PENILAIAN
Dalam resensi di atas, sudah terdapat judul namun, judul resensi tersebut sesuai dengan judul buku asli. Dalam hal ini, judul resensi di atas tidak mencerminkan sebuah kreatifitas serta tidak cukup menarik minat pembaca. Resensi ini sudah diawali dengan pembuka yang memuat informasi tentang identitas buku berupa judul buku, editor, tahun terbit, edisi, dan tebal buku namun, pembuka resensi di atas belum memuat informasi atau sorotan mengenai kepopuleran buku. Resensi di atas juga belum mencantumkan penjelasan mengenai klasifikasi buku. Selain itu, gaya pengungkapan yang digunakan oleh penulis redsensi juga menggunakan gaya pengungkapan yang baku sehingga kurang memunculkan kesan kreatifitas dan juga ketertarikan. Namun, yang membuat resensi ini cukup menarik adalah adanya sinopsis buku yang mencerminkan keselutruhan isi buku serta memuat beberapa informasi tambahan. selain itu, sinopsis pada teks resensi di atas juga cukup padat makna sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi buku secara garis besar. Selain itu, penulis resensi juga mencantumkan penilaian buku berupa penilaian kelebihan buku serta kekhasan yang dimiliki oleh buku yang berjudul Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman - Warisan Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid” ini. Namun, yang disayangkan adalah penulis resensi tidak mencantumkan penilaian berupa perbandingan buku dengan buku laainnya. Di bagian penutup, penulis resensi telah memuat simpulan buku, kesan penulis terhadap buku tersebut dilengkapi dengan kalimat-kalimat yang bersifat rekomendasi kepada pembaca. Pada bagian penutup ini, penulis menggunakan gaya pengungkapan yang cukup emotif dan cukup menarik minat pembaca. Secara keseluruhan, resensi di atas cukup memberikan informasi yang menarik mengenai buku yang diresensikan yaitu, buku yang berjudul “Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman - Warisan Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid”.
TUGAS AKHIR 4 JURNAL REFLEKTIF PERKULIAHAN
Tujuan
saya menulis jurnal reflektif kali ini saya ingin menceritakan segala apa yang
saya rasakan dan apa yang membuat saya terkesan selama saya menjalani mata
kuliah “Membaca Teks Non Ilmiah” atau yang lebih sering saya sebut sebagai mata
kuliah “Membaca Informatif”. Pada hari pertemuan pertama perkuliahan, kesan
pertama yang saya rasakan adalah bahwa dosen pembimbing mata kuliah ini adalah
sosok begitu penyabar. Itulah yang membuat saya bersemangat menjalani mata
kuliah ini. Pada perkuliahan pertemuan pertama, materi yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah ini adalah mengenai bagaimana cara membedakan teks
nonilmiah dengan teks ilmiah. Saat dosen menanyakan hal itu pada anak satu
kelas, kami benar-benar merasa bingung karena, menurut kami kedua teks tersebut
benar-benar mirip. Ada juga hal yang membuat kami semakin bingung yaitu pada
saat kami menjawab bahwa teks nonilmiah itu bersifat bebas namun, jawaban itu
ternyata salah. Karena teks yang bersifat bebas itu adalah teks sastra
sedangkan, teks nonilmiah itu bukanlah teks sastra.
Lalu
kami terus mencoba menjawab tetapi, ketika kami menjawab bahwa teks nonilmiah
itu bersifat baku dan ternyata jawaban kami masih saja salah karena ternyata
teks ilmiah juga memiliki sifat baku. Setelah kami mencoba terus menjawabnya,
akhirnya kami menemukan jawabanya. Ternyata yang membedakan teks nonilmiah
dengan teks-teks lainnya adalah adanya teori. Setiap teks nonilmiah selalu saja
dimulai dengan teori dan diakhir pula dengan teori. Sejak saat itu kami menjadi
tidak lagi kesulitan untuk membedakan mana yang termasuk jenis teks ilmiah,
nonilmiah maupun teks sastra. Setelah kami memahami dan mampu membedakan teks
nonilmiah dengan teks-teks lainnya, kemudian kami diberi tugas untuk membaca
satu buku setiap minggunya hingga akhir semester harus sudah membaca 10 buah
buku dengan judul yang berbeda serta kemudian membuat laporan tentang buku yang
kita baca.
Hal
itu tentu saja membuat saya sedikit keberatan. Karena saya pikir bagaimana saya
bisa menyelesaikan satu buku yang tentunya buku yang terdiri lebih dari 100
halaman sedangkan tugas-tugas mata kuliah lain juga menumpuk? Hal itu sangat
membuat saya sedikit kesal. Pada minggu pertama, saya mulai mencari buku
nonilmiah itu di perpustakaan. Ternyata memdapatkan buku nonilmiah tidak
semudah yang saya bayangkan. Jalan terakhir yang saya pilih akhirnya saya
memutuskan untuk membaca buku biografi yang memang mudah ditemukan. Pada saat saya mulai membaca buku pertama
awalnya saya merasa sangat malas. Bahkan hanya sekedar membaca judul bukunya
saja saya sangat malas. Tetapi karena tuntutan tugas dan deadline, akhirnya
saya memaksakan diri untuk tetap membaca. saat saya memasuki bagian tengah buku,
ternyata buku yang saya baca ini benar-benar menarik. Buku biografi pertama
yang saya baca ini benar-benar membuat saya membuka mata bahwa bangsa kita saat
ini sedang berada di masa yang kritis dimana para pemuda Indonesia mulai
kehilangan jati dirinya dan lebih suka dengan budaya-budaya luar. Buku biografi
tokoh bangsa yang saya baca untuk pertama kalinya ini seakan-akan membakar
semangat saya untuk menjadi manusia yang penuh semangat dan berarti bagi nusa
dan bangsa. Rasa nasionalisme dalam diri saya yang awalnya hanya sekedar wacana
kini benar-benar bangkit dan membuat saya kebih bekerja keras dalam melakukan
suatu hal.
Sejak
saat itu saya jadi bersemangat untuk membaca buku selanjutnya dan terus
membaca. Hingga tak terasa sudah hampir sepuluh buku yang sudah saya baca.
Selanjutnya, di tengah penugasan membaca 10 buku, dosen pembimbing kami
memberikan kami tugas untuk membuat artikel reflektif dan juga resensi buku
terbaru. Pada saat saya membaca buku terbaru yang berjudul “Rudy” yang
mengisahkan tentang perjalanan hidup bapak presiden ke-3 Indonesia yakni
Bachrudin Jusuf Habibie, semangat saya serta ketertarikan saya untuk membaca
sangatlah kuat. Buku ini benar-benar membuat saya banyak belajar dalam
kehidupan saya. Selama saya membaca buku, buku inilah yang saya rasa sangat
berkesan bagi saya. Hal itu membuat saya sangat berterimakasih pada dosen pembimbing
mata kuliah membaca informatif yang memberikan kami tugas untuk membaca.
Karena, jika kami tidak menerima tugas tersebut, mungkin hingga saat ini kami
masih menjadi generasi yang malas membaca. selain itu, dari tugas ini kami juga
menyadari bahwa benar yang dikatakan orang jika membaca itu memberi banyak
informasi, hal itu benar benar terjadi dan saya rasa sangat bermanfaat bagi
kehidupan saya saat ini.
Selain
tiga tugas di atas, selama masa pembelajaran mata kuliah informatif kami juga
dilatih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teks-teks informatif yang
telah disediakan oleh dosen pembimbing kami. Awalnya kami merasa kesulitan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena, bagi kami soal-soalnya begitu
membingungkan, namun setelah tiga kali kami berlatih dengan teks yang
berbeda-beda kini, kami menjadi lebih cermat dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disajikan. Dari tugas-tugas ini kami jadi menyadari
bahwa kecermatan dan ketelitian yang dimiliki seseorang itu tidak muncul dengan
sendirinya tetapi, harus terus dilatih dan di asah. Bagi saya, mata kuliah
“Informatif ini benar-benar memberikan manfaat bagi saya, karena dengan adanya
mata kuliah ini sekarang saya tidak lagi menjadi generasi yang malas membaca
buku.
Untuk
yang terakhir, saya berharap Ibu Endah selaku dosen pembimbing mata kuliah
“Membaca Teks Informatif bersedia
memberikan saya nilai dengan predikat A, karena saya merasa bahwa saya selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu.



Dari teks yang diangkat, saudari Prita Intan Sari mengangkat judul buku “Sang Visioner Perombak Indonesia” yang menceritakan tentang kisah seorang tokoh “Rudy”. Disini lebih banyak mengangkat kisah hidupnya selama dia berada di luar negeri, seharusnya juga dikisahkan bagaimana perjalannya setelah itu. Buku ini memiliki amanat yang sangat bags untuk para pembaca bawasannya kita sebagai manusia harus selalu bersungguh-sungguh dalam mencapai suatu impian dan jangan pernah takut untuk gagal, karena kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Buku ini memiliki jalan cerita yang runtut dari awal sampai akhir. Isinya pun sangat menginspirasi banyak orang dilihat dari judulnya saja sudah sangat membuat pembaca penasaran akan isi dari buku ini.
BalasHapusKomentar karya teman jangan diposting di sini ya. klik karya teman-baca-kasih komentar di kolom komentar!
BalasHapusTulisan mengalai-enak dibaca-tingkatkan kecermatan dalam ejaan dan tanda baca.
Teruslah membaca dan berkarya!!!
baik, terimakasih ibu..
Hapus