Identitas Buku
Judul Buku :Hartini (memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Pengarang :Anang YBPenerbit :PT
Kompas Media Nusantara
Tahun :2016
Tebal halaman :200 halaman
ISBN :978-602-412-012-2
Catatan tentang Kredibilitas Buku
Buku
ini ditulis oleh Anang YB yang merupakan penulis naskah sekaligus editor. Buku
ini merupakan karya ke-21 yang memakai namanya. Selebihnya ada dua puluhan
naskah orang lain yang telah dia sunting. Karya Anang YB ini telah diterbitkan
melalui penerbit buku yang terpercaya serta tidak sembarangan dalam menerbitkan
buku, seperti Kompas, Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo. Jadi, buku
ini tidak perlu dipertanyakan lagi akredibilitasnya.
Ikhtisar:
Buku ini menceritakan tentang sebuah
perjuangan dari seorang perempuan yang menjalani kehidupan dengan kesabaran
yang amat besar. Ia adalah Hartini. Hartini kehilangan anaknya yang bernama
Nandito masih berusia 9 bulan yang awalnya mengalami sakit tuberculosis dan tak
disangka ternyata anaknya meninggal virus HIV. Pada saat anaknya meninggal
akibat virus HIV Hartini tidak percaya bahwa ia dan suaminya juga mengidap virus HIV. Suaminya berkilah bahwa
anaknya mengidap HIV berasal dari jarum suntik bukan berasal darinya dan
suaminya Leo menolak untuk melakukan tes. Hartini sebelumnya pernah menikah 2
kali dan mempunyai 1 orang anak yang bernama Iyya dari suami pertamanya dan
kemudian bercerai. Lalu setelah itu ia menikah lagi dan memiliki seorang anak
namun meninggal pada saat usia kandungan 6 bulan karena mengalami kebocoran
paru-paru. Pernikahan dengan suami yang ke tiga inilah yang memberikannya virus
HIV yang melekat selamanya ditubuhnya.
Setelah anaknya meninggal, ia
merasakan ada hal yang tak wajar dirasakan tubuhnya. Kondisi kesehatannya
menurun, ia mudah terserang penyakit dan dia teringat bahwa gejala yang
dialaminya sama halnya dengan penyakit yang dialami oleh Nandito mulutnya
berjamur dan sussh untuk mengunyah
makanan dan membuatnya kurus sekali. Pernikahannya dengan Leo membuat
Hartini merasakan sengsara, ia sering dianiaya oleh Leo karena cemburu yang tak
jelas, akan tetap Hartini masih mencoba bertahan karena terkadang Leo bersifat
sangat manis akan tetapi terkadang dia tiba-tib menjadi sangat kasar kepada Hartini.
Mertua hartini juga tidak menyukai Hartini dan ketika Nandito meninggal
mertuanya menyalahkannya dan memakinya.
Saat kondisi Hartini semakin
memburuk, ia mulai melakukan tes HIV dan ternyata dia positif, saat itu Leo
masih sedia menemani Hartini dan menyuruh Hartini untuk tidak memberitahukan
penyakitnya. Kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh Leo terhadap Hartini
terus terjadi meskipun dia dalam kondisi sakit dan hal ini akhirnya diketahui
oleh ibu Leo yang tak lain adalah mertua HartIni dan membuat mertuanya yang
awalnya membencinya berubah sangat menyayangi dan sangat perhatian kepada
Hartini.
Hartini tidak menceritakan
penyakitnya kepada siapapun dan dia merasa perlu untuk bercerita namun dia
takut membuat keluarganya kecewa karena penyakitnya adalah penyakit yang hina.
Hartini memutuskan untuk menelpon ibunya dan akhirnya ibunya mengetahuinya.
Setelah kekerasan yang terus dilakukan oleh Leo akhirnya ia memilih untuk
bercerai karena bapaknya telah mengetahui bahwa Hartini telah disiksa oleh suaminya
dan diteror. Dengan semua kejadian itulah Hartini mantap bercerai dari Leo.
Setelah ia bercerai dia memulai hidupnya yang baru, ia aktif dalam kegiatam
masyarakat yang berkaitan dengan HIV dan dia banyak meberikan semangat antar
sesama yang terinveksi viru HIV atau bisa disebut dengan ODHA. Dari kegiatannya
inilah Hartini memiliki kehidupan baru dan semangat baru dia banyak merubah
pandangan buruk masyarakat terhadap ODHA. Dia merangkul sesama penderita ODHA
dan dia menyemangati mereka agar mereka menikmati kehidupannya layaknya orang
normal.
Saat itu Hartini menikah lagi dengan
sesama pengidap HIV karena ia ingin mempunyai anak untuk mengabulkan keinginan
anaknya Iyya . akan tetapi pernikahannya ini justru membuatnya sengsara lagi
karena suaminya tak mau memberikan nafkah dan justru malah membuat kehidupannya
berantakan dan lagi lagi dia harus mengalami pernikahan yang gagal. Namun
setelah dia bercerai, dia bertemu dengan Firman yang merubah hidupnya menjadi
lebih baik. Awalnya Hartini tak yakin Firman akan menerimanya ketika Firman
tahu bahwa dia mengidap HIV. Akan tetapi kejadian itu terbukti ketika Firman
ingin meminjam sikat gigi dan Hartini takut kalau Firman memakai sikat giginya
ia akan tertular virus HIV. Namun, dugaan Hartini salah Firman hanya mengetes
karena Firman sebenarnya sudah tahu namun dia ingin mendengar langsung dari
Hartini. Setelah Hartini dikenalkan dengan keluarganya mereka berdua menikah.
Setelah berkonsultasi dengan dokter dan dengan status Hartini yang sudah
undetected ia memutuskan untuk langsung hamil untuk mengabulkan permintaan Iyya
dan tanpa diduga Hartini mengandung lalu melahirkan seorang bayi cantik yang
bernama Nacita. Setelah Nacita lahir, Nacita harus melakukan berbagai tes dan
meminum obat agar ia tak tertular virus HIV.
Iyya sangat merasa senang dan bangga mempunyai ibu seperti Hartini yang
selalu berusaha mengabulkan semua keinginannya
dan keinginan terbesarnya sudah dikabulkan.
Dengan cerita inspiratif dari
Hartini, ia banyak diundang ke acara seminar-seminar dan yang tak disangka dia
dihubungi oleh pihak acara Kick Andy yang dipandu oleh Andi F. Noyya. Hartini
merasa sangat bangga sekaligus tak percaya dia bisa diundang dalam acara
sebagus itu. Ketika tim dari acara tersebut Hartini tak diperkenakan untuk menutup
wajahnya dan dia meminta izin kepada suaminya dan suaminya mendukungnya bahkan
bangga terhadapnya. Dari acara tersebutlah dia juga membuka status terhadap
ayahnya. Awalnya ia merasa takut ayahnya akan marah kepadanya. Akan tetapi,
ayahnya sama sekali tak marah malah ia menyesal karena tak bisa ada disamping
Hartini saat dia sakit.
Nilai-nilai:
Buku ini berisi tentang kisah hidup
Hartini seorang perempuan yang mengidap virus HIV yang berasal dari suami
ketiganya. Buku ini sangat inspiratif karena memuat berbagai pengalaman manis
pahit dalam kehidupan Hartini.
Buku ini juga menceritakan perjuangan
dan semangat Hartini dalam melawan virus HIV tersebut hingga akhirnya ia
berhasil bangkit dan membuat virus tersebut terdeteksi undetected. Dalam buku
ini pula dapat diambil pelajaran hidup tentang sabar, ikhlas, serta cinta
sejati yang benar keberadaannya. Hartini sangat sabar dalam menerima kenyataan
kehilangan kedua anaknya, tentang kenytaaan kekasaran suaminya serta sabar
dalam mengadapi penyakit yang telah merenggut anaknya bahkan nyawanya sendiri.
Buku ini juga mengajarkan bahwa tidak
ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala yang terjadi pada manusia merupakan
kehendak Tuhan. Sebagai seorang manusia ita hanya bisa lapang dada sert harus
selalu tersenyum meskipun banyak kepahitan yang terjadi dalam kehidupan.
Seperti yang telah diajarkan oleh kisah hartini. Hartini selalu ikhlas serta
tetap optimis dan tersenyum dalam menjalani kehidupan yang begitu pahit.
Refleksi
Buku
yang berjudul Hartini Memoar Seorang Perempuan dengan HIV ini memberikan banyak
sekali inspirasi kepada para pembacanya terutama kepada kalangan yang juga
mempunyai kisah yang sama seperti Hartini yaitu seorang pengidap virus HIV.
Dalam buku ini diceritakan tentang kesabaran serta keihklasan Hartini dalam
menjalani hidup yang begitu pahit setelah dia tahu bahwa anaknya meninggal
karena virus HIV yang dideitanya juga.
Setelah membaca buku ini saya baru
sadar betapa beruntungnya hidup saya karena bisa menjalani kehidupan dengan
kondisi sehat. Akan tetapi dibalik rasa syukur, saya sadar bahwa saya selalu
banyak mengeluh ketika dihadapkan oleh sesuatu yang sulit sedikitpun. Selalu
emosi ketika yang saya rencanakan dalam kehidupan ada hambatan. Terkadang saya
merasa bahwa ketika mendapat kesulitan, saya adalah orang paling sulit di dunia
ini tanpa berkaca bahwa masih banyak orang yang lebih sulit akan tetapi mereka
tetap tersenyum dalam menjalani
kehidupan.
Artikel:
Tersenyumlah Lawan
Gelap Dunia
Tidak ada hidup yang tidak ada
ujian. Hidup kita bergantung kepada rasa ikhlas kita ketika kita sedang di uji.
Ada yang sedikit-sedikit mengeluh dalam menjalani kehidupan, ada yang selalu
merasa kurang meskipun telah mendapatkan yang ia inginkan. Ada pula orang yang
selalu tersenyum ketika hidupnya tengah diuji oleh rasa kehilangan sekalipun.
Orang-orang yang seperti inilah orang yang sejatinya abadi dalam kebahagiaan.
Tidak ada yang bisa menyalahkan
keadaan. Pahit manis kita hanya perlu menelannya dengan lapang dada. Siapa
bilang orang yang tidak mendapat ujian merupakan orang yang paling beruntung.
Salah! Orang-orang yang sering di ujilah yang merupakan orang yang disayang
Tuhan. Kita sering mendengar bahwa Tuhan tidak akan menguji kita di luar
kemampuan kita. Tapi kita terlalu serakah dalam menikmati keadaan. Kita tidak
pernah mau memikirkan solusi ketika kita diuji, kita hanya sibuk memaki tanpa
tahu diri. Dunia tidak pernah salah ketika menggelapkan kehidupan. Kita sendiri
tidak mau berusaha untuk menjadi penerang bagi diri sendiri apalagi orang lain.
Tersenyumlah. Senyum tidak akan
mengurangi rasa sedih kita. Senyum memang tidak mampu menggantikan posisi yang
hilang dalam diri kita. Akan tetapi, tersenyum bisa menerangkan sisi gelap
hidup kita. Hanya dengan senyum orang lain tidak akan tahu betapa pahitnya
kehidupan kita. Setidaknya kita tidak perlu meminta belas kasihan dari orang
lain. Ketika kita tersenyum kita akan merasa bahwa hidup kita masih cukup
baik-baik saja. Dengan tersenyum kita tidak akan mengeelapkan dunia orang lain.
Sekali lagi tersenyumlah, karena
senyum adalah obat paling ampuh dalam mengatasi rasa sakit. Ikhlaslah karena
kita akan tahu seberapa kuat diri kita ketika kita berada pada posisi paing
bawah sekalipun. Dunia kita tidak akan gelap karena orang lain. Dunia kita akan
gelap karena diri kita sendirilah yang
tidak mau menjadi cahaya.
Puisi
Reflektif
Kita
Tetap Cantik
Kita bidadari
yang tak bersayap
Kita penghuni
surga bagi mereka pangeran yang biadab
Kita adalah
tulang rusuk bagi rusuk rusuk yang tengah tercecer di atas atap
Kita adalah atap
bagi mereka yang tengah sesat
Tersenyumlah!
Bersabarlah!
Menangislah!
Kita akan tetap
cantik
Tulangmu akan
lebih kuat dari rusuknya
Kita akan tetap
cantik
Tak peduli
mereka menginjak rusuknya
Sekali lagi
tersenyumlah!
Katakan pada
mereka bahwa kita bukan makhluk lemah
Bersabarlah!
Malaikat kecil
kita akan tahu bahwa kita adalah wanita tercantik yang pernah ia punya
Menangislah!
Kita akan tetap
cantik sekalipun tulang rusuk kita tidak akan pernah bersua dengan empunya.
Tugas 2
tidak ada spasinya tidak bisa diupload
Tugas 3
Resensi dan Komentar
Judul
Buku :Tuhan dan Agama dalam
Pergulatan Batin Kartini
Pengarang :Th. Sumartana
Penerbit :Gading Publishing
Tahun :2013
Tebal
halaman :137 halaman
ISBN :978-602-17575-0-5
Hidup
Adalah Teka-Teki Cerita
Sudah banyak karya dan kajian yang ditulis orang mengenai Kartini. Buku
ini di tulis berdasarkan cerita yang dialami oleh Kartini. Penulis menulis buku
ini berdasarkan kegelisahan Kartini dalam batinnya. Ia bimbang ketika ia berhadapan
dengan permasalahan antara Tuhan dan agama.
Banyak yang
mengatakan bahwa hidup merupakan pilihan serta keyakinan. Kita lupa bahwa
sebenarnya hidup adalah potongan teka-teki yang harus dilengkapi. Tidak ada
yang tahu apa yang akan terjadi satu menit kedepan dalam kehidupan dan tidak
akan ada yang tahu bahwa yang kita yakini awalnya dapat pudar secara perlahan
tergerus oleh pikiran. Ya, tentu saja pikiran kita sendiri yang bisa mengubah
keyakinan menjadi keraguan. Seperti halnya biografi hartini yang ditulis
melalui judul buku “Tuhan Dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini” akan
membuat pembaca akan merasa dilema, karena pada awalnya pembaca akan merasa
sangat terinspirasi dengan perjuangan Kartini yang sangat memperjuangkan
kemajuan terutama dalam bidang emansipasi wanita. Akan tetapi, setelah membaca
lebih lanjut pembaca akan merasa dilema karena buku ini membahas hal yang
sangat sensitif jika diperbincangkan.
TH
Sumartha mengangkat kehidupan Kartini yang pada awalnya menceritakan perjuangan
Kartini untuk membuat perubahan terhadap kebudayaan Indonesia yang menyimpang.
Perjuangan Kartini untuk membuat emansipasi wanita karena ia sendiri tidak
dapat melanjutkan sekolah karena ia merupakan seorang anak gadis yang pada saat
itu harus dipingit dn tidak diperbolehkan untuk bersekolah. Diceritakan pula
latar belakang keluarga Kartini yang tak banyak diketahui oleh khalayak umum.
Akan
tetapi persoalan lain muncul dan membuat sebuah pergulatan dalam batin Kartini yaitu
soal agama dan Tuhan. Kartini merupakan seorang penganut agama yang baik. Suatu
ketika dia mengalami suatu permasalahan yang ingin ditentangnya akan tetapi
dalam agama yang ia yakini justru memperbolehkannya. Berdasarkan permasalahan
itulah timbul jarak antara Kartini dengan Agama serta Tuhannya. Lalu
bagaimanakah keyakinan Kartini? Apakah Kartini mulai tidak mempercayai agama?
Awalnya karya ini
merupakan bagian dari disertas berjudul Mission at the Cross Road, dari TH.
Sumartana (1944-2003) di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Buku ini
terbit persis 20 tahun lalu (1993) dan hampir mustahil untuk memperolehnya
dipasaran. Penulisnya TH. Sumarthana adalah seorang cendekiawan, sastrawan,
kolomnis dan aktivis dialog antariman yang terkemuka pada era 70an hingga awal
2000-an.
Kelebihan
buku ini kita dapat mengetahui bagaimana Kartini memperjuangkan perubahan yang
besar untuk masyarakat Indonesia terutama tentang emansipasi wanita. Dengan
membaca buku ini tentu saja sebagai kaum perempuan kita harus merasa bangaga
dengan Kartini. Akan tetapi dalam buku ini kita tahu bahwa buku ini pada
dasarnya membahas tentang pergulatan batin Kartini tentang Tuhan dan Agama.
Jika orang yang membaca buku ini tanpa didasari oleh keterbukaan pola pikir
maka kita akan mudah menuduh atauh bahkan sisi keagamaan kita juga akan
terombang ambing pula.
Komentar:
Meski
terkadang buku ini membuat pemikiran yang rancu terhadap penilaian sosok
Kartini, akan tetapi dalam buku ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kita
jangan gampang menyimpulkan sesuatu tanpa mengetahui semua dengan tuntas.
Kelemahan buku ini hanya satu, tidak diceritakan secara detail tentang
kehidupan beragama Kartini. Akan tetapi buku ini disajikan dengan sangat
sederhana namun sempurna karena terdapat bahasa asing akan tetapi ada
terjemahannya pula.
Indikator
Kekritisan-Kekreatifan Teks Resensi
Wasilatul
Maghfiroh
Aspek Penilaian
|
Kritis
|
Ada
|
Belum
|
Kreatif
|
Ada
|
Belum
|
Catatan
|
Judul
|
Judul resensi merupakan kesan/simpulan/
esensi/penilaian terhadap isi buku
|
√
|
Judul resensi berbeda dengan judul buku
|
√
|
Ada judul, namun belum menggugah
|
||
Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif
|
√
|
Tidak menggunakan pilihan kata emotif
|
|||||
Menggugah rasa
ketertarikan pembaca
|
√
|
||||||
Pembuka resensi
|
Mengenalkan buku: judul, pengarang, kepopuleran buku
|
√
|
Gaya pengungkapan khas/unik
|
√
|
Tidak ada bagian pembuka resensi/bagian pembuka tidak
memuat komponen resensisi yang seharusnya
|
||
Ada penilaian tentang kualitas buku
|
√
|
Menggugah rasa
ketertarikan pembaca
|
√
|
||||
Ada klasifikasi jenis buku
|
√
|
||||||
Sinopsis dan detil/informasi tambahan
|
Mencerminkan keseluruhan isi buku
|
√
|
Ada detil/informasi tambahan
|
√
|
Sinopsis tidak menggambarkan informasi esensial buku,
pengungkapan detil tidak menarik. Kata akan tetapi digunakanberulang-ulang
dan tidak tepat konteks.
|
||
Ada detil/informasi tambahan
|
√
|
Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif
|
√
|
||||
Ditulis ringkas, padat makna
|
√
|
||||||
Penilaian
|
Penilaian kelebihan buku
|
√
|
Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif
|
√
|
Ada bagian penilaian kebelihan dan kekurangan buku,
namun belum berisi aspek esensial. Pengungkapan tidak menarik
|
||
Penilaian kekurangan buku
|
√
|
Gaya pengungkapan khas/unik
|
√
|
||||
Ada perbandingan dengan buku lain
|
√
|
Tidak dibandingkan dengan buku lain
|
|||||
Penutup
|
Ada kesan,simpulan, atau rekomendasi
|
√
|
Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif
|
√
|
Tidak ada bagian penutup resensi
|
||
Gaya pengungkapan khas/unik
|
√
|
KOMENTAR MILIK TEMAN (Nur Afra Lina)
Nur Afra Lina
Judul : Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Editor : Andy F. Noya
Isbn : 978-602-412-012-2
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Komentar
Buku memoar Hartini memang
layak di untuk di baca. Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah
perjuangan Hartini menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan
pegetahuan mengenai HIV AIDS itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93
yang menjelaskan apa itu Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus
HIV dapat menular dengan jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV
tidak menyebar dengan semudah itu. Dalam buku ini dijelaskanbagaimana kita
harus bersikap kedapa penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat
menularkan HIV dan apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV. Namun
ada sedikit yang perlu disayangkan, dalam buku ini terdapat beberapa kalimat
percakapan antara dokter dengan Hartini yang dituliskan menggunakan kalimat
yang sedikit vulgar. Padahal mungkin saja pembaca buku ini tidak hanya dari
kalangan mahasiswa, jika anak yang masih berumur 17 kebawah membaca ini menurut
saya kurang tepat saja jika dipaparkan kalimat seperti itu.
Tugas 4
Jurnal
Refleksi Perkuliahan
Sejak
menempuh pendidikan lebih lajut di Universitas Negeri Malang, di pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada awalnya saya merasa bahwa jurusan yang
saya ambil mudah dan saya merasa dapat menguasai semua mata kuliah yang ada
dalam jurusan yang saya ambil. Akan tetapi saya salah, setelah menempuh
semester pertama saya merasa sedikit kaget dengan mata kuliah yang saya
sajikan. Pada semester pertama banyak sekali mata kuliah yang dasarnya saja
saya tidak mengetahui sama sekali. Pada semester 2 pun seperti itu, ketika
mengambil mata kuliah membaca teks informative saya kira pelajarannya akan
mudah. Mulanya saya tidak mengerti apa yang perbedaan dari teks ilimah dan non
ilimiah. Namun setelah menempuh mata kuliah membaca informative saya mengetahui
perbedaan dari keduanya. Teks ilmiah adalah teks yang berisi teori akan tetapi
di dalamnya terdapat preposisi yang saling berkaitan. Sedangkan teks non
ilimiah ialah teks yang awalnya berisi teori dan akhirnya berisi teori.
Ketika
menempuh mata kuliah ini saya sering merasa bosan karena pada dasarnya saya
tidak telalu suka membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan sastra. Saya
membaca buku selain novel atau hal yang bersifat imajinatif ketika saya
mendapat tugas mata kuliah. Ditambah lagi mata kuliah ini mewajibkan untuk
membaca buku informative sebanyak 10 dan itu berarti bahwa setiap minggu saya
harus merampungkan satu buku untuk dibaca. Seperti halnya ketika saya membaca
buku yang berjudul hartini, buku tersebut mengisahkan seorang perempuan yang
mengidap HIV karena suaminya telah menularinya. Akibat dari virus itu Hartini
kehilangan anak-anak yang disayanginya serta iapun diceraikan oleh suaminya
yang telah memberikanvirus tersebut. Setelah Hartini mengidap penyakit tersebut
Hartini banyak menemukan masalah akan tetapi ia tetap sabara dan mengahadapi
semuanya dengan sabarn serta senyuman. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan
Firman yang akhirnya menjadi suaminya dan semenjak menikah dengan Firman
Hartini merasa bahagia karena ia dikarunia seorang anak lagi tanpa mengidap
virus yang sama dengan Hartini.
Setelah
saya membaca buku tersebut saya mengetahui bahwa terkadang dengan senyuman
serta rasa sabar kita bisa menutupi seluruh rasa sakit kita. Saya dapat
mengambil banyak sekali pelajaran ketika membaca buku Hartini tersebut karena
disana saya tahu bagaimana cara agar kita tidak mengeluh ketika diberi
kesulitan. Adanya mata kuliah ini saya dapat perlahan mengubah jenis bacaan saya yang pada awalnya
hanya novel yang mayoritas berisi kisah percintaan saja serta saya dapat
memahami isi buku dalam satu minggu disela-sela tugas yang lainnya.
Tidak
hanya belajar memahami buku atau teks non ilmiah saja yang saya peroleh dari
mata kuliah ini. Dari mata kuliah ini saya juga belajar tentang perlunya
ketelitian ketika mengerjakan soal atau pertanyaan. Saya sering merasa ketika
menjawab pertanyaan, saya rasa jawaban saya sudah paling benar. Namun, dalam
mata kuliah membaca informative ini saya perlu belajar membaca dengan cepat
namun cermat karena terkadang saya ceroboh dan kurang teliti ketika membaca.
Tidak
hanya menulis refleksi atau ikhtisar, dalam mata kuliah ini juga saya tahu
bagaimana cara meresensi buku agar saya dapat membuat sebuah cerita baru
berdasarkan buku yang telah saya baca. Awalnya saya merasa bahwa mata kuliah
ini benar-benar monoton akan tetapi dari mata kuliah inilah saya mengerti
bagaimana cara menulis resensi. Ikhtisar serta refleksi yang ternyata ketiganya
sama akan tetapi penulisannya berbeda.
Saya
juga tahu ternyata banyak teks yang saya masih belum ketahui jenisnya, misalnya
saja teks editorial. Tak hanya jenis teksnya, tersnyata struktur kebahasaan
dari setiap teks itu berbeda. Padahal sejauh yang saya ketahui ketika
menganalisis strutur teks kebahasaannya sama, namun dalam membaca informative
saya menemukan ilmu baru tentang ragam teks serta cirinya.
Dalam
menulis refleksi buku multimoda di sanalah saya merasa kreativitas serta daya
imajinasi saya diasah. Pada saat membaca buku kemudian saya disuruh untuk membuat
artikel dan puisi berdasarkan buku yang telah say abaca, saya merasa bahwa
dengan membaca karya orang lain saya juga dapat berkarya pula dan dengan
menulis refleksi multimoda ini jiwa sastra dari mahasiswa dapat dituangkan
dalam puisi.
Terakhir
ialah ketika saya menulis jurnal refleksi perkuliahan saya merasakan bahwa mata
kuliah yang awalnya saya rasa membosankan akan tetapi membawa perubahan yang
sangat positif dalam kehidupan, merubah pola pikir yang awalnya tidak menyukai . Terlebih lagi ketika saya merasa bahwa mata
kuliah ini dapat menambah satu jendela dunia bagi saya. Dalam mata kuliah informatif ini saya
mengharap nilai A.

