Judul :
Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Editor : Andy
F. Noya
Isbn :
978-602-412-012-2
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Catatan tentang
Kredibilitas Buku
Buku ini ditulis oleh orang ahli dalam bidangnya. Anang
Tri Nugroho atau yang biasa dikenal dengan nama pena Anang YB adalah seorang
geografer, namun karena kesukaannya dengan menulis beliau sedikit mengurangi
sebagai seorang geografer. Banyak karyanya terkaait dengan inspirasi dan
motivasi. Diterbitkan oleh penerbita PT Kompas Media Nusantara
sehingga tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya.
Ikhtisar
Hartini, merupakan ibu rumah tangga yang
akhirnya harus menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu,
Hartini juga harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan
terkena HIV di akhir hayatnya. Sementara itu juga Hartini harus berpisah
jarak dengan putrinya Iyya, yang tinggal dan dirawat neneknya di Lampung. Namun dengan semangat dari ibu
serta anaknya Iyya ia menjadi wanita yang kuat dalam menghadapi penyakitnya
ini.
Kisah hidup Hartini ternyata penuh lika liku
sebelum menerima vonis HIV. Selain harus mengalami kegagalan dalam rumah
tangga, Hartini pernah mengalami percobaan pemerkosaan saat bekerja menjadi tkw
di luar negeri. Trauma akan pelecehan tersebut, Hartini memutuskan untuk
kembali ke Indonesia dan menikah kembali. Hartini menikah sebanyak tiga
kali. Suami pertama memberinya satu anak yang bernama Iyya. Suami kedua memberi
satu anak perempuan juga, Aldilla namanya. Namun Aldilla hanya bertahan enam
bulan karena sakit bawaan, kebocoran jantung. Pernikahan ketigapun menimbulkan
kepiluan baginya, anak lelakinya Nandito harus meninggal karena terserang
penyakit HIV.
Rumah tangga ketiga kalinya yang di bina
bersama suaminya Leo selalu di warnai dengan kekerasan dalam rumah tangga. Sang
suami memang sering melakukan kekerasan fisik kepada Hartini dengan alasan
cemburu buta. Pernah saat naik bajaj bersama Leo mampir ke minimarket, saat
menunggi sang suami Hartini berbincang dengan sang supir. Leo yang terbawa
emosi berbuat kasar ke Hartini, ia memukul Hartini dengan keras hingga pingsan.
Bahkan saat mengandung Nandito, Leo
pernah memukul dan menginjak-injak sang istri hanya karena cemburu buta.
Disangkanya Hartini selingkuh dengan tetangga. Terkadang dalam benak Hartini
ingin memmembalas perlakuan kejam suaminya, bahkan ada pikiran ia akan memukul
kepala Leo dengan botol-botol minuman keras yang ada dirumah mereka. Namun Hartini
sadar bahwa jika ia melakukan hal tersebut, konsekuensinya adalah penjara. Ia
tidak mau dipernjara, apalagi waktu itu Hartini sedang mengandung Nandito.
Hartini akhirnya berani mengugat cerai suami.
Saat pertama kali kabur dari rumah sang mertua. Leo tidak terima ditinggal
begitu saja. Dia meneror Hartini bertubi-tubi dengan mengirimkan pesan singkat.
Namun Hartini tidak peduli dan bertekad akan meninggalkan dan menceraikan Leo.
Hartini memilih untuk terus berobat agar sembuh. Ia menjalani kegiatan rutin berkunjung
ke RS persahabatan di Bilangan Jakarta Timur. Perjalanan Hartini untuk
pengobatan HIV, membawanya berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan
pengetahuan dan wawasan lebih banyak mengenai HIV AIDS dari dokter maupun
komunitas HIV yang diikutinya. Hartini aktif di IPPI dan LSM, hartini
juga menjadi kader muda di Puskesmas sebagai sosialisasi infromasi terkait
HIV/AIDS. Ia membantu memutus mata rantai penyebaran virus HIV.
Hartini juga pernah menikah dengan orang yang
mengidap HIV positif. Lelaki ini bernama Tarmono, mereka berdua saling
berkomitmen untuk memberantas penyakit ini. Sayangnya Tarmono tidak dapat
menepati janji itu, ia tetap bermain judi dan pakai narkoba. Hartini memutuskan
untuk aktif melakukan pendampingan kepada ODHA dan gencar memberikan edukasi
HIV AIDS kepada masyarakat. Walaupun Hartini berjuang melawan penyakit
HIV dan kadang harus menghadapi diskriminasi karena HIV, namun ia tidak pernah
menyerah. Ditengah pernikahan selalu terjadi pertengkaran. Dengan persoalan-persoalan
yang terjadi memutuskan mereka untuk bercerai.
Hartini kembali menemukan kebahagiaannya
setelah bertemu dengan Firman, suaminya sekarang. Mereka bertemu
karena telfon Richard, penyandang HIV juga yang sedang digadaikan. Saat Hartini
menelfon, Firman mengira dia adalah pacar Richard. Dari percakapan kecil ini
mereka menjadi sering bertemu. Pernikahan mereka semakin lengkap dengan
hadirnya bayi Nacita serta berkumpul kembali bersama Iyya. Awalnya mungkin
Hartini takut anaknya akan tertular HIV juga, namun dokter berkata bahwa
Hartini tidak perlu khawatir karena hasil tes viral load tidak terdeteksi dari
tubuh Hartini. Hartini memeutuskan untuk melahirkan secara normal, karena jika
sesar benyak kemungkinan buruk yang akan terjadi. Semua berjalan normal, saat
di tespun Nacita tidak terinfeksi atau tidak terkena virus HIV.
Nilai-nilai
Buku yang berjudul Hartini (Memoar
Seorang Perempuan dengan HIV) berkisah tentang perjuangan seorang ibu rumah
tangga yang memperjuangkan penyakitnya yaitu HIV. Buku ini sangat menginspirasi
untuk tetap berjuang dalam keadaan apapun. Setiap babnya mengisahkan kisah
hidup Hartini dari awal dia menjadi tkw hingga tertular HIVkarena suaminya
ketiga. Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah perjuangan Hartini
menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan pegetahuan mengenai HIV AIDS
itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93 yang menjelaskan apa itu
Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus HIV dapat menular dengan
jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV tidak menyebar dengan
semudah itu. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana kita harus bersikap kedapa
penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat menularkan HIV dan
apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV.
Buku ini mengajarkan tentang nilai keberanian, perjuangan
tanpa rasa putus asa, kasih sayang, menerima kekurangan dan kelebihan dari
pasangan, apapun halangan dan rintangan tetaplah berjuang tidak putus asa.
Refleksi
Buku yang berjudul Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV) memberikan banyak
inspirasi kepada para pembaca terutama tentang perjuangan seorang Hartini menghadapi
serangan HIV AIDS. Perjuangan adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai
kesuksesan dengan kerja keras untuk mencapai kesuksesan atau suatu hal yang
baik dengan kerja keras tanpa adala kata lelah
dan putus asa.
Setelah membaca buku ini, saya merasa sering
menyia-nyiakan waktu karena, terlalu sering melakukan kegiatan-kegiatan yang
kurang menunjang perkuliahan saya. Sering juga terlalu gampang merasa putus asa
dan susah untuk berjuang kembali. Dengan buku ini menunjukkan sekeras-kerasnya
hidup semua pasti berakhir dengan bahagia jika kita berusaha dengan keras.
Putus asa sesaat mungkin masih boleh namun harus berjuang kembali dengan sekuat
tenaga.
Artikel
Reflektif
Sang
Pejuang HIV
Berbicara
tentang HIV AIDS, kita seperti dihadapkan dengan permasalahan yang harus
mendapatkanperhatian lebih. Banyak orang yang perlu diberikan wawasan mengenai
apa itu HIV AIDS, juga mengenai ODHA atau orang dengan HIV AIDS.Selama ini
masih banyak masyarakat berpandangan kalau virus HIV paling banyak diidap oleh
pekerja seks komersial, seks bebas, pecandu narkoba dan beberapa kelompok yang
rentan terkena HIV. Namun faktanya, HIV
bisa pula beresiko diidap oleh ibu rumah
tangga.
Memoar Hartini
yang ditulis oleh Anang YB ini, membuka mata kita bahwa virus HIV bisa terjadi
pada siapa saja. Seperti Hartini yang selama ini merupakan sosok ibu rumah
tangga yang baik, ternyata harus menerima tertular virus HIV yang ia terima
dari suami ketiganya Leo.
Hartini harus
menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, Hartini juga
harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan terkena HIV di
akhir hayatnya. Tidak hanya harus ditinggal sang putra, Hartini juga harus
berpisah dengan putrinya Iyya yang tinggal bersama neneknya, ibu angkat
Hartini.
Hidup Hartini
penuh dengan lika liku sebelum divonis HIV. Selain ia nikah cerai, Hartini juga
pernah mengalami pelecehan dan percobaan pemerkosaa saat bekerja di arab. Karena trauma ia
memutuskan pulang ke Indonesia dan menikah kembali.
Pernikahan
ketiganya ini juga tak berjalan mulus. Ia kerap menerima perlakuan kasar dari
suaminya Leo. Sang suami sering melakukan kekerasan fisik hanya karena cemburu
buta. Akhirnya Hartini meminta cerai. Ia memutuskan untuk berobat agar sembuh
demi anaknya Iyya.Perjalanan Hartini untuk pengobatan HIV, membawanya
berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan wawasan lebih banyak mengenai
HIV AIDS dari dokter maupun komunitas HIV yang
diikutinya. Hartini akhirnya melakukan pendampingan kepada ODHA dan giat
memberikan pengetahuan dan sosialisasi HIV AIDS kepada masyarakat. Meskipun
Hartini berjuang melawan penyakit HIV terkadang ia menghadapi diskriminasi
karena HIV, namun ia tidak pernah menyerah.
Sebagai
konselor, Hartini kerap kali berbicara sebagai bahwa ada sikap yang cenderung
menyudutkan perempuan dalam kasus HIV dan AIDS. Jika diketahui yang positif
terkena virus HIV adalah perempuan, laki-laki cenderung menyalahkan perempuan.
Sebaliknya, jika laki-laki yang positif HIV, perempuan cenderung menguatkan
pasangannya. Hartini juga bependapat bahwa ODHA memiliki hak yang sama dengan
orang pada umumnya, tidak ada pengecualian, sesuai dengan undang-undang. Ia pun
yakin, dengan memunculkan diri, orang akan melihat bahwa ODHA baik-baik saja dan
tidak menyusahkan orang lain, bahkan memiliki suami dan anak yang sampai
sekarang negatif HIV.
Kisah Hartini
kerap diangkat dalam berbagai media cetak dan televisi, salah satunya ia pernah
menjadi narasumber diacara kick Andy. Hartini kembali menikah dengan Firman.
Pernikahan mereka berjalan harmonis, sang suami menerima apa adanya Hartini.
Pernikahan mereka semakin lengakp dengan hadirnya bayi Nacita serta berkumpul
dengan Iyya.
Puisi Reflektif
Dia yang tersakiti
Dia yang terhina
Dia yang terbuang
Hanya karena setitik virus
Kau menyakitinya
Kau menghinanya
Kau membuangnya
Dia tak bersalah
Dia hanya wanita yang digerus usia
Tugas 2
Ayo Raih Prestasi Sedini Mungkin!
Setiap manusia di dunia ini pasti ingin sekali
bisa berprestasi karena presatasi adalah suatu hal yang sangat membanggakan
baik bagi diri sendiri maupun orang tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika
anaknya berprestasi. Namun, mencapai prestasi bukanlah mudah. Presatasi tidak
bisa didapatkan hanya dengan usaha yang kecil, perlu diadakan pengorbanan yang
luar biasa di dalamnya untuk menghadapi kerikirl-kerikil tajam yang siap
menghadang di depan.
Kenapa kita harus berpresatsi sedini mungkin? Hal
ini karena dengan berpreatasi sedini mungkin bisa menciptakan pribadi yang
kompetitif yang kelak akan selalu memacu dirinya untuk terbiasa berkompetisi
dan berprestasi saat dewasa. Selain itu dengan berpresatasi sedini mungkin juga
bisa membuat kita bangga akan diri kita sendiri. Terlebih lagi, orang tua juga
akan sangat bersyukur dengan pencapaian kita tersebut.
Temukanlah setiap potensi yang ada di dalam diri
Anda karena setiap anak di duni ini pastilah memiliki potensi untuk
berpresatai. Lihatlah diri Anda lebih dalam lagi, pasti terdapat sebuah potensi
yang bisa Anda asah menjadi suatu yang membanggakan. Berprestasi tidak hanya
mencakup pada bidang pendidikan saja. Banyak bidang lain yang bisa Anda
andalkan seperti olahraga, seni dan masih banyak lagi. Asahlah
potensi-potensi tersebut sehingga bisa menjadi suatu hal yang bisa menuntun
Anda meraih prestasi. Oleh karena itu, marilah temukan potensi dalam diri kita,
lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah anak yang berprestasi dan buatlah
orang tua bangga akan pencapaian kita.
STRUKTUR TEKS PERSUASIF
1.
|
JUDUL
|
Ayo
Raih Prestasi Sedini Mungkin!
|
2.
|
TESIS
|
Setiap
manusia di dunia ini pasti ingin sekali bisa berprestasi karena presatasi
adalah suatu hal yang sangat membanggakan baik bagi diri sendiri maupun orang
tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya berprestasi. Namun,
mencapai prestasi bukanlah mudah. Presatasi tidak bisa didapatkan hanya
dengan usaha yang kecil, perlu diadakan pengorbanan yang luar biasa di
dalamnya untuk menghadapi kerikirl-kerikil tajam yang siap menghadang di
depan.
|
3.
|
ARGUMEN/ OPINI
|
Kenapa
kita harus berpresatsi sedini mungkin? Hal ini karena dengan berpreatasi
sedini mungkin bisa menciptakan pribadi yang kompetitif yang kelak akan
selalu memacu dirinya untuk terbiasa berkompetisi dan berprestasi saat
dewasa. Selain itu dengan berpresatasi sedini mungkin juga bisa membuat kita
bangga akan diri kita sendiri. Terlebih lagi, orang tua juga akan sangat
bersyukur dengan pencapaian kata tersebut.
|
4.
|
AJAKAN
|
Temukanlah
setiap potensi yang ada di dalam diri Anda karena setiap anak di duni ini
pastilah memiliki potensi untuk berpresatai. Lihatlah diri Anda lebih dalam
lagi, pasti terdapat sebuah potensi yang bisa Anda asah menjadi suatu yang
membanggakan. Berprestasi tidak hanya mencakup pada bidang pendidikan saja.
Banyak bidang lain yang bisa Anda andalkan seperti olahraga, seni dan masih
banyak lagi. Asahlah potensi-potensi tersebut sehingga bisa menjadi
suatu hal yang bisa menuntun Anda meraih prestasi. Oleh karena itu, marilah
temukan potensi dalam diri kita, lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah
anak yang berprestasi dan buatlah orang tua bangga akan pencapaian
kita.
|
CIRI BAHASA TEKS
NO
|
CIRI
|
CONTOH
|
1.
|
KALIMAT AJAKAN
|
1. Lihatlah diri Anda lebih
dalam lagi, pasti terdapat sebuah potensi yang bisa Anda asah menjadi suatu
yang membanggakan.
2. Oleh karena itu, marilah
temukan potensi dalam diri kita, lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah
anak yang berprestasi dan buatlah orang tua bangga akan pencapaian
kita.
|
2.
|
SEBAB AKIBAT
|
1. Setiap manusia di dunia ini
pasti ingin sekali bisa berprestasi karena presatasi adalah suatu hal yang
sangat membanggakan baik bagi diri sendiri maupun orang tua.
2. Kenapa kita harus berpresatsi
sedini mungkin? Hal ini karena dengan berpreatasi sedini mungkin bisa
menciptakan pribadi yang kompetitif yang kelak akan selalu memacu dirinya
untuk terbiasa berkompetisi dan berprestasi saat dewasa.
|
Tugas 3
Judul
: Hartini (Memoar Seorang
Perempuan dengan HIV)
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Penulis : Anang YB
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Editor
: Andy F. Noya
Isbn
: 978-602-412-012-2
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Tebal : 186 Halaman
Tahun : 2016
Sang
Pejuang HIV
Berbicara
tentang HIV AIDS, kita seperti dihadapkan dengan permasalahan yang harus
mendapatkanperhatian lebih. Banyak orang yang perlu diberikan wawasan mengenai
apa itu HIV AIDS, juga mengenai ODHA atau orang dengan HIV AIDS.Selama ini
masih banyak masyarakat berpandangan kalau virus HIV paling banyak diidap oleh
pekerja seks komersial, seks bebas, pecandu narkoba dan beberapa kelompok yang
rentan terkena HIV. Namun faktanya, HIV
bisa pula beresiko diidap oleh ibu rumah
tangga.
Memoar Hartini
yang ditulis oleh Anang YB ini, membuka mata kita bahwa virus HIV bisa terjadi
pada siapa saja. Seperti Hartini yang selama ini merupakan sosok ibu rumah
tangga yang baik, ternyata harus menerima tertular virus HIV yang ia terima
dari suami ketiganya Leo.
Hartini harus
menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, Hartini juga
harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan terkena HIV di
akhir hayatnya. Tidak hanya harus ditinggal sang putra, Hartini juga harus berpisah
dengan putrinya Iyya yang tinggal bersama neneknya, ibu angkat Hartini.
Hidup Hartini
penuh dengan lika liku sebelum divonis HIV. Selain ia nikah cerai, Hartini juga
pernah mengalami pelecehan dan percobaan pemerkosaa saat bekerja di arab. Karena trauma ia
memutuskan pulang ke Indonesia dan menikah kembali.
Pernikahan
ketiganya ini juga tak berjalan mulus. Ia kerap menerima perlakuan kasar dari
suaminya Leo. Sang suami sering melakukan kekerasan fisik hanya karena cemburu
buta. Akhirnya Hartini meminta cerai. Ia memutuskan untuk berobat agar sembuh
demi anaknya Iyya.Perjalanan Hartini untuk pengobatan HIV, membawanya
berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan wawasan lebih banyak mengenai
HIV AIDS dari dokter maupun komunitas HIV yang
diikutinya. Hartini akhirnya melakukan pendampingan kepada ODHA dan giat
memberikan pengetahuan dan sosialisasi HIV AIDS kepada masyarakat. Meskipun
Hartini berjuang melawan penyakit HIV terkadang ia menghadapi diskriminasi
karena HIV, namun ia tidak pernah menyerah.
Sebagai
konselor, Hartini kerap kali berbicara sebagai bahwa ada sikap yang cenderung
menyudutkan perempuan dalam kasus HIV dan AIDS. Jika diketahui yang positif
terkena virus HIV adalah perempuan, laki-laki cenderung menyalahkan perempuan.
Sebaliknya, jika laki-laki yang positif HIV, perempuan cenderung menguatkan
pasangannya. Hartini juga bependapat bahwa ODHA memiliki hak yang sama dengan
orang pada umumnya, tidak ada pengecualian, sesuai dengan undang-undang. Ia pun
yakin, dengan memunculkan diri, orang akan melihat bahwa ODHA baik-baik saja
dan tidak menyusahkan orang lain, bahkan memiliki suami dan anak yang sampai
sekarang negatif HIV.
Kisah Hartini
kerap diangkat dalam berbagai media cetak dan televisi, salah satunya ia pernah
menjadi narasumber diacara kick Andy. Hartini kembali menikah dengan Firman.
Pernikahan mereka berjalan harmonis, sang suami menerima apa adanya Hartini.
Pernikahan mereka semakin lengakp dengan hadirnya bayi Nacita serta berkumpul
dengan Iyya.
Komentar
Buku memoar Hartini memang layak di untuk di
baca. Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah perjuangan Hartini
menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan pegetahuan mengenai HIV AIDS
itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93 yang menjelaskan apa itu
Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus HIV dapat menular dengan
jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV tidak menyebar dengan
semudah itu. Dalam buku ini dijelaskanbagaimana kita harus bersikap kedapa
penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat menularkan HIV dan
apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV. Namun ada sedikit yang
perlu disayangkan, dalam buku ini terdapat beberapa kalimat percakapan antara
dokter dengan Hartini yang dituliskan menggunakan kalimat yang sedikit vulgar.
Padahal mungkin saja pembaca buku ini tidak hanya dari kalangan mahasiswa, jika
anak yang masih berumur 17 kebawah membaca ini menurut saya kurang tepat saja
jika dipaparkan kalimat seperti itu.
Komentar Resensi Teman
Nama : Wasilatul Maghfiroh
Off/No :B/37
Judul
Buku :Tuhan dan Agama dalam
Pergulatan Batin Kartini
Pengarang :Th. Sumartana
Penerbit :Gading Publishing
Tahun :2013
Tebal
halaman :137 halaman
ISBN :978-602-17575-0-5
Hidup Adalah Teka-Teki Cerita
Sudah
banyak karya dan kajian yang ditulis orang mengenai Kartini. Buku ini di tulis
berdasarkan cerita yang dialami oleh Kartini. Penulis menulis buku ini
berdasarkan kegelisahan Kartini dalam batinnya. Ia bimbang ketika ia berhadapan
dengan permasalahan antara Tuhan dan agama.
Banyak yang mengatakan bahwa
hidup merupakan pilihan serta keyakinan. Kita lupa bahwa sebenarnya hidup
adalah potongan teka-teki yang harus dilengkapi. Tidak ada yang tahu apa yang
akan terjadi satu menit kedepan dalam kehidupan dan tidak akan ada yang tahu
bahwa yang kita yakini awalnya dapat pudar secara perlahan tergerus oleh
pikiran. Ya, tentu saja pikiran kita sendiri yang bisa mengubah keyakinan
menjadi keraguan. Seperti halnya biografi hartini yang ditulis melalui judul
buku “Tuhan Dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini” akan membuat pembaca akan
merasa dilema, karena pada awalnya pembaca akan merasa sangat terinspirasi
dengan perjuangan Kartini yang sangat memperjuangkan kemajuan terutama dalam
bidang emansipasi wanita. Akan tetapi, setelah membaca lebih lanjut pembaca
akan merasa dilema karena buku ini membahas hal yang sangat sensitif jika
diperbincangkan.
TH Sumartha mengangkat kehidupan
Kartini yang pada awalnya menceritakan perjuangan Kartini untuk membuat
perubahan terhadap kebudayaan Indonesia yang menyimpang. Perjuangan Kartini
untuk membuat emansipasi wanita karena ia sendiri tidak dapat melanjutkan
sekolah karena ia merupakan seorang anak gadis yang pada saat itu harus
dipingit dn tidak diperbolehkan untuk bersekolah. Diceritakan pula latar
belakang keluarga Kartini yang tak banyak diketahui oleh khalayak umum.
Akan tetapi persoalan lain muncul
dan membuat sebuah pergulatan dalam batin Kartini yaitu soal agama dan Tuhan.
Kartini merupakan seorang penganut agama yang baik. Suatu ketika dia mengalami
suatu permasalahan yang ingin ditentangnya akan tetapi dalam agama yang ia
yakini justru memperbolehkannya. Berdasarkan permasalahan itulah timbul jarak
antara Kartini dengan Agama serta Tuhannya. Lalu bagaimanakah keyakinan
Kartini? Apakah Kartini mulai tidak mempercayai agama?
Awalnya karya ini merupakan bagian dari
disertas berjudul Mission at the Cross Road, dari TH. Sumartana (1944-2003) di
Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Buku ini terbit persis 20 tahun lalu
(1993) dan hampir mustahil untuk memperolehnya dipasaran. Penulisnya TH.
Sumarthana adalah seorang cendekiawan, sastrawan, kolomnis dan aktivis dialog
antariman yang terkemuka pada era 70an hingga awal 2000-an.
Kelebihan
buku ini kita dapat mengetahui bagaimana Kartini memperjuangkan perubahan yang
besar untuk masyarakat Indonesia terutama tentang emansipasi wanita. Dengan
membaca buku ini tentu saja sebagai kaum perempuan kita harus merasa bangaga
dengan Kartini. Akan tetapi dalam buku ini kita tahu bahwa buku ini pada
dasarnya membahas tentang pergulatan batin Kartini tentang Tuhan dan Agama.
Jika orang yang membaca buku ini tanpa didasari oleh keterbukaan pola pikir
maka kita akan mudah menuduh atauh bahkan sisi keagamaan kita juga akan
terombang ambing pula.
Komentar:
Meski
terkadang buku ini membuat pemikiran yang rancu terhadap penilaian sosok
Kartini, akan tetapi dalam buku ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kita
jangan gampang menyimpulkan sesuatu tanpa mengetahui semua dengan tuntas.
Kelemahan buku ini hanya satu, tidak diceritakan secara detail tentang
kehidupan beragama Kartini. Akan tetapi buku ini disajikan dengan sangat
sederhana namun sempurna karena terdapat bahasa asing akan tetapi ada
terjemahannya pula.
KOMENTAR
Hasil dari resensi diatas judul
sudah merupakan kesan atau kesimpulan terhadap isi buku. Pemilihan judul juga
sudah kreatif karena berbeda dengan judul buku. Namun dalam pemilihan judul
masih belum memiliki kata-kata emotif. Pada pembukaan resensi masih belum
terdapat pengenalan buku (judul, pengarang, dan kepopuleran buku) dalam
pembukaan juga belum tercantumkan penilaian kualitas buku, dan klasifikasi
jenis buku. Resensi diatas juga belum menggunakan kata yang khas atau unik
untuk menarik perhatian pembaca. Meskipun dalam penulisan sinopsis belum
mencerminkan keseluruhan isi buku namun ada detail atau informasi tambahan yang
dicantumkan. Penulisan sinopsis juga belum menggunakan pilihan-pilihan kata
emotif. Resensi ini sudah dicantumkan penilaian dari kelebihan dan kekurangan
buku, namun belum menggunakan gaya pengungkapan yang khas dan belum menggunakan
pilhan kata emotif.
Tugas 4
JURNAL
REFLEKSI PERKULIAHAN
Sejak memulai
pendidikan lebih lanjut di Universitas Negeri Malang, di pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia saya merasa jurusan yang saya pilih akan lebih mudah
dibandingkan dengan jurusan lain. Saya sedikit percaya diri akan mudah
menguasai mata kuliah yang ada dalam jurusan yang saya ambil. Namun setelah
menempuh semester pertama, ada rasa kaget dalam diri saya. Banyak mata kuliah
yang asing bagi saya, saya mengira di jurusan Bahasa Indonesia ini hanya akan
ada pelajaran mengenai puisi, drama dan dongeng. Ternyata tidak banyak dasar
mengenai kebahasaan, sejarah, dan teori mengenai sastra Indonesia. Memasuki
semester 2 pun juga begitu, pengalaman di awal terjadi lagi. Ketika mengambil
mata kuliah membaca teks informatif, saya mengira pelajaran ini akan cukup
mudah saya kuasai.
Di awal saya memang
kesulitan bahkan untuk membedakan teks ilmiah dan non ilmiah saja saya masih
belum bisa. Dengan bimbingan dosen dan menempuh mata pelajaran membaca teks
informatif saya dapat membedakan keduanya. Teka ilmiah adalah karya tulis yang memuat ide, pendapat, maupun
hasil penelitian yang berhubungan dengan segala kegiatan keilmuan. Sedangngkan
teks non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif,
tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunkan gaya bahasa yang tidak
terlalu formal
Di awal menempuh mata
kuliah ini saya sering merasa bosan karena memang yang dibaca dan dibahas bukan
novel ataupun cerpen. Pada dasarnya memang saya sudah terbiasa membaca atau
menganalisis novel yang bersifat imajinatif. Di semester pertama pun saya hanya
mendapat tugas untuk membaca buku yang bersifat imajinatif. Apalagi pada mata
kuliah ini saya mendapat kewajiban untuk membaca buku sebanyak 10 buku, yang
berarti setiap minggu harus merampungkan satu buku dan harus mengumpulkan
sinopsis dan resensi dari buku yang telah dibaca. Awalnya saya sangat merasa
terbebani dengan tugas yang diberikan. Saya tidak yakin bisa menyelesaikan satu
buku dalam waktu satu minggu, dengan tugas yang selalu menumpuk saya sangat
merasa terbebani. Namun dengan berjalannya waktu, dengan arahan dan bimbingan
dosen saya dapat menyelesaikan kewajiban yang diberikan. Buku pertama yang saya
baca mengenai motivasi belajar, kemudian saya membaca mengenai
biografi-biografi tokoh yang beberapa belum saya kenal. Dengan tugas yang
diberikan ini banyak hal baru yang saya dapatkan.
Beberapa buku yang saya
baca cukup membawa dampak untuk memotivasi diri saya seperti buku yang pernah
saya baca yaitu Hartini dan Motivasi Super Dahlan Iskan dari Ganti Hati Hingga
Jadi Menteri. Pada buku Hartni diceritakan seorang ibu rumah tanggah yang tetap
berjuang tanpa kenal putus asa menghadapi HIV yang dideritanya. Disini saya
dapat menangkap bahwa perjuangan yang tak mengenal kata putus asa akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Dan dalam buku Dahlan Iskan yang menceritakan
perjalanannya dari beliau menjadi anak kampung dan tinggal di lingkungan yang
kekurangan hingga beliau menjadi sukses bahkan menjadi menteri. Saya dapat
menangkap bahwa siapapun dan dari golongan manapun jika ia berusaha dengan
keras ia akan mencapai titik yang paling tinggi. Dari segala cobaaan yang
diterima tetap berusaha untuk menyingkirkan cobaan itu dan mencari jalan keluar
untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan.
Pada mata kuliah membaca
informatif ini kami tidak hanya dituntut untuk memahami buku dan teks non
ilmiah saja. Saat pembelajaran berlangsungpun kami diajarkan bagaimana cara
untuk teliti dalam mengerjakan suatu soal atau pertanyaan. Ketika awal kami
diberi teks dan diperintahkan untuk menjawan soal, sebagian besar dari anak di
kelas saya selalu salah menjawab soal atau pertanyaan yang diberikan. Namun
dengan berlatih terus menerus setidaknya saya dan teman-teman dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan, walaupun tidak semua jawaban yang kami berikan
benar. Dalam pembelajaran ini kami memang dituntut untuk membaca dengan cermat.
Selain menjawab
pertanyaan dengan teliti. Pada mata kuliah ini juga diajarkan bagaimana cara meresensi
yang buku dengan benar kemudian menilai hasil resensi dengan baik. Awalnya saya
sulit membedakan bagaimana cara meresensi dan bagaimana cara membuat ikhtisar
dan sinopsis. Saya berpikir bahwa
ketiganya memiliki isi yang sama. Namun dengan tugas yang diberikan akhirnya
saya mengetahui bagaimana bentuk resensi, bagaimana bentuk ikhtisar dan
bagaimana bentuk sinopsis.
Pada perkuliahan ini
saya juga diajarkan mengenai bagaimana isi atau struktur dan ciri kebahasaan
dari teks LHO, persuasif, deskriptif dan masih banyak lainnya. Pada awal
pengerjaan memang saya banyak menemui kesalahan. Namun setelah dibahas bersama
saya menjadi paham bagaimana struktur yang benar dari teks yang saya analisis.
Saya juga di ajarkan untuk menulis refleksi buku multimoda yang mengasah
kreativitas karena setelah membaca buku saya harus membuat artikel serta puisi
berdasarkan buku yang telah saya baca. Kemudian saya juga diajarkan untuk
menulis jurnal refleksi perkuliahan, yang menceritakan pengalaman serta cerita
saya dalam menjalani perkuliahan membaca informatif ini.


Mbak Nur, artikel reflektif itu berupa renungan,pemikiran, tindakan, sikap Mbak Nur setelah membaca buku tertentu. Bukan mencerotakan ulang isi buku!!!
BalasHapusTerus membaca dan berkarya ya!
Masih ada penulisan yang salah pengejaan, lebih teliti lagi ya..
BalasHapuslalu mengomentari milik teman tidak diposting disini namun pada kolom komentar yang tersedia.
dari segi judul, sudah sangat menarik dan cukup memancing rasa penasaran penulis.bahasa yang digunakan juga cukup komunikatif serta mudah dipahami. namun, dari isi artikel kurang iniiatif serta kurang kreatif dan masih belum mencerminkan kebebasan penulis dalam mengungkapkan refleksi dari buku tang dibaca.
BalasHapus