Jumat, 12 Mei 2017

Nur Afra L

Tugas 1



Judul               : Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Penulis             : Anang YB
Penerbit           : PT Kompas Media Nusantara
Editor              : Andy F. Noya
Isbn                 : 978-602-412-012-2
Tebal               : 186 Halaman
Tahun              : 2016

Catatan tentang Kredibilitas Buku
Buku ini ditulis oleh orang ahli dalam bidangnya. Anang Tri Nugroho atau yang biasa dikenal dengan nama pena Anang YB adalah seorang geografer, namun karena kesukaannya dengan menulis beliau sedikit mengurangi sebagai seorang geografer. Banyak karyanya terkaait dengan inspirasi dan motivasi. Diterbitkan oleh penerbita PT Kompas Media Nusantara sehingga tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya.

Ikhtisar
Hartini, merupakan ibu rumah tangga yang akhirnya harus menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, Hartini juga harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan terkena HIV di akhir hayatnya.  Sementara itu juga Hartini harus berpisah jarak dengan putrinya  Iyya, yang tinggal dan dirawat neneknya di Lampung. Namun dengan semangat dari ibu serta anaknya Iyya ia menjadi wanita yang kuat dalam menghadapi penyakitnya ini.
Kisah hidup Hartini ternyata penuh lika liku sebelum menerima vonis HIV. Selain harus mengalami kegagalan dalam rumah tangga, Hartini pernah mengalami percobaan pemerkosaan saat bekerja menjadi tkw di luar negeri. Trauma akan pelecehan tersebut, Hartini memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menikah kembali. Hartini menikah sebanyak tiga kali. Suami pertama memberinya satu anak yang bernama Iyya. Suami kedua memberi satu anak perempuan juga, Aldilla namanya. Namun Aldilla hanya bertahan enam bulan karena sakit bawaan, kebocoran jantung. Pernikahan ketigapun menimbulkan kepiluan baginya, anak lelakinya Nandito harus meninggal karena terserang penyakit HIV.
Rumah tangga ketiga kalinya yang di bina bersama suaminya Leo selalu di warnai dengan kekerasan dalam rumah tangga. Sang suami memang sering melakukan kekerasan fisik kepada Hartini dengan alasan cemburu buta. Pernah saat naik bajaj bersama Leo mampir ke minimarket, saat menunggi sang suami Hartini berbincang dengan sang supir. Leo yang terbawa emosi berbuat kasar ke Hartini, ia memukul Hartini dengan keras hingga pingsan. Bahkan saat mengandung  Nandito, Leo pernah memukul dan menginjak-injak sang istri hanya karena cemburu buta. Disangkanya Hartini selingkuh dengan tetangga. Terkadang dalam benak Hartini ingin memmembalas perlakuan kejam suaminya, bahkan ada pikiran ia akan memukul kepala Leo dengan botol-botol minuman keras yang ada dirumah mereka. Namun Hartini sadar bahwa jika ia melakukan hal tersebut, konsekuensinya adalah penjara. Ia tidak mau dipernjara, apalagi waktu itu Hartini sedang mengandung Nandito.
Hartini akhirnya berani mengugat cerai suami. Saat pertama kali kabur dari rumah sang mertua. Leo tidak terima ditinggal begitu saja. Dia meneror Hartini bertubi-tubi dengan mengirimkan pesan singkat. Namun Hartini tidak peduli dan bertekad akan meninggalkan dan menceraikan Leo. Hartini memilih untuk terus berobat agar sembuh. Ia menjalani kegiatan rutin berkunjung ke RS persahabatan di Bilangan Jakarta Timur. Perjalanan Hartini untuk pengobatan HIV, membawanya berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan pengetahuan dan wawasan lebih banyak mengenai HIV AIDS dari dokter maupun komunitas HIV yang  diikutinya. Hartini aktif di IPPI dan LSM, hartini juga menjadi kader muda di Puskesmas sebagai sosialisasi infromasi terkait HIV/AIDS. Ia membantu memutus mata rantai penyebaran virus HIV.
Hartini juga pernah menikah dengan orang yang mengidap HIV positif. Lelaki ini bernama Tarmono, mereka berdua saling berkomitmen untuk memberantas penyakit ini. Sayangnya Tarmono tidak dapat menepati janji itu, ia tetap bermain judi dan pakai narkoba. Hartini memutuskan untuk aktif melakukan pendampingan kepada ODHA dan gencar memberikan edukasi HIV AIDS kepada masyarakat.  Walaupun Hartini berjuang melawan penyakit HIV dan kadang harus menghadapi diskriminasi karena HIV, namun ia tidak pernah menyerah. Ditengah pernikahan selalu terjadi pertengkaran. Dengan persoalan-persoalan yang terjadi memutuskan mereka untuk bercerai.
Hartini kembali menemukan kebahagiaannya setelah bertemu dengan  Firman, suaminya sekarang. Mereka bertemu karena telfon Richard, penyandang HIV juga yang sedang digadaikan. Saat Hartini menelfon, Firman mengira dia adalah pacar Richard. Dari percakapan kecil ini mereka menjadi sering bertemu. Pernikahan mereka semakin lengkap dengan hadirnya bayi Nacita serta berkumpul kembali bersama Iyya. Awalnya mungkin Hartini takut anaknya akan tertular HIV juga, namun dokter berkata bahwa Hartini tidak perlu khawatir karena hasil tes viral load tidak terdeteksi dari tubuh Hartini. Hartini memeutuskan untuk melahirkan secara normal, karena jika sesar benyak kemungkinan buruk yang akan terjadi. Semua berjalan normal, saat di tespun Nacita tidak terinfeksi atau tidak terkena virus HIV.

Nilai-nilai
Buku yang berjudul Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV) berkisah tentang perjuangan seorang ibu rumah tangga yang memperjuangkan penyakitnya yaitu HIV. Buku ini sangat menginspirasi untuk tetap berjuang dalam keadaan apapun. Setiap babnya mengisahkan kisah hidup Hartini dari awal dia menjadi tkw hingga tertular HIVkarena suaminya ketiga. Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah perjuangan Hartini menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan pegetahuan mengenai HIV AIDS itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93 yang menjelaskan apa itu Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus HIV dapat menular dengan jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV tidak menyebar dengan semudah itu. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana kita harus bersikap kedapa penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat menularkan HIV dan apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV.
Buku ini mengajarkan tentang nilai keberanian, perjuangan tanpa rasa putus asa, kasih sayang, menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan, apapun halangan dan rintangan tetaplah berjuang tidak putus asa.
Refleksi
            Buku yang berjudul Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV) memberikan banyak inspirasi kepada para pembaca terutama tentang perjuangan seorang Hartini menghadapi serangan HIV AIDS. Perjuangan adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan dengan kerja keras untuk mencapai kesuksesan atau suatu hal yang baik dengan kerja keras tanpa adala kata lelah dan putus asa.
            Setelah membaca buku ini, saya merasa sering menyia-nyiakan waktu karena, terlalu sering melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang menunjang perkuliahan saya. Sering juga terlalu gampang merasa putus asa dan susah untuk berjuang kembali. Dengan buku ini menunjukkan sekeras-kerasnya hidup semua pasti berakhir dengan bahagia jika kita berusaha dengan keras. Putus asa sesaat mungkin masih boleh namun harus berjuang kembali dengan sekuat tenaga.
             
Artikel Reflektif
            Sang Pejuang HIV
Berbicara tentang HIV AIDS, kita seperti dihadapkan dengan permasalahan yang harus mendapatkanperhatian lebih. Banyak orang yang perlu diberikan wawasan mengenai apa itu HIV AIDS, juga mengenai ODHA atau orang dengan HIV AIDS.Selama ini masih banyak masyarakat berpandangan kalau virus HIV paling banyak diidap oleh pekerja seks komersial, seks bebas, pecandu narkoba dan beberapa kelompok yang rentan terkena HIV.  Namun faktanya, HIV bisa pula  beresiko diidap oleh ibu rumah tangga.
Memoar Hartini yang ditulis oleh Anang YB ini, membuka mata kita bahwa virus HIV bisa terjadi pada siapa saja. Seperti Hartini yang selama ini merupakan sosok ibu rumah tangga yang baik, ternyata harus menerima tertular virus HIV yang ia terima dari suami ketiganya Leo.
Hartini harus menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, Hartini juga harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan terkena HIV di akhir hayatnya. Tidak hanya harus ditinggal sang putra, Hartini juga harus berpisah dengan putrinya Iyya yang tinggal bersama neneknya, ibu angkat Hartini.
Hidup Hartini penuh dengan lika liku sebelum divonis HIV. Selain ia nikah cerai, Hartini juga pernah mengalami pelecehan dan percobaan pemerkosaa  saat bekerja di arab. Karena trauma ia memutuskan pulang ke Indonesia dan menikah kembali.
Pernikahan ketiganya ini juga tak berjalan mulus. Ia kerap menerima perlakuan kasar dari suaminya Leo. Sang suami sering melakukan kekerasan fisik hanya karena cemburu buta. Akhirnya Hartini meminta cerai. Ia memutuskan untuk berobat agar sembuh demi anaknya Iyya.Perjalanan Hartini untuk pengobatan HIV, membawanya berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan wawasan lebih banyak mengenai HIV AIDS dari dokter maupun komunitas HIV yang  diikutinya. Hartini akhirnya melakukan pendampingan kepada ODHA dan giat memberikan pengetahuan dan sosialisasi HIV AIDS kepada masyarakat. Meskipun Hartini berjuang melawan penyakit HIV terkadang ia menghadapi diskriminasi karena HIV, namun ia tidak pernah menyerah.
Sebagai konselor, Hartini kerap kali berbicara sebagai bahwa ada sikap yang cenderung menyudutkan perempuan dalam kasus HIV dan AIDS. Jika diketahui yang positif terkena virus HIV adalah perempuan, laki-laki cenderung menyalahkan perempuan. Sebaliknya, jika laki-laki yang positif HIV, perempuan cenderung menguatkan pasangannya. Hartini juga bependapat bahwa ODHA memiliki hak yang sama dengan orang pada umumnya, tidak ada pengecualian, sesuai dengan undang-undang. Ia pun yakin, dengan memunculkan diri, orang akan melihat bahwa ODHA baik-baik saja dan tidak menyusahkan orang lain, bahkan memiliki suami dan anak yang sampai sekarang negatif HIV.
Kisah Hartini kerap diangkat dalam berbagai media cetak dan televisi, salah satunya ia pernah menjadi narasumber diacara kick Andy. Hartini kembali menikah dengan Firman. Pernikahan mereka berjalan harmonis, sang suami menerima apa adanya Hartini. Pernikahan mereka semakin lengakp dengan hadirnya bayi Nacita serta berkumpul dengan Iyya.
Puisi Reflektif
Dia yang tersakiti
Dia yang terhina
Dia yang terbuang
Hanya karena setitik virus
Kau menyakitinya
Kau menghinanya
Kau membuangnya
Dia tak bersalah
Dia hanya wanita yang digerus usia



Tugas 2



Ayo Raih Prestasi Sedini Mungkin!

Setiap manusia di dunia ini pasti ingin sekali bisa berprestasi karena presatasi adalah suatu hal yang sangat membanggakan baik bagi diri sendiri maupun orang tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya berprestasi. Namun, mencapai prestasi bukanlah mudah. Presatasi tidak bisa didapatkan hanya dengan usaha yang kecil, perlu diadakan pengorbanan yang luar biasa di dalamnya untuk menghadapi kerikirl-kerikil tajam yang siap menghadang di depan.

Kenapa kita harus berpresatsi sedini mungkin? Hal ini karena dengan berpreatasi sedini mungkin bisa menciptakan pribadi yang kompetitif yang kelak akan selalu memacu dirinya untuk terbiasa berkompetisi dan berprestasi saat dewasa. Selain itu dengan berpresatasi sedini mungkin juga bisa membuat kita bangga akan diri kita sendiri. Terlebih lagi, orang tua juga akan sangat bersyukur dengan pencapaian kita tersebut.

Temukanlah setiap potensi yang ada di dalam diri Anda karena setiap anak di duni ini pastilah memiliki potensi untuk berpresatai. Lihatlah diri Anda lebih dalam lagi, pasti terdapat sebuah potensi yang bisa Anda asah menjadi suatu yang membanggakan. Berprestasi tidak hanya mencakup pada bidang pendidikan saja. Banyak bidang lain yang bisa Anda andalkan seperti olahraga, seni dan masih banyak lagi.  Asahlah potensi-potensi tersebut sehingga bisa menjadi suatu hal yang bisa menuntun Anda meraih prestasi. Oleh karena itu, marilah temukan potensi dalam diri kita, lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah anak yang berprestasi dan buatlah orang tua bangga akan pencapaian kita.  

STRUKTUR TEKS PERSUASIF
1.
JUDUL
Ayo Raih Prestasi Sedini Mungkin!

2.
TESIS
Setiap manusia di dunia ini pasti ingin sekali bisa berprestasi karena presatasi adalah suatu hal yang sangat membanggakan baik bagi diri sendiri maupun orang tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya berprestasi. Namun, mencapai prestasi bukanlah mudah. Presatasi tidak bisa didapatkan hanya dengan usaha yang kecil, perlu diadakan pengorbanan yang luar biasa di dalamnya untuk menghadapi kerikirl-kerikil tajam yang siap menghadang di depan.

3.
ARGUMEN/ OPINI
Kenapa kita harus berpresatsi sedini mungkin? Hal ini karena dengan berpreatasi sedini mungkin bisa menciptakan pribadi yang kompetitif yang kelak akan selalu memacu dirinya untuk terbiasa berkompetisi dan berprestasi saat dewasa. Selain itu dengan berpresatasi sedini mungkin juga bisa membuat kita bangga akan diri kita sendiri. Terlebih lagi, orang tua juga akan sangat bersyukur dengan pencapaian kata tersebut.

4.
AJAKAN
Temukanlah setiap potensi yang ada di dalam diri Anda karena setiap anak di duni ini pastilah memiliki potensi untuk berpresatai. Lihatlah diri Anda lebih dalam lagi, pasti terdapat sebuah potensi yang bisa Anda asah menjadi suatu yang membanggakan. Berprestasi tidak hanya mencakup pada bidang pendidikan saja. Banyak bidang lain yang bisa Anda andalkan seperti olahraga, seni dan masih banyak lagi.  Asahlah potensi-potensi tersebut sehingga bisa menjadi suatu hal yang bisa menuntun Anda meraih prestasi. Oleh karena itu, marilah temukan potensi dalam diri kita, lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah anak yang berprestasi dan buatlah orang tua bangga akan pencapaian kita.  


CIRI BAHASA TEKS
NO
CIRI
CONTOH
1.
KALIMAT AJAKAN

1.    Lihatlah diri Anda lebih dalam lagi, pasti terdapat sebuah potensi yang bisa Anda asah menjadi suatu yang membanggakan.

2.    Oleh karena itu, marilah temukan potensi dalam diri kita, lalu kembangkanlah potensi tersebut, jadilah anak yang berprestasi dan buatlah orang tua bangga akan pencapaian kita.  

2.
SEBAB AKIBAT
1.    Setiap manusia di dunia ini pasti ingin sekali bisa berprestasi karena presatasi adalah suatu hal yang sangat membanggakan baik bagi diri sendiri maupun orang tua.

2.    Kenapa kita harus berpresatsi sedini mungkin? Hal ini karena dengan berpreatasi sedini mungkin bisa menciptakan pribadi yang kompetitif yang kelak akan selalu memacu dirinya untuk terbiasa berkompetisi dan berprestasi saat dewasa.






Tugas 3




Judul               : Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Penulis             : Anang YB
Penerbit           : PT Kompas Media Nusantara
Editor              : Andy F. Noya
Isbn                 : 978-602-412-012-2
Tebal               : 186 Halaman
Tahun              : 2016

Sang Pejuang HIV
Berbicara tentang HIV AIDS, kita seperti dihadapkan dengan permasalahan yang harus mendapatkanperhatian lebih. Banyak orang yang perlu diberikan wawasan mengenai apa itu HIV AIDS, juga mengenai ODHA atau orang dengan HIV AIDS.Selama ini masih banyak masyarakat berpandangan kalau virus HIV paling banyak diidap oleh pekerja seks komersial, seks bebas, pecandu narkoba dan beberapa kelompok yang rentan terkena HIV.  Namun faktanya, HIV bisa pula  beresiko diidap oleh ibu rumah tangga.
Memoar Hartini yang ditulis oleh Anang YB ini, membuka mata kita bahwa virus HIV bisa terjadi pada siapa saja. Seperti Hartini yang selama ini merupakan sosok ibu rumah tangga yang baik, ternyata harus menerima tertular virus HIV yang ia terima dari suami ketiganya Leo.
Hartini harus menerima kenyataan virus HIV dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, Hartini juga harus merelakan kehilangan Nandhito, anaknya yang baru ketahuan terkena HIV di akhir hayatnya. Tidak hanya harus ditinggal sang putra, Hartini juga harus berpisah dengan putrinya Iyya yang tinggal bersama neneknya, ibu angkat Hartini.
Hidup Hartini penuh dengan lika liku sebelum divonis HIV. Selain ia nikah cerai, Hartini juga pernah mengalami pelecehan dan percobaan pemerkosaa  saat bekerja di arab. Karena trauma ia memutuskan pulang ke Indonesia dan menikah kembali.
Pernikahan ketiganya ini juga tak berjalan mulus. Ia kerap menerima perlakuan kasar dari suaminya Leo. Sang suami sering melakukan kekerasan fisik hanya karena cemburu buta. Akhirnya Hartini meminta cerai. Ia memutuskan untuk berobat agar sembuh demi anaknya Iyya.Perjalanan Hartini untuk pengobatan HIV, membawanya berkenalan dengan sesama ODHA. Ia pun mendapatkan wawasan lebih banyak mengenai HIV AIDS dari dokter maupun komunitas HIV yang  diikutinya. Hartini akhirnya melakukan pendampingan kepada ODHA dan giat memberikan pengetahuan dan sosialisasi HIV AIDS kepada masyarakat. Meskipun Hartini berjuang melawan penyakit HIV terkadang ia menghadapi diskriminasi karena HIV, namun ia tidak pernah menyerah.
Sebagai konselor, Hartini kerap kali berbicara sebagai bahwa ada sikap yang cenderung menyudutkan perempuan dalam kasus HIV dan AIDS. Jika diketahui yang positif terkena virus HIV adalah perempuan, laki-laki cenderung menyalahkan perempuan. Sebaliknya, jika laki-laki yang positif HIV, perempuan cenderung menguatkan pasangannya. Hartini juga bependapat bahwa ODHA memiliki hak yang sama dengan orang pada umumnya, tidak ada pengecualian, sesuai dengan undang-undang. Ia pun yakin, dengan memunculkan diri, orang akan melihat bahwa ODHA baik-baik saja dan tidak menyusahkan orang lain, bahkan memiliki suami dan anak yang sampai sekarang negatif HIV.
Kisah Hartini kerap diangkat dalam berbagai media cetak dan televisi, salah satunya ia pernah menjadi narasumber diacara kick Andy. Hartini kembali menikah dengan Firman. Pernikahan mereka berjalan harmonis, sang suami menerima apa adanya Hartini. Pernikahan mereka semakin lengakp dengan hadirnya bayi Nacita serta berkumpul dengan Iyya.

Komentar                                                                                                 
Buku memoar Hartini  memang layak di untuk di baca.  Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah perjuangan Hartini menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan pegetahuan mengenai HIV AIDS itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93 yang menjelaskan apa itu Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus HIV dapat menular dengan jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV tidak menyebar dengan semudah itu. Dalam buku ini dijelaskanbagaimana kita harus bersikap kedapa penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat menularkan HIV dan apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV. Namun ada sedikit yang perlu disayangkan, dalam buku ini terdapat beberapa kalimat percakapan antara dokter dengan Hartini yang dituliskan menggunakan kalimat yang sedikit vulgar. Padahal mungkin saja pembaca buku ini tidak hanya dari kalangan mahasiswa, jika anak yang masih berumur 17 kebawah membaca ini menurut saya kurang tepat saja jika dipaparkan kalimat seperti itu.


Komentar Resensi Teman




Nama               : Wasilatul Maghfiroh
Off/No                        :B/37




Judul Buku      :Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini
Pengarang       :Th. Sumartana
Penerbit           :Gading Publishing
Tahun              :2013
Tebal halaman :137 halaman
ISBN               :978-602-17575-0-5
                       

                                                Hidup Adalah Teka-Teki Cerita
            Sudah banyak karya dan kajian yang ditulis orang mengenai Kartini. Buku ini di tulis berdasarkan cerita yang dialami oleh Kartini. Penulis menulis buku ini berdasarkan kegelisahan Kartini dalam batinnya. Ia bimbang ketika ia berhadapan dengan permasalahan antara Tuhan dan agama.
            Banyak yang mengatakan bahwa hidup merupakan pilihan serta keyakinan. Kita lupa bahwa sebenarnya hidup adalah potongan teka-teki yang harus dilengkapi. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi satu menit kedepan dalam kehidupan dan tidak akan ada yang tahu bahwa yang kita yakini awalnya dapat pudar secara perlahan tergerus oleh pikiran. Ya, tentu saja pikiran kita sendiri yang bisa mengubah keyakinan menjadi keraguan. Seperti halnya biografi hartini yang ditulis melalui judul buku “Tuhan Dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini” akan membuat pembaca akan merasa dilema, karena pada awalnya pembaca akan merasa sangat terinspirasi dengan perjuangan Kartini yang sangat memperjuangkan kemajuan terutama dalam bidang emansipasi wanita. Akan tetapi, setelah membaca lebih lanjut pembaca akan merasa dilema karena buku ini membahas hal yang sangat sensitif jika diperbincangkan.
            TH Sumartha mengangkat kehidupan Kartini yang pada awalnya menceritakan perjuangan Kartini untuk membuat perubahan terhadap kebudayaan Indonesia yang menyimpang. Perjuangan Kartini untuk membuat emansipasi wanita karena ia sendiri tidak dapat melanjutkan sekolah karena ia merupakan seorang anak gadis yang pada saat itu harus dipingit dn tidak diperbolehkan untuk bersekolah. Diceritakan pula latar belakang keluarga Kartini yang tak banyak diketahui oleh khalayak umum.
            Akan tetapi persoalan lain muncul dan membuat sebuah pergulatan dalam batin Kartini yaitu soal agama dan Tuhan. Kartini merupakan seorang penganut agama yang baik. Suatu ketika dia mengalami suatu permasalahan yang ingin ditentangnya akan tetapi dalam agama yang ia yakini justru memperbolehkannya. Berdasarkan permasalahan itulah timbul jarak antara Kartini dengan Agama serta Tuhannya. Lalu bagaimanakah keyakinan Kartini? Apakah Kartini mulai tidak mempercayai agama?
Awalnya karya ini merupakan bagian dari disertas berjudul Mission at the Cross Road, dari TH. Sumartana (1944-2003) di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Buku ini terbit persis 20 tahun lalu (1993) dan hampir mustahil untuk memperolehnya dipasaran. Penulisnya TH. Sumarthana adalah seorang cendekiawan, sastrawan, kolomnis dan aktivis dialog antariman yang terkemuka pada era 70an hingga awal 2000-an.
Kelebihan buku ini kita dapat mengetahui bagaimana Kartini memperjuangkan perubahan yang besar untuk masyarakat Indonesia terutama tentang emansipasi wanita. Dengan membaca buku ini tentu saja sebagai kaum perempuan kita harus merasa bangaga dengan Kartini. Akan tetapi dalam buku ini kita tahu bahwa buku ini pada dasarnya membahas tentang pergulatan batin Kartini tentang Tuhan dan Agama. Jika orang yang membaca buku ini tanpa didasari oleh keterbukaan pola pikir maka kita akan mudah menuduh atauh bahkan sisi keagamaan kita juga akan terombang ambing pula.
Komentar:
Meski terkadang buku ini membuat pemikiran yang rancu terhadap penilaian sosok Kartini, akan tetapi dalam buku ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kita jangan gampang menyimpulkan sesuatu tanpa mengetahui semua dengan tuntas. Kelemahan buku ini hanya satu, tidak diceritakan secara detail tentang kehidupan beragama Kartini. Akan tetapi buku ini disajikan dengan sangat sederhana namun sempurna karena terdapat bahasa asing akan tetapi ada terjemahannya pula.
KOMENTAR
            Hasil dari resensi diatas judul sudah merupakan kesan atau kesimpulan terhadap isi buku. Pemilihan judul juga sudah kreatif karena berbeda dengan judul buku. Namun dalam pemilihan judul masih belum memiliki kata-kata emotif. Pada pembukaan resensi masih belum terdapat pengenalan buku (judul, pengarang, dan kepopuleran buku) dalam pembukaan juga belum tercantumkan penilaian kualitas buku, dan klasifikasi jenis buku. Resensi diatas juga belum menggunakan kata yang khas atau unik untuk menarik perhatian pembaca. Meskipun dalam penulisan sinopsis belum mencerminkan keseluruhan isi buku namun ada detail atau informasi tambahan yang dicantumkan. Penulisan sinopsis juga belum menggunakan pilihan-pilihan kata emotif. Resensi ini sudah dicantumkan penilaian dari kelebihan dan kekurangan buku, namun belum menggunakan gaya pengungkapan yang khas dan belum menggunakan pilhan kata emotif.

Tugas 4



JURNAL REFLEKSI PERKULIAHAN
Sejak memulai pendidikan lebih lanjut di Universitas Negeri Malang, di pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia saya merasa jurusan yang saya pilih akan lebih mudah dibandingkan dengan jurusan lain. Saya sedikit percaya diri akan mudah menguasai mata kuliah yang ada dalam jurusan yang saya ambil. Namun setelah menempuh semester pertama, ada rasa kaget dalam diri saya. Banyak mata kuliah yang asing bagi saya, saya mengira di jurusan Bahasa Indonesia ini hanya akan ada pelajaran mengenai puisi, drama dan dongeng. Ternyata tidak banyak dasar mengenai kebahasaan, sejarah, dan teori mengenai sastra Indonesia. Memasuki semester 2 pun juga begitu, pengalaman di awal terjadi lagi. Ketika mengambil mata kuliah membaca teks informatif, saya mengira pelajaran ini akan cukup mudah saya kuasai.
Di awal saya memang kesulitan bahkan untuk membedakan teks ilmiah dan non ilmiah saja saya masih belum bisa. Dengan bimbingan dosen dan menempuh mata pelajaran membaca teks informatif saya dapat membedakan keduanya. Teka ilmiah adalah  karya tulis yang memuat ide, pendapat, maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan segala kegiatan keilmuan. Sedangngkan teks non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunkan gaya bahasa yang tidak terlalu formal
Di awal menempuh mata kuliah ini saya sering merasa bosan karena memang yang dibaca dan dibahas bukan novel ataupun cerpen. Pada dasarnya memang saya sudah terbiasa membaca atau menganalisis novel yang bersifat imajinatif. Di semester pertama pun saya hanya mendapat tugas untuk membaca buku yang bersifat imajinatif. Apalagi pada mata kuliah ini saya mendapat kewajiban untuk membaca buku sebanyak 10 buku, yang berarti setiap minggu harus merampungkan satu buku dan harus mengumpulkan sinopsis dan resensi dari buku yang telah dibaca. Awalnya saya sangat merasa terbebani dengan tugas yang diberikan. Saya tidak yakin bisa menyelesaikan satu buku dalam waktu satu minggu, dengan tugas yang selalu menumpuk saya sangat merasa terbebani. Namun dengan berjalannya waktu, dengan arahan dan bimbingan dosen saya dapat menyelesaikan kewajiban yang diberikan. Buku pertama yang saya baca mengenai motivasi belajar, kemudian saya membaca mengenai biografi-biografi tokoh yang beberapa belum saya kenal. Dengan tugas yang diberikan ini banyak hal baru yang saya dapatkan.
Beberapa buku yang saya baca cukup membawa dampak untuk memotivasi diri saya seperti buku yang pernah saya baca yaitu Hartini dan Motivasi Super Dahlan Iskan dari Ganti Hati Hingga Jadi Menteri. Pada buku Hartni diceritakan seorang ibu rumah tanggah yang tetap berjuang tanpa kenal putus asa menghadapi HIV yang dideritanya. Disini saya dapat menangkap bahwa perjuangan yang tak mengenal kata putus asa akan menghasilkan sesuatu yang baik. Dan dalam buku Dahlan Iskan yang menceritakan perjalanannya dari beliau menjadi anak kampung dan tinggal di lingkungan yang kekurangan hingga beliau menjadi sukses bahkan menjadi menteri. Saya dapat menangkap bahwa siapapun dan dari golongan manapun jika ia berusaha dengan keras ia akan mencapai titik yang paling tinggi. Dari segala cobaaan yang diterima tetap berusaha untuk menyingkirkan cobaan itu dan mencari jalan keluar untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan.
Pada mata kuliah membaca informatif ini kami tidak hanya dituntut untuk memahami buku dan teks non ilmiah saja. Saat pembelajaran berlangsungpun kami diajarkan bagaimana cara untuk teliti dalam mengerjakan suatu soal atau pertanyaan. Ketika awal kami diberi teks dan diperintahkan untuk menjawan soal, sebagian besar dari anak di kelas saya selalu salah menjawab soal atau pertanyaan yang diberikan. Namun dengan berlatih terus menerus setidaknya saya dan teman-teman dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, walaupun tidak semua jawaban yang kami berikan benar. Dalam pembelajaran ini kami memang dituntut untuk membaca dengan cermat.
Selain menjawab pertanyaan dengan teliti. Pada mata kuliah ini juga diajarkan bagaimana cara meresensi yang buku dengan benar kemudian menilai hasil resensi dengan baik. Awalnya saya sulit membedakan bagaimana cara meresensi dan bagaimana cara membuat ikhtisar dan sinopsis. Saya berpikir  bahwa ketiganya memiliki isi yang sama. Namun dengan tugas yang diberikan akhirnya saya mengetahui bagaimana bentuk resensi, bagaimana bentuk ikhtisar dan bagaimana bentuk sinopsis.
Pada perkuliahan ini saya juga diajarkan mengenai bagaimana isi atau struktur dan ciri kebahasaan dari teks LHO, persuasif, deskriptif dan masih banyak lainnya. Pada awal pengerjaan memang saya banyak menemui kesalahan. Namun setelah dibahas bersama saya menjadi paham bagaimana struktur yang benar dari teks yang saya analisis. Saya juga di ajarkan untuk menulis refleksi buku multimoda yang mengasah kreativitas karena setelah membaca buku saya harus membuat artikel serta puisi berdasarkan buku yang telah saya baca. Kemudian saya juga diajarkan untuk menulis jurnal refleksi perkuliahan, yang menceritakan pengalaman serta cerita saya dalam menjalani perkuliahan membaca informatif ini.



3 komentar:

  1. Mbak Nur, artikel reflektif itu berupa renungan,pemikiran, tindakan, sikap Mbak Nur setelah membaca buku tertentu. Bukan mencerotakan ulang isi buku!!!
    Terus membaca dan berkarya ya!

    BalasHapus
  2. Masih ada penulisan yang salah pengejaan, lebih teliti lagi ya..
    lalu mengomentari milik teman tidak diposting disini namun pada kolom komentar yang tersedia.

    BalasHapus
  3. dari segi judul, sudah sangat menarik dan cukup memancing rasa penasaran penulis.bahasa yang digunakan juga cukup komunikatif serta mudah dipahami. namun, dari isi artikel kurang iniiatif serta kurang kreatif dan masih belum mencerminkan kebebasan penulis dalam mengungkapkan refleksi dari buku tang dibaca.

    BalasHapus