Minggu, 14 Mei 2017

Fuguh Adi P



Nama               : Fuguh Adi Putra
NIM/Offering : 150211604267/B

Tugas 1



Judul Buku                  : Soeharto : Biografi singkat 1921-2008
Pengarang                   : Taufik Adi Susilo
Cetakan Pertama         : 2012
Jumlah Halaman          : 152 Halaman
Penerbit                       : GARASI, Jogjakarta

Catatan Kredibilitas
Buku ini dicetak oleh orang yang berkompeten di bidangnya, Taufik Adi Susilo adalah seroang penulis buku biografi tentang para tokoh nasional seperti Soekarno, Soeharto, Gus Dur dan Tan Malaka serta karya tulis yang menyangkut ideologi dan nasionalis seperti kultur underground dan dinasti yahudi yang semua karya tulisnya sudah diterbitkan di media nasional adalah bukti bahwa buku serta pengarang adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan lagi kredibiliasnya.
Ikhtisar
Soeharto adalah presiden republik Indonesia kedua, dia adalah tokoh kuat sekaligus kontroversional. Pemerintahan era orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto banyak melakukan penyimpangan di berbagai bidang, termasuk maraknya kolusi, korupsi, dan nepotisme. Soeharto tetaplah fenomena luar biasa sekaligus misteri nan menarik bagi bangsa Indonesia maupun negara-negara lain.
            Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo,Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, Soeharto adalah anak dari Kertosudiro dan Sukirah. Soeharto bersekolah ketika ia berumur delapan tahun, ia pernah bersekolah di SD Puluhan, Godean kemudian pindah di SD pedes karena orang tuanya pindah tempat tinggal. Soeharto mengenyam pendidikan pertama di SMP Muhammadiyah Yogyakarta, Soeharto juga pernah bekerja di bank sebagai klerk bank hingga pada tahun 1939 ketika ia mendapat dua surat panggilan kerja dari lembaga ketenaran dan dari bank, Soeharto kemudian lebih memilih berkarier di militer. Pada karir militer Soeharto resmi menjadi TNI pada 5 Oktober 1945, menjadi pejabat militer pada tahun 1959, menjadi Panglima Kostrad pada tahun 1965, serta menjadi Pangima Kopkamtip pada tahun 1968.
            Era pemerintahan Soeharto disebut juga era Orde Baru, pada era ini terdapat ciri yang khas pada pemerintahan Orde Baru selama tiga dekade yaitu politik anti-komunis,militer dan golongan karya, pengerdilan partai politik, para loyalis dan orang kepercayaan, asas tunggal Pancasila, ideologi pembangunan, pola Patron-Klien, resepsi terhadap oposisi, pelanggaran HAM dan diskriminasi rasial, serta politik luar negeri.
Pada era Orde Baru juga terdapat Peristiwa-peristiwa kontroversional adapun peristiwa tersebut yaitu, serangan umum 1 maret 1949, kisah penyelundupan, manuver pada masa konfrontsi, peristiwa G30S ihwal Supersemar,serta wafatnya Soekarno.
            Soeharto juga mempunyai kerajaan bisnis yang dijalankan bersama keluarganya namun hal tersebut juga tak lepas dari banyak kontroversi yang terjadi. Berawal dari gagasan ibu Tien yang merecanakan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun awal kekuasaan orde baru yang juga melahirkan proyek budaya yang dinamakan Miniatur Indonesia Indah (MII), dan dituduhnya Soeharto bahwa tempat tinggalnya adalah markas besar untuk menentukan komisi namun, Soeharto membantah dan mengatakan bahwa pembangunan TMII adalah berkat bantuan masyarakat. Soeharto juga mengajak anggota keluarganya untuk duduk dalam kabinet dengan mengangkat putri petamanya Siti Hardjiyati Rukmana menjadi Menteri Sosial, serta mengangkat kroninya Bob Hasan sebagai Menteri Perindustrian.
            Bisnis keluarga soeharto berjalan pesat hampir di seluruh provinsi di Indonesia, namun hal tersebut membuat ketidakpuasan masyarakat dan memicu banyak opini yaitu dugaan korupsi yang telah diteliti oleh PBB dan Bank Dunia menempatkan Soeharto pada urutan teratas kepala negara yang diduga merampas kekayaan negaranya, dugaan korupsi juga ditujukan kepada tujuh yayasan yang Soeharto miliki namun tuduhan tersebut dibantah oleh Mahkamah Agung.
            Basis kekuasaan Soeharto selama orde baru bukanlah demokrasi, melainkan represi dan loyalitas semu. Namun senjakala Orde Baru akhirnya tiba, pada tahun 1996-1997, muncul konflik antar etnis di berbagai daerah, pada Juli 1997 kisis moneter Thaiand menjalar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, pada tahun yang sama pula Bank duna menyebutkan bahwa 20-30 persen dana pembangunan untuk Indonesia telah disalahgunakan.
            Pada tahun 1998 Soeharto kembali terpilih sebagai Presiden namun pada saat ini kondisi kesehatan beliau sedang menurun, pada 13-14 Mei 1998 terjadi peristiwapenembakan empat mahasiswa Trisakti yang memicu kemarahan massa, masyarakat melakukan demontrasi besar-besaran menuntut Soeharto meletakkan jabatan hingga pada puncaknya pada 21 Mei 1998 Soeharto tak lagi mampu mengendalikan gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesiaa maka dia pun lengser.
            Soeharto kini telah tiada, ketika dia meninggal para mantan pemimpin negara tetangga datang melayat, media-media terkenal seperti CNN, BBC, Al Jazeera, dan ABC menampilkan pemakaman jenazah di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
            CNN menurunkan judul “Thousand Mourn Soeharto’s Passing” (Ribuan Orang Berduka atas Meninggalnya Soeharto” , sementara itu ABC melaporkan kedatangan mantan Perdana Menteri Australia Paul Keating ke Astana Giribangun. Stasiun televsi Al Jazeera menurunkan laporan bahwa Soeharto dimakamkan dengan penuh kehormatan sedangkan, media Tanah Air memberikan porsi besar berita seputar kematian Soeharto.
            Ucapan bela sungkawa juga datang dari sejumlah pemimpin negara di Asia dan Eropa yang memuji kepemimpinan mantan Presiden Soeharto.bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara,Soeharto dipandang sebagai pemimpin yang berpengaruh dan menyebut bahwa Soeharto sebagai negarawan dan salah satu pemimpin tersebesar di Asia. Para petinggi negara-negara sahabat juka kompak menyatakan jika Soeharto sebagai sosok pemimpin negara yang selalu tersenyum, ramah, mudah bergau, dan tak segan membantu negara lain.
            Sikap serta kepribadian sosok Soeharto juga tak lepas dari beberapa faktor yaitu pengaruh masa kecil yang tidak pernah mengenal stabilitas, tekadnya yang kuat untuk mengubah nasib, mampu menghapus jejak hitam, mampu memanfaatkan peluang, berani mengambil resiko, membangun loyalitas, citra yang sederhana, dan penyuka dunia mistik menjadi sifat yang terus melekat dalam diri Soeharto bahkan hingga saat ini.

Nilai-nilai
            Buku Soeharto “Biografi singkat 1921-2008” ini adalah buku yang menceritakan seluk beluk kehidupan seorang Soeharto yaitu mulai dari masa beliau lahir hingga beliau wafat, bagaimana seorang Soeharto merintis pendidikan usia dini hingga menjadi panglima TNI pada masa itu hingga beliau diangkat menjadi seorang pemimpin negara yang pada kepemimpinannya beliau dikenal kontroversi dalam memerintah hingga tersandung kasus yang membuatnya harus dipaksa turun dari kursi jabatannya, namun dri banyaknya kontroversi Soeharto tetaplah bapak pembangunan yang selalu dikenang dengan keprbadiannya yang khas bahkan sampai beliau menutup usia.
            Buku ini mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk biasa yang tidak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja, terlepas dari banyak kekurangan yang dimiliki seseorang pasti ada kelebihan yang pada akhirnya akan menjadi hal yang akan di kenang dan kebaikan itulah yang pada suatu saat akan menularkan kebaikan pada generasi selanjutnya.

Refleksi
            Buku berjudul Soeharto “Biografi singkat 1921-2008” banyak menginspirasi pembaca khususnya kaum muda karena buku ini mengisahkan tentang perjuangan seorang Soeharto yang memulai kehidupan dari bawah dan kerasnya kehidupan hingga pada akhirnya beliau mendapatkan hasil dari jerih payah yang telah beliau lalui selama itu juga kepada pembacayang lain agar dapat merubah pandangan tentang seorang Soeharto yang hingga saat ini masih dicap buruk oleh banyak khalayak.
            Setelah membaca buku ini saya mengerti arti dari kerja keras dan ketegasan yang membentuk karakter suatu pemuda hingga pada saatnya nanti generasi muda bangsa menjadi generasi yang berkarakter.

Artikel
Harapan Esok Hari
            Rasanya baru kemarin negara ini mengalami krisis dimana para rakyatnya menolak pemimpin mereka sendiri. Ironi memang ketika melihat hal itu pernah tejadi di negara yang menjunjung tinggi asas demokrasi ini, benar memang Indonesiadi masa lalu pernah mengalami hal kelam itu namun yang masih menjadi pertayaan ialah mengapa kita masih menganggap hal itu teror, mengapa sampai hari ini kita masih menganggap bahwa seorang Soeharto adalah dalang dari peristiwa itu? Pernahkah kita berfikir jika dengan peristiwa itu kita dapat menjadi bangsa yang kuatbangsa yang tak dapat disetir oleh pihak tertentu. Nyatanya tidak ironisnya kita hanya seolah menyalahkan bukan menjadikan peristiwa itu sebagai titik dimana manusia memiliki harapan.
            Idonesia, bicara tentang negara Indonesia tentu tak lepas dari negara dengan seribu masalah, seribu derita, tapi pernah adakah setitik fikiran jika hanya rakyat Indonesia yang dapat melalui semua hal tersebut, bagaimana tidak kita melihat hari ini jutaan rakyat berdemo ketika kita merasa ada hal yang mengganjal dalam pemerintah, ketika konstitusi tak lagi dipatuhi, pernahkah kita berfikir tentang apa yang membuat rakyat menjadi kuat, rakyat sebagai penguasa, rakyat sebagai penentu hukum itu adalah dampak dari masa lalu.
            Indonesia negara yang kuat karena sejarah, negara yang kuat karena masalah,  negara yang kuat karena sering mencicipi derita, negara dengan masyarakat paling kuat di dunia karena mereka memiliki fikiran jika sejarah adalah awal dari titik harapan dan yang paling penting Indonesia adalah negara yang menggantungkan harapan negaranya pada jutaan masyarakatnya bukan pemimpinnya.
Merdeka...

Puisi
Negeri
Negeri ini pernah bercerita
Bercerita suka
Bercerita duka
Bercerita gembira
Bercerita luka

Manusia sudah melupa
Tentang cerita bapak pembangun suka
Mereka hanya ingat sejarah durjana
Bukan tentang pangan murah suatu masa

Bukankah kau muak membaca puisi
Ia seperti ilusi
Apalagi pusi ini tak banyak isi
Maka dari itu mari kita sudahi


Analisis Teks
Teks Persuasif
LINGKUNGAN KOTA TRENGGALEK

Kita semua mengetahui bahwa kondisi lingkungan Kota Trenggalek sudah sangat memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat membuang sampah sembarangan dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak teratur, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak dan maraknya penebangan liar yang terjadi. Contohnya saja pada waktu kota Trenggalek sendiri tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi karena hutan-hutan yang ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa meresapkan air hujan ke tanah sehingga arinya menggenagi kota.

Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Trenggalek, temasuk kita manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota ini tercemar serta akan menjadi sarang bibit-bibit penyakit. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Trenggalek berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan usaha yang kecil yaitu membuang sampah pada tempatnya, serta dengan usaha penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat serta tidak membuang limbah rumah tangga di sungai.  Ini semua dapat mengendalikan keindahan, kebersihan serta kenyamanam Kota kita.

Analisis Stuktur Teks Persuasif
STRUKTUR TEKS
KALIMAT DALAM TEKS
Tesis
Kita semua mengetahui bahwa kondisi lingkungan Kota Trenggalek sudah sangat memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat membuang sampah sembarangan dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak teratur, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak dan maraknya penebangan liar yang terjadi. Contohnya saja pada waktu kota Trenggalek sendiri tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi karena hutan-hutan yang ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa meresapkan air hujan ke tanah sehingga arinya menggenagi kota.
Argumen/opini
Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Trenggalek, temasuk kita manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota ini tercemar serta akan menjadi sarang bibit-bibit penyakit.
Ajakan
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Trenggalek berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan usaha yang kecil yaitu membuang sampah pada tempatnya, serta dengan usaha penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat serta tidak membuang limbah rumah tangga di sungai.  Ini semua dapat mengendalikan keindahan, kebersihan serta kenyamanam Kota kita.


Kaidah kebahasaan
No
Ciri bahasa
Kalimat
1
Pernyataan umum
Kita semua mengetahui bahwa kondisi lingkungan Kota Trenggalek sudah sangat memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat membuang sampah sembarangan dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak teratur, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak dan maraknya penebangan liar yang terjadi.
2
Kalimat ajakan
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Trenggalek berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan usaha yang kecil yaitu membuang sampah pada tempatnya, serta dengan usaha penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat serta tidak membuang limbah rumah tangga di sungai. 
3
Sebab akibat
Contohnya saja pada waktu kota Trenggalek sendiri tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi karena hutan-hutan yang ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa meresapkan air hujan ke tanah sehingga arinya menggenagi kota.



Teks Editorial
BANJIR BAGIAN DARI INDONESIA
            Siapa yang tidak kenal dengan bencana banjir? Banjir di Indonesia sudah seperti perayaan yang setiap tahun ada. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan atau seiringnya curah hujan. Penyebab terjadinya banjir yaitu penyumbatan aliran sungai yang disebabkan seringnya membuah sampah di sungai dengan sembarangan. Bisa jadi dengan cara penggundulan hutan yang dilakukan oleh ulah tangan manusia karena sikap manusia yang berfikir singkat tanpa berfikir ke depannya sebelum bertindak, sewenang – wenangnya sendiri terhadap lingkungan. Tindakan tersebut berupa penebangan hutan yang tidak menggunakan system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon untuk menyerap air sehingga air mengalir tanpa terkendali. Dampak yang ditimbulkan dari banjir yaitu menimbulkan korban jiwa, rusaknya saran dan prasarana, dan timbulnya berbagai macam penyakit.
            Banjir tidak boleh dibiarkan menjadi ritual tahunan yang dari tahun ke tahun bukan berkurang melainkan malah bertambah parah. Kawasan yang terendam air makin meluas karena sekarang diperkirakan tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami banjir. Setiap ada banjir, mengalami banyak kerugian yang sangat besar, tiap bencana pada dasarnya memiliki hikmah yang sama meskipun secara teknis penjelasannya bias berbeda. Ada satu hal yang tidak akan pernah dipisahkan dari semua itu yakni bagaimana manusia seharusnya belajar dari alam. Akibat ulah manusia juga bencana itu datang dari waktu ke waktu dan semakin parah. Bahkan masalah itu jauh lebih besar lahan kota dihabiskan bangunan beton yang menjulang tinggi ataupun bangunan yang lain. Kesadaran yang semacam itu hanya muncul sesaat pada saat terjadi bencana seperti banjir, setelah itu orang akan kembali kepada kehidupan normal dan melupakan bencana banjir tersebut. Seharusnya kita harus sadar dalam bencana banjir tersebut.
“Mari Kita Sama – Sama Menanggulangi Bencana Banjir Dengan Menghilangkan Kebiasaan Membuang Sampah Sembarangan Dan Mari Kita Menghijaukan Negara Indonesia Ini”.

Analisis Struktur Isi teks Editorial
Teks
Struktur
Siapa yang tidak kenal dengan bencana banjir? Banjir di Indonesia sudah seperti perayaan yang setiap tahun ada. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan atau seiringnya curah hujan.
Pernyataan pendapat
Penyebab terjadinya banjir yaitu penyumbatan aliran sungai yang disebabkan seringnya membuah sampah di sungai dengan sembarangan. Bisa jadi dengan cara penggundulan hutan yang dilakukan oleh ulah tangan manusia karena sikap manusia yang berfikir singkat tanpa berfikir ke depannya sebelum bertindak, sewenang – wenangnya sendiri terhadap lingkungan. Tindakan tersebut berupa penebangan hutan yang tidak menggunakan system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon untuk menyerap air sehingga air mengalir tanpa terkendali.
Penyebab
Dampak yang ditimbulkan dari banjir yaitu menimbulkan korban jiwa, rusaknya saran dan prasarana, dan timbulnya berbagai macam penyakit.
Akibat
Banjir tidak boleh dibiarkan menjadi ritual tahunan yang dari tahun ke tahun bukan berkurang melainkan malah bertambah parah. Kawasan yang terendam air makin meluas karena sekarang diperkirakan tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami banjir. Setiap ada banjir, mengalami banyak kerugian yang sangat besar, tiap bencana pada dasarnya memiliki hikmah yang sama meskipun secara teknis penjelasannya bias berbeda. Ada satu hal yang tidak akan pernah dipisahkan dari semua itu yakni bagaimana manusia seharusnya belajar dari alam.
Argumentasi

Akibat ulah manusia juga bencana itu datang dari waktu ke waktu dan semakin parah. Bahkan masalah itu jauh lebih besar lahan kota dihabiskan bangunan beton yang menjulang tinggi ataupun bangunan yang lain. Kesadaran yang semacam itu hanya muncul sesaat pada saat terjadi bencana      seperti banjir, setelah itu orang akan kembali kepada kehidupan normal dan melupakan bencana banjir tersebut. Seharusnya kita harus sadar dalam bencana banjir tersebut.
Saran
“Mari Kita Sama – Sama Menanggulangi Bencana Banjir Dengan Menghilangkan Kebiasaan Membuang Sampah Sembarangan Dan Mari Kita Menghijaukan Negara Indonesia Ini”.
Pernytaan ulang pendapat (Ajakan)

Ciri bahasa teks Editorial
No.
Ciri            
Contoh
1.
Menggunakan bahasa sehari-hari
Seharusnya kita harus sadar dalam bencana banjir tersebut.
2.
Menggunakan kalimat yang seolah kita harus mengetahui atau mengalaminya
Kawasan yang terendam air makin meluas karena sekarang diperkirakan tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami banjir.
3.
Menggunakan kalimat penjelas yang tidak berstruktur tetap/ tidak memakai nomor urut
. Tindakan tersebut berupa penebangan hutan yang tidak menggunakan system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon untuk menyerap air sehingga air mengalir tanpa terkendali.
4.
Menggunakan konjungsi temporer
·         Bisa jadi...
·         Bahkan...
·         Seharusnya...
5.
Menggunakan konjungsi yang menunjukan akibat
·         Akibatnya
6.
Menggunakan konjungsi yang menunjukan saran
·         Seharusnya



Resensi


Judul Buku                  : Hari-hari Terakhir Orde Baru
Pengarang                   : Peter Kasenda
Penerbit                       : KomunitasBambu
Tahun Terbit                : 2015
Jumlah Halaman          : 236 Halaman
Kota Terbit                  : Depok

Rangkuman

Tengara Bom Waktu
Pemukiman-pemukiman orang kecil Tionghoa sudah ada di Indonesia jauh sebelum kedatangan orang eropa, khususnya di bandar-bandar perdagangan sepanjng pantai utara pulau Jawa. Penduduk Tionghoa semakin banyak dan bertambah luas ketika Belanda memantapkan kedudukannya di  Jawa, bahkan di kawasan yang belum berada di bawah kekuasaan Belanda abad ke-18,seperti Kalimantan Barat dan Bangka. Menjelang 1860, diperkirakan jumlah penduduk Tionhoa di Indonesia sebanyak 222.000 orang, dua pertiganya berdiam di pulau Jawa.Akan tetapi, jumlah imigran Tionghoa menjadi relatif kecil sejak 1930.
            Pengaruh depresi ekonomi, perang, revolusi, dan naiknya kekuasaan pemerintah Indonesia merdeka telah membatasi pertumbuhan penduduk Tionghoa menjadi pertumbuhan yang wajar ( Charles A. Coppel, 1994: 21-22). Pertumbuhan penduduk Tionghoa di Indonesia berhubungan erat dengan peranannya dalam bidang ekonomi karena ingin bebas dari kekangan birokrasi kerajaan Tiongkok.Dalam praktiknya, orang Tionghoa berorientasi pada system nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, mandiri, semangat berusaha, keterampilan, dan prinsip-prinsip organisasi sosial yang mudah beradaptasi.
            Pada tahun-tahun terakhir perkembangan kolonial, orang Tionghoa perantauan makin banyak dipekerjakan sebagai mandor atau pegawai kantor diberbagai perusahaan orang Eropa. Keadaan ini menempatkan orang-orang Tionghoa dalam posisi menguasai sebagian besar ekonomi non agraris di seluruh Indonesia ketika nasionalisme perusahaan-perusahaan Belanda pada 1950 an. Dalam hubungan ini, sebuah stereotip mengenai suatu etnis muncul dari pengalaman seorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan para pelaku dari etnis tersebut; dari sejumlah pengalaman yang mengacu pada pola kebudayaan, berubah menjadi pengetahuan.
Charles A. Coppel mengidentifikasi lima stereotip etnis Tionghoa dalam persepsi penduduk pribumi Indonesia.
Pertama, etnis Tionghoa cenderung dianggap sebagai bangsa (ras) yang terpisah, yakni bangsa Cina.Kedua, posisi ekonomi etnis Tionghoa yang diuntungkan dalam struktur sosial colonial Belanda menjadi sumber ketidaksenangan penduduk pribumi.Ketiga, etnis Tionghoa lebih suka mengidentifikasikan dirinya dengan bangsa Belanda dalam struktur sosial colonial yang diskriminatif dan memandang rendaah penduduk pribumi.Keempat, etnis Tionghoa dilihat sebagai kelompok yang tidak mungkin berubah dimanapun mereka berada “sekali Tionhoa tetap Tionghoa”.Kelima, etnis Tionghoa hanya peduli pada kepentingannya sendiri, khususnya kepentingan ekonomi. Stereotip ini melahirkan kecurigaan mengenai loyalitas etnis Tionghoa, kecurigaan ini diperkuat oleh pembenaran sejarah selama periode Revolusi  Kemerdekaan RI. Etnis Tionghoa dilihat tidak memiliki rasa simpati sama sekali, hanya sebagian kecil yang berperan mendukung nasionalisme Indonesia.
            Etnis Tionghoa di Indonesia dicurigai berperan sebagai “penghubung” antara PKI dan RRT karena banyaknya orang Tionghoa yang jadi PKI. Kecurigaan tersebut semakin diperkuat dengan adanya sumbangan-sumbangan politik dari etnis Tionghoa kepada PKI.Kegagalan upaya perebutan kekuasaan oleh Gerakan 30 September member peluang kepada AD dibawah pimpinan Mayjen Soeharto untuk menumpas PKI.Pada akhirnya besarnya gelombang anti-PKI dan tuntutan mundur bagi Soekarno menyebabkan lahirnya rezim Orde Baru sejak Maret 1966.Stelah terjadi kudeta 1965, oran-orang Tionghoa dianggap bertanggung jawab atas peranan RRT dalam kudeta yang gagal itu.Sentimen anti-Tionghoa melambung tinggi dan orang Tionghoa mengalami masa yang sulit (Leo Suryadinata, 1984: 144). Disamping klaimnya sebagai penyelamat Negara dari ancaman komunisme dan penegasan komitmen terhadap Pancasila dan UUD 45, rezim Orde Baru merumuskan dua prioritas kebijakan yang menjadi tugas utama pemerintah. Pertama, pembangunan ekonomi menjadi tugas utama pemerintah.Kedua, stabilitas politik dengan keamanan nasional.
            Pengusaha etnis Tionghoa di era rezim Orde Baru memiliki hubungan usaha yang berlangsung lama dengan para perwira AD.
Kapitalis etnis Tionghoa yang menjalin hubungan dengan rezim Orde Baru demi keuntungan bisnis disebut pemburu rente (rent seeker) karena mereka hanya mencari peluang-peluang untuk menjadi penerima rente dari pemerintah Soeharto yang menyerahkan sumber daya,proteksi , atau wewenangnya. Rente didefinisikan sebagai selisih antara nilai pasar dari suatu “kebaikan hati” penguasa AD dengan jumlah yang harus dibayar oleh pengusaha etnis Tionghoa sebagai “balas budi” dalam konteks hubungan simbiosis mutualisme ini (Yosihara Kunio, 1990: 93).Berkat proteksi ini, pengusaha etnis Tionghoa bekembang pesat.Setelah peristiwa Malari 1974, dengan penerimaan dari minyak, diantara pengusaha Tionghoa dan pengusaha Pribumi mulai muncul dikotomi.Hal ini ditandai dengan penggunaan istilah pengusaha “pribumi” dan “nonpribumi”.
            Perkembangan dan pertumbuhan bisnis etnis Tionghoa tidak lepas dari tarik menarik kebijakan retorika politis daripada kebijakan nondiskriminatif pada masa Orde Baru .Salah satu bentuknya adalah penggunaan istilah pribumi-nonpribumi, pengusaha kuat-pengusaha lemah, dan pengusaha besar-pengusaha kecil, yang pada dasarnya membedakan etnis Tionghoa dengan pribumi. Dengan kata lain, pengusaha etnis Tionghoa memang sengaja ditempatkan dalam posisi rawan. Disatu sisi menjadi “sapi perah” disisi lain menjadi “kambing hitam”. Pengusaha etnis Tionghoa memang harus selalu adaptif terhadap system pemerintahan atau system usaha yang ada.Sepanjang rezim Orde Baru, adaptabilitas ini terwujud lewat praktik KKN (N. Nuranto, 1999: 73-74).Risikonya, praktik KKN yang dilakukan pengusaha Tionghoa ini dicemooh banyak pribumi Indonesia (Aimee Dawis, 2010: 85).
Senjakala Orde Baru
Sejak awal berkuasa, Soeharto menyertakan pembuatan kebijakan pada kelompok perwira tinggi AD yang terpilih dan dipercayainya, antara lain Maraden Panggabean, Ibnu Sutowo, Ahmad Tirtosudiro, Bustanil Arifin, dan Suhardiman. Hal ini bertujuan untuk menjamin loyalitas dan dedikasi terhadap kepemimpinannya, serta mendapat dukungan yang solid demi mempertahankan kekuasaannya.Para perwira AD yang terpenting diantaranya Alamsyah Ratu Prawiranegara, Suryo, Ali Moertopo, Sudjono Humardhani, dan Yoga Sugama.Masing-masing memiliki latar belakang kedekatan historis yang erat dengan Soeharto semasa kedinasan di AD.
Dengan demikian, konfigurasi politik rezim Orde Baru diwatnai oleh dua kekuatan utama, yaitu Presiden Soeharto dan AD.
            Pertengahan 1970-an, empat serangkai anggota lingkaran dalam yang penting adalah Yoga Sugama, Ali Moertopo, Benny Moerdani, dan Sudomo. Kelompok inti tersebut mempunyai pandangan yang sama dengan senior lainnya dalam bidang bisnis. Kelompok inti disekitar Soeharto bersifat pragmatis.Politik standar yang diatur oleh Soeharto dara para pembantu setianya menggunakan cara-cara operasi intelijen terselubung untuk mendiskreditkan dan menggoyahkan lawan-lawan politik mereka.Tujuan kelompok lingkaran dalam, yakni meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara dominasi AD di masyarakat.Untuk itu, Islam politis yang menghendaki pembentukan Negara Islam dipandang sebagai musuh bersama.
            Pada akhir kampanye “asas tunggal” pada 1983-1985, Soeharto secara efektif mampu menetralisasi perlawanan terhadapnya dan mampu mempertahankan kekuasaannya. Tanpa rasa malu, mereka menggunakan nama besar keluarga demi memperebutkan kontrak-kontrak besar dan kerja sama bisnis ketika Indonesia sedang mengejar pertumbuhan ekonomi. Skala kronisme Cendana mencengangkan, bahkan bagi para perwira AD yang setia kepada Soeharto.
            Figur yang paling berpengaruh dalam kelompok intelektual independen adalah Nurcholis Madjid, bekas ketua HMI 1970-an yang berada di garda depan memperjuangkan misi Islam dalam demokratik-sipil. Ia dianggap berperan dalam pembentukan ICMI, tetapi mengambil jarak setelah ICMI ditarik mendekat ke elite politik pada 1933. Nurcholis Madjid tidak henti-hentinya bersikap kritis terhadap mereka yang mereduksi ICMI dan menjadikannya sebagai kendaraan politik B.J Habibie. Namun ia tidak pernah memutuskan hubungan dengan ICMI. Menjelang akhir rezim Orde Baru, Nurcholis Madjid mengambil semua risiko dengan tampil secara terang-terangan sebagai oposisi terhadap pemerintahan Soeharto.
            Disamping itu, para aktivis politik merupakan kelompok paling controversial di dalam ICMI.Mereka dituduh sebagai antek-antek rezim Orde Baru dan dimanfaatkan Soeharto untuk melawan musuh-musuh politiknya.Meskipun pada kenyataannya para aktivis tidak pernah padu dalam visi politiknya.Mereka terbelah menjadi tiga kelompok yang saling bersaing.Pertama, kelompok populis pro-Soeharto, tetapi anti AD. Kedua, kelompok reformis anti-Soeharto.Ketiga, kelompok Islam rezimis pro-Soeharto.
            Pertanda lain menyusutnya kekuasaan Soeharto dan meningkatnya relevansi politik massa adalah terpilihnya Megawati Soekarno Puteri sebagai ketua umum PDI secara mengejutkan pada 1993. Soeharto yang selalu takut dengan “hantu” Soekarno, menyadari penghormatan terhadap presiden pertama masih terus mengilhami golongan rakyat miskin.Megawati dengan cepat muncul sebagai symbol oposisi dan menantang Soeharto atas kursi kepresidenan dalam sidang Umum MPR 1998. Kenyataan berkata lain, Soeharto mendukung kongres PDI “tandingan” pada 1996 yang mendudukkan kembali bekas Ketua Umum PDI, Soerjadi, yang tersingkir. Pengikut Megawati yang menduduki kantor DPP PDI di kawasan elite Jakarta Pusat mengadakan “mimbar bebas”, berorasi mengecam pemerintahan Soeharto. Setelah membiarkannya beberapa pekan, Soeharto memutuskan mengambil alih gedung itu dengan cara kekerasan. Pada 27 Juli 1996, AD dan preman bayaran melancarkan serangan brutal yang menewaskan sejumlah pendukung PDI dan memicu kerusahan serius di Jakarta. Sebagaimana pada beberapa peristiwasebelumnya,”dalang-dalang” ekstrimis diidentifikasikan. Kali ini PRD dituduh bertanggung jawab atas penghasutan kerusuhan, para pemimpinnya di penjara dalam jangka waktu lama, jaringan simpatisannya dianiaya, disiksa, dan dalam beberapa kasus “dihilangkan” (David Bouchier dan vedi R.Hadiz, 25-26). Inilah gambaran menjelang Peristiwa Mei 1998.
Penghilangan Paksa
Menjelang runtuhnya rezim Orde Baru, penghilangan paksa terhadap para aktivis prodemokrasi yang dilakukan oleh AD adalah salah satu rangkaian pelanggaran HAM dalam upaya mempertahankan kekuasaan Soeharto. Praktik penghilangan paksa dilakukan oleh Soeharto sejak 1965.Meskipun demikian, rezim Orde Baru sangat kuat sehingga hanya sedikit orang yang berani mempertanyakan peristiwa itu.Pasca-peristiwa 1965, Soeharto dan para pendukungnya melihat mobilisasi politik—yang menjadi kekuatan utama rakyat di masa pemerintahan Soekarno sebelumnya—menjadi hambatan serius dalam mengonsolidasikan kekuatan rezim Orde Baru.
Penggulingan Ketua Umum PDI, Megawati Sukarnoputeri oleh pemerintahan Soeharto melalui kongres Medan dengan cepat menstimulasi suhu politik di Indonesia yang semakin memanas dan memunculkan aksi massa. Konfik di tubuh PDI makin melebar ke sebagian besar basis partai ini. Akhirnya, pendukung Megawati Sukarnoputeri yang bertahan di kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro melakukan aksi mimbar bebas yang mendpat sambutan luar biasa dari kelompok-kelompok prodemokrasi. Mimbar bebas dengan politik mobilisasi massa ini membuat gerah Soeharto karena bisa meningkatkan momentum ke tahap lebih tinggi daripada peristiwa Malari.Menurut catatan kepolisian, telepon gelap dengan terror bom menimbulkan kehebohan di 51 lokasi di Jakarta yang menyebar ke Bogor dan Bandung pasca-Peristiwa 27 Juli 1996. Seminggu setelah kerusuhan, Kostrad dan Marinir masih ditempatkan di sudut-sudut yang dianggap rawan di Jakarta.Berdasarkan pernyataan Komnas HAM mengenai Peristiwa 27 Juli 1996, terjadi dua peristiwa pokok. Pertama, pengambilalihan kantor DPP PDI di Jalan DIponegoro No.98 di Jakarta Pusat yang disertai kekerasan. Kedua, kerusuhan sosial berupa perusakan, pembakaran, dan penghancuran barang-barang milik umum dan pribadisecara serentak di beberapa wilayah.Oleh karena itu, pemerintah Soeharto menjadikan organisasi-organisasi yang melakukan mobilisasi politik untuk mendukung PDI dan Megawati sebagai kambing hitam.Bagi pemerintah Soeharto, pengejaran dan penangkapan bahkan penyiksaan terhadap para aktivis PRD (Partai Rakyat Demokratik) bukan sekadar mencari kambing hitam dalam peristiwa 27 Juli 1996.
            Sementara itu  , kampanye pemeritah Soeharto untuk memarginalisasikan Abdurrahaman Wahid telah mengambil sisi yang menarik. Perlawanan rakyat meningkat lagi menjelang Pemilu 1997 dengan baying-bayang golput semakin membesar karena sikap pemerintah Soeharto merekayasa Peristiwa 27 Juli 1996 dan intervensi parpol. Tanpa diduga-duga, aagenda boikot pemilu dan penolakan kader pendukung PDI Megawati untuk memilih partainya, dimanfaatkan oleh Ketua DPC PPP Solo, Moedrick Setyawan Sangidoe.Ia mengkampanyekan “Mega Bintang” agar kader-kader PDI Megawati menitipkan suaranya ke PPP. Puluhan ribu orang mengalir keluar dari perkampungan padat menuju tempat aktivis PPP dan membawa spanduk-spanduk untuk dukungan atas koalisi Mega Bintang dan membawa slogan-slogan anti pemerintahan Soeharto.
Meskipun Golkar kembali menang, kampanye Pemilu 1997 merupakan kekalahan penting rezim Orde Baru karena pemaksaan politik massa mengambang telah runtuh.
Untuk meredam pembangkangan tersebut, pemerintah Soeharto kembali melakukan praktik penghilangan paksa terhadap aktivis-aktivis simpatisan PDI dan PPP.Mereka diculik secara misterius kemudian diinterogasi dan disiksa, ada yang kemudian dikembalikan dan ada juga yang masih hilang hingga kini. Praktik penghilangan paksa inipun marak juga terjadi di kalangan aktivis-aktivis lain. Menurut Robert W. Hefner, banyak orang Indonesia mencurigai Soeharto sebagai otak dari segala kerusuhan yang terjadi dengan menggunakan taktiknya yang terkenal, memainkan persaingan orang-orang yang sedang menuntut kekuasaan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, yang lain merasa bahwa masalahnya tidak sesederhana itu. Realitas diantara berbagai faksi elite penguasa adalah pemicu segala masalah tersebut.Apa pun tanggung jawab nyata Soeharto, ia terjebak dalam permainannya sendiri.
Mahasiswa Indonesia Bergerak
Semakin jatuhnya nilai rupiah mengakibatkan kepanikan bagi konsumen golongan menengah atas. Mulai 9 Januari 1998, mereka memborong sembako di pasar-pasar swalayan dan tradisional secara besar-besaran dan serempak. Kenaikan harga sembako mendorong sejumlah produsen dan distributor untuk menimbun barang sampai harga tertinggi.Akibatnya muncul kelangkaan sembako di pasar-pasar.Sebagian besar mahasiswa yang merupakan korban krisis ekonomi menjadi semakin miskin.Kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah semakin tidak terjangkau. Keresahan masyarakat atas melangitnya harga-harga sembako, ancaman putus kuliah, dan masa depan yang suram di kalangan mayoritas mahasiswa menjadi factor penggerak tersendiri bagi kalangan kampus dan civitas akademika untuk menyatakan keprihatinannya. Demonstrasi mahasiswa bermunculan secara sporadik di berbagai kota.
Unjuk rasa dan keprihatinan tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa, tetapi juga kalangan cendekiawan, seperti kelompok 19 peneliti LIPI yang menyuarakan berbagai keprihatinan yang melanda masyarakat. Pada Februari 1998, unjuk rasa mahasiswa semakin meningkat dan berbagai isu politik dan ekonomi yang terus dilontarkan menyebar ke berbagai kota.Tindakan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang semakin marak sejak 1998-an itu dengan menyerang basis pertahanan kampus.Mahasiswa pun terus siap siaga menggelar aksi keprihatinan di berbagai kampus.Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan mulai terjadi meskipun tidak menimbulkan korban jiwa.
            Hari terakhir Sidang Umum MPR, unjuk rasa semakin marak terjadi di berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, dan Ujungpandang.Sidang Umum MPR diselenggarakan pada 1-11 Maret 1998.Penjagaannya sangat ketat melibatkan 25 ribu personil berjaga siang dan malam.Sidang Umum MPR memang berakhir mulus.Soeharto kembali menjadi presiden.Soeharto tampaknya menyadari gawatnya keadaan politik, berkaitan dengan aksi-aksi mahasiswa yang terus membesar meskipun sudah dilakukan pemberangusan pasca-Peristiwa 27 Juli 1996.Teori Dalang ternyata salah, operasi penculikan oleh Koppasus terhadap pimpinan PRD dan kelompok lainnya tidak efektif menghentikan perlawanan mahasiswa.Sebaliknya yang terjadi ledakan demonstrasi pertama secara intensif dan ekstensif di Indonesia pada Maret 1998.Jika sebelumnya demonstrasi mahasiswa lebih banyak dilakukan di dalam kampus dengan berbagai aksi mimbar bebas, maka unjuk rasa mahasiswa mulai turun ke jalan sesuai siding Umum MPR. Tuntutan para mahasiswa pun terus meningkat termasuk keinginan mengadakan dialog langsung dengan Soeharto untuk membahas berbagai macam tuntutan mereka. Memasuki April 1998, unjuk rasa mahasiswa di berbagai kampus negeri dan swasta sudah melibatkan ribuan orang.Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan pun tidak terhindarkan. Meskipun korban sudah mulai berjatuhan, unjuk rasa mahasiswa di berbagai kota terus berlangsung. Akibat seringnya terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan mahasiswa di berbagai kota yang menimbulkan sejumlah mahasiswa luka-luka, diselenggarakan pertemuan tertutup antar pejabat aparat keamanan dengan pimpinan Perguruan Tinggi (Rektor dan Purek III) seluruh Jakarta, Pejabat Kopertis Wilayah III, Pejabat Kanwil Depdikbud DKI Jakarta di Markas Polda Jaya Jakarta.
Keputusannya melarang aksi mahasiswa di luar kampus dan turun ke jalan dengan alasan tidak bisa menjamin keamanan mahasiswa. Larangan ini tidak digubris oleh mahasiswa, dua hari kemudian, ribuan mahasiswa duduk di jalan depan kampus UKI Cawang setelah di blokir aparat keamanan dan melontarkan yel-yel yang lebih tajam seperti “turunkan soeharto”.
            Puncak dari kondisi yang semakin memanas antara mahasiswa dan aparat keamanan akhirnya meledak dan menciptakan peristiwa paling tragis. Pada 12 Mei 1998, terjadi penembakan oleh aparat keamanan terhadap mahasiswa di kampus Usakti yang mengakibatkan tewasnya empat orang mahasiswa Usakti dan puluhan rekan-rekan mereka luka parah.  Penyelidikan terhadap Tragedi Trisakti menunjukkan mahasiswa sengaja ditembak oleh penembak jitu di bagian kepala, leher, dada, dan punggung.Berbeda dengan gerakan pada tahun-tahun sebelumnya, pada1998 berada pada suatu kondisi duka cita.Berbagai musibah datang dan pemerintahan Soeharto dinilai tidak serius menanggulanginya. Dengan kata lain, kredibilitas pemerintah Soeharto sudah tidak ada lagi di mata para mahasiswa.
Jakarta Membara
Ketika aksi damai pada 12 Mei 1998 berubah menjadi Tragedi Trisakti berdarah, semua orang marah dan menangis. Tragedi Trisakti berdarah tersebut di luar batas-batas yang dapat diterima secara akal sehat.Kelompok mahasiswa Usakti yang tidak bersenjata dibantai dengan kejam. Banyak yang tidak mengira kalau aksi damai pada 12 mei 1998 yang berlanjut dengan long march dari kampus Usakti menuju gedung DPR/MPR dan dihadang oleh pasukan keamanan di depan bekas Kantor Walikota Jakarta Barat berakhir dengan kekejaman. Pada 13 Mei 1998, ribuan mahasiswa dari seluruh Jakarta dan beberapa tokoh masyarakat hadir dalam suasana dukacita di kampus Usakti Grogol. Peristiwa Mei 1998 di Jakarta dimulai disekitar kampus Usakti Grogol pada 13 Mei 1998 sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Ribuan orang berkumpul di depan kampusUsakti untuk menyampaikan duka cita terhadap tewasnya empat orang mahasiswa Usakti yang terlibat dalam bentrok dengan aparat keamanan.Sekitar pukul 12.00 WIB, terjadi sebuah pembakaran truk sampah di perempatan jalan layang.
Banyak saksi mata yang menyebutkan terbakarnya truk sampah itu agak ganjil, mengingat daerah seputar kampus Uakti ditutup rapat oleh aparat keamanan yang menghentikan arus lalu lintas dan memblokir jalan di depan gedung Mal Ciputra. Melihat kobaran tersebut, massa berubah menjadi brutal dan melakukan perusakan. Perusakan dan pembakaran yang terus menyebar, mulai dari kawasan di sekitar kampus Usakti Jalan Daan Mogot, Jalan Kyai Tapa, da Jalan S. Parman. Di Jalan Daan Mogot, massa mengamuk dengan membakar gedung maupun mobil. Menjelang sore, di wilayah Jembatan Sempit Angke, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, dan Jembatan Besi terjadi kerusuhan berupa perusakan dan penghancuran disertai isi rasial anti-Tionghoa.
            Pada 14 Mei 1998, kerusuhan kembali terjadi sejak pagi hari dan meluas hamper ke seluruh wilayah Jakarta dan wilayah sekitarnya seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.Seluruh wilayah Jakarta pada 14 Mei dalam keadaan mencekam. Di kawasan Salemba dan Jalan Hayam Wuruk, massa melakukan penjarahan dan pembakaran. Di Jakarta Selatan, perusakan, penjarahan, dan pembakaran dimulai dari kawasan Mampang Prapatan sekitar pukul 12.30 WIB. Hanya beberapa saat setelah fajar, sumber-sumber militer yang lain menuturkan kelompok gangster dari ujung Sumatera tiba-tiba memasuki Jakarta dengan menggunakan kendaraan pasukan elite.Muladi, seorang petugas keamanan di Glodok Plaza yang banyak ditinggali etnis tionghoa menyaksikan lebih dari 2.000orang berjalan kaki menuju pusat perdagangan itu.Menurut aktivis perempuan Ita F. Nadia, ada sepuluh orang memaksa masuk ke sebuah rumah dan menghancurkan isinya serta memperkosa perempuan yang ada didalamnya. Seorang perempuan tua dipaksa untuk melihat cucunya diperkosa dengan botol dan ditempat lain seorang ibi ingin bunuh diri setelah melihat anaknya diserang di depan matanya. Pada 13-14 Mei 1998, Soeharto menyaksikan kekerasan massa di Jakarta lewat layar televisinya di Mesir ketika menghadiri pertemuan G15. Sejak terpilih kembali menjadi presiden pada Maret 1998, telah terjadi banyak demonstrasi yang puncaknya pada Tragedi Trisakti. Kekerasan massa yang memuncak setelah Tragedi Trisakti terjadi di berbagai kota seperti Jakarta, Solo, Surabaya, Lampung, dan Palembang, dengan penjarahan, pembakaran, perkosaan, dan pembunuhan. Hal ini mengikuti kekerasan serupa yang terjadi di Medan yang menyerang etnis Tionghoa baik properti bisnis dan seksual perempuannya.
Setidak-tidaknya, di tiga kota, sejumlah besar perempuan Tionghoa dan sebagian kecil pribumi menderita pelecehan seksual.
Identifikasi
Buku yang berjudul Hari-Hari Terakhir Orde Baru ini telah membahas tentang sebuah apa yang menjadi permasalahan di kala Orde Baru. Buku ini sudah menjelaskan tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada. Buku ini memberikan titik terang kepada kita untuk membongkar apa yang menjadi akar-akar permasalahan tentang kasus terdahulu dan penyebab berakhirnya rezim Orde Baru. Dengan demikian kita dapat mengetahui sejarah rezim Orde Baru hingga munculnya Rezim Reformasi.Serta latar belakang terjadinya rasialisme kepada etnis Tionghoa yang berasal dari isu anti-etnis Tionghoa.
            Dan terjadinya unjuk rasa besar-besaran yang terjadi diberbagai kota yang menjadikan sebuah krisis besar yang menerpa negeri ini. Dan buku ini pun mengungkap apa yang melatar belakangi Soeharto melakukan kasus-kasus pelanggaran HAM melaluikroni-kroninya AD. Dan tindakan yang membuat memuncaknya dan meletusnya banyak demonstrasi besar di berbagai kota akibat tindakan aparat keamanan yang menewaskan empat orang mahasiswa Usakti yang membuat tragedy berdarah pada 1998.

Evaluasi
            Dalam buku Hari-hari Terakhir Orde Baru ini telah menjelaskan secara rinci perihal apa yang terjadi pada masa terakhir rezim orde baru, amun bahasa yang digunakan terlalu berat sehingga tidak semua orang dapat memahami apa isi dalam buku tersebut namun untuk pembaca yang memiliki ketertarikan dalam sejarah buku ini sangat bagus untuk menambah wawasan para pembaca



Judul               : Soekarno’s Wife “Bidadari-Bidadari di Sekitar Bung Karno”
Penulis             : Rachmat Darsono
Editor              : Kaka Alvian Nasution
Penerbit           : Buku Biru-Diva Press
Tahun Terbit    : Pertama, Februari, 2014
Jumlah Hlmn   : 190 halaman
Resensi oleh :
NAMA            : DONI ROMADHONA
NIM                : 160211601899
OFFERING    : B

Kekuatan Cinta dalam Sebuah Perjuangan
Soekarno  telah menikahi sembilan wanita. Darah bangsawannya yang membuat sang Bapak Proklamasi ini begitu mudah mencintai banyak wanita. Inilah sisi manusiawi Soekarno dibalik  kharismanya yang gagah dan disegani para pemimpin lain. Istri pertama Soekarno adalah Siti Oetari. Oetari adalah putri dari pahlawan nasional pemimpin Sarekat Islam, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Pada waktu itu Oetari masih berumur 16 tahun. Sedangkan  Soekarno belum genap 20 tahun. Sebenarnya, Soekarno tidak terlalu mencintai Oetari karena telah menanggap anak Tjokroaminoto tersebut sebagai adik sendiri. Namun,  karena adik Tjokro yang meminta Soekarno untuk menikahi salah satu anak pemilik rumah yang dia tempati tersebut (halaman 20). Namun,  sayang pernikahan mereka kandas karena Bung Karno harus pindah ke Bandung karena melanjutkan sekolah ke THS (sekarang ITB). Perpisahan dengan Oetari, ternyata membuat Soekarno bertemu dengan Inggit Garnasih. Walaupun Inggit adalah seorang janda, namun mampu membuat hati Soekarno luluh. Mereka menikah pada 23 Maret 1923 di Bandung. Saat itu umur Bung Karno 22 tahun dan Inggit 36 tahun. Inggit memiliki posisi penting dalam hidup Bung Karno,  karena telah menemani dia saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Inggit adalah orang yang setia, tegar dan tabah. Dari buku-buku yang dibawa Inggit maka lahirlah teks pidato Soekarno yang berjudul Indonesia Menggugat. Inggit selalu memotivasi Bung Karno agar bersabar dan menunggu masa lepas dari tahanan dan kembali memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, pernikahan  ini pun harus berakhir karena Bung Karno kembali mencintai wanita lain ketika diasingkan ke Bengkulu. Perempuan itu bernama Fatmawati, anak dari Hassan Din dan Siti Chadijah yang menjadi tokoh Muhammadiyah di Bengkulu kala itu. Dalam masa pengasingan Bung Karno menempati rumah Hassan Din. Dan  ternyata Bung Karno mencintai anak Hassan Din, Fatmawati. Ketika telah kembali dari Bengkulu, Bung Karno sering murung dan merasa kangen pada Fatmawati. Karenanya, dia ingin menikahi Fatmawati namun Inggit kurang senang dan meminta Soekarno mengembalikannya ke Bandung saja. Bung Karno yang waktu itu masih mencintai Inggit juga, hanya bisa mengiyakan saja. Maka, menikahlah Bung Karno dengan Fatmawati pada bulan Juni 1943. Dari pernikahan ini lahir Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Fatmawati terkenal sebagai penjahit bendera pusaka merah putih yang ternyata telah dia jahit setahun setengah sebelum kemerdekaan. Dialah Ibu negara pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah kelahiran Guruh Putra 15 Januari 1953. Bung Karno meminta izin pada Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan namun, dia tak mau dipoligami. Akhirnya, Hartini dinikahi di Istana Cipanas pada 7 Juli 1953. Bung Karno berjanji akan menjadikannya istri terakhir, karenanya Hartini memberikan seluruh kesetiaannya pada Bung Karno. Semua wanita yang pernah ada dalam hidup Bung Karno memberikan dampak dan kontribusi bagi kehidupan Bung Karno dalam memimpin negeri ini .
Membaca kembali sejarah hidup Bung Karno dengan bidadari-bidari di sampingnya, seperti embaca lembaran-lembaran silam semangat Bung Karno menata bangsa ini. Lewat istri-istrinya, Bung Karno mendapat suntikan semangat dan dorongan untuk tetap bekerja keras memperjuangkan bangsa ini.
Buku ini sarat dengan pengetahuan, cocok dibaca siapapun untuk mengetahui siapa saja istri Putra Sang Fajar, kontribusi mereka terhadap Negara, dan kesuksesan Bung Karno dalam memimpin negeri .

Komentar
            Dalam resensi buku “Soekarno’s Wife “Bidadari-bidadari di Sekitar Bung Karno” milik saudara Doni Romadhona ini menurut hemat saya pada paragraf pertama tidak dimulai dengan memperkenalkan buku, penulis, kepopuleran, dan kualitas buku yang diresensinya. Pada resensi yang baik seharusnya memuat hal-hal yang tersebut sebelumnya. Pada paragraph satu juga terdapat kesalahan mendasar seperti kesalahan penulisan: dibalik yang seharusnya “di balik” dan banyak kesalahan mengenai kata sambung seperti kata “sedangkan” dan kata “namun”  yang digunakan pada awal kalimat.
            Yang terakhir yaitu belum ada penilaian kelebihan dan keleman buku lalu penutup masih sangat minim.


Jurnal Refleksi

            Dalam perkuliahan membaca informatif yang diampu oleh Ibu Endah Tri Priyatni ini saya mendapatkan kesan kesan yang baik. khusunya dalam metode  mengajar serta manfaat mengikuti kuliah ini terutama dalam bidang membaca dan meneliti.
            Pada pertemuan pertama mahasiswa diberi materi tentang perbedaan teks ilmiah dan tek non ilmiah hal itu ditujukan agar mahasiswa tidak salah faham dan dapat membedakan secara mudah. Seperti halnya saya yang waktu itu masih bimbang karena pada mata kuliah ini saya sudah mendapatkannya pada semester yang lalu dan dari pertemuan tersebut saya mendapatkan pelajaran baru bahwa kita sebagai mahasiswa harus membaca banyak buku demi menentukan kesimpulan.
            Pada pertemuan selanjutnya setelah mahasiswa sudah dapat membedakan kedua teks, mahasiswa diutus untuk membuat beberapa resensi buku lengkap dengan evaluasi dan membuat beberapa pertanyaan. Hal ini menurut saya ditujukan agar mahasiswa memiliki sifat kritis kepada buku meskipun buku tersebut adalah cetakan dari media terpercaya. Metode ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih memahami apa itu teks informatif selain itu mahasiswa juga lebih sering membaca buku dibandingkan sebelumnya. Hal itu tentu menjadi dampak yang positif apalagi di era sekarang banyak mahasiswa ataupun peserta didik lain yang sudah tidak sadar akan manfaat membaca.
            Selanjutnya setelah meresensi beberapa buku mahasiswa diberi tugas untuk membuat resensi berikutnya namun menggunakan buku terbitan terbaru. Hal tersebut menurut saya bertujuan agar mahasiswa mempunyai wawasan tentang buku terbaru dan dapat membandingkan atara terbitan baru dengan terbitan lama namun banding disini bukan berarti dalam artian baik atau buruknya karya.
            Pada tugas selanjutnya mahsiswa diberikan sejumlah soal untuk dikerjakan di dalam kelas, soal yang disajikan bertujuan agar mahasiswa menjadi kritis dan teliti terutama dalam bidang membaca dan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam meneliti suatu teks.
            Tugas berikutnya lagi mahasiswa ditugaskan untuk membuat ikhtisar pada buku yang telah dibuat resensi atau yang belum di resensi terbitan lima tahun terbaru. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuat kalimat simpulan tentang buku atau suatu teks dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan bagaimana mereka dapat mengerti tentang kaidah kebahasaan serta urutan membuat ikhtisar.
            Ada lagi tugas menganalisis teks, pada tugas ini mahasiswa di kelas dibentuk kelompok lalu ditugaskan untuk menganalisis teks, menurut saya hal itu bertujuan agar mahasiswa dapat menjaga komunikasi antar kelompok serta dapat mengetahui dan mengerti tentang berbagai macam teks.
            Pada tugas terakhir mahasiswa diberikan tugas untuk membuat teks multimoda dimana dalam teks tersebut mahasiswa membuat artikel dan puisi reflektif dari resensi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengambil intisari dan pesan yang di sampaikan dalam buku yang diteliti.
            Kemudian untuk manfaat secara langsung yang dapat diterima dari paparan yang telah saya sebutkan diatas adalah bagaimana kita menumbuhan rasa gemar membaca untuk memperluas wawasan.
            Dari mata kuliah yang telah saya ikuti ini saya berharap mendapatkan nilai maksimal yaitu nilai A. pada akhir paparan ini saya menyampaikan permohonan maaf saya apabila selama perkuliahan berlangsung saya sering berbuat hal yang menyebabkan tidak kondusifnya suasana kelas dan sering meminta izin karena tugas kampus lain yang harus di selesaikan, akhir kata apabila dalam paparan ini atau dalam matakuliah ini ada kata yang tidak berkenan dalam hati Bu Endah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih Ibu Endah.

1 komentar:

  1. Kurang cermat dalam hal ejaan dan tanda baca!!!!
    Resensinya kok panjang amat.....
    Komentar karya teman jangan diposting di dini. klik karya teman, baca, beri komentar di kolom komentar.

    Tulisan mengalir-enak dibaca. Terus membaca dan saya tunggu karya-karya terbaik lainnya!

    BalasHapus