Nama : Fuguh Adi Putra
NIM/Offering : 150211604267/B
Tugas 1
Judul Buku :
Soeharto : Biografi singkat 1921-2008
Pengarang : Taufik Adi Susilo
Cetakan Pertama : 2012
Jumlah Halaman : 152 Halaman
Penerbit : GARASI, Jogjakarta
Catatan Kredibilitas
Buku
ini dicetak oleh orang yang berkompeten di bidangnya, Taufik Adi Susilo adalah
seroang penulis buku biografi tentang para tokoh nasional seperti Soekarno,
Soeharto, Gus Dur dan Tan Malaka serta karya tulis yang menyangkut ideologi dan
nasionalis seperti kultur underground dan dinasti yahudi yang semua karya
tulisnya sudah diterbitkan di media nasional adalah bukti bahwa buku serta
pengarang adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan lagi kredibiliasnya.
Ikhtisar
Soeharto
adalah presiden republik Indonesia kedua, dia adalah tokoh kuat sekaligus
kontroversional. Pemerintahan era orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto
banyak melakukan penyimpangan di berbagai bidang, termasuk maraknya kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Soeharto tetaplah fenomena luar biasa sekaligus misteri
nan menarik bagi bangsa Indonesia maupun negara-negara lain.
Soeharto lahir di Kemusuk,
Argomulyo,Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, Soeharto adalah anak dari Kertosudiro
dan Sukirah. Soeharto bersekolah ketika ia berumur delapan tahun, ia pernah
bersekolah di SD Puluhan, Godean kemudian pindah di SD pedes karena orang
tuanya pindah tempat tinggal. Soeharto mengenyam pendidikan pertama di SMP
Muhammadiyah Yogyakarta, Soeharto juga pernah bekerja di bank sebagai klerk
bank hingga pada tahun 1939 ketika ia mendapat dua surat panggilan kerja dari
lembaga ketenaran dan dari bank, Soeharto kemudian lebih memilih berkarier di
militer. Pada karir militer Soeharto resmi menjadi TNI pada 5 Oktober 1945,
menjadi pejabat militer pada tahun 1959, menjadi Panglima Kostrad pada tahun
1965, serta menjadi Pangima Kopkamtip pada tahun 1968.
Era pemerintahan Soeharto disebut
juga era Orde Baru, pada era ini terdapat ciri yang khas pada pemerintahan Orde
Baru selama tiga dekade yaitu politik anti-komunis,militer dan golongan karya,
pengerdilan partai politik, para loyalis dan orang kepercayaan, asas tunggal
Pancasila, ideologi pembangunan, pola Patron-Klien, resepsi terhadap oposisi,
pelanggaran HAM dan diskriminasi rasial, serta politik luar negeri.
Pada
era Orde Baru juga terdapat Peristiwa-peristiwa kontroversional adapun
peristiwa tersebut yaitu, serangan umum 1 maret 1949, kisah penyelundupan,
manuver pada masa konfrontsi, peristiwa G30S ihwal Supersemar,serta wafatnya
Soekarno.
Soeharto juga mempunyai kerajaan
bisnis yang dijalankan bersama keluarganya namun hal tersebut juga tak lepas
dari banyak kontroversi yang terjadi. Berawal dari gagasan ibu Tien yang
merecanakan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun awal
kekuasaan orde baru yang juga melahirkan proyek budaya yang dinamakan Miniatur
Indonesia Indah (MII), dan dituduhnya Soeharto bahwa tempat tinggalnya adalah
markas besar untuk menentukan komisi namun, Soeharto membantah dan mengatakan
bahwa pembangunan TMII adalah berkat bantuan masyarakat. Soeharto juga mengajak
anggota keluarganya untuk duduk dalam kabinet dengan mengangkat putri petamanya
Siti Hardjiyati Rukmana menjadi Menteri Sosial, serta mengangkat kroninya Bob
Hasan sebagai Menteri Perindustrian.
Bisnis keluarga soeharto berjalan
pesat hampir di seluruh provinsi di Indonesia, namun hal tersebut membuat
ketidakpuasan masyarakat dan memicu banyak opini yaitu dugaan korupsi yang
telah diteliti oleh PBB dan Bank Dunia menempatkan Soeharto pada urutan teratas
kepala negara yang diduga merampas kekayaan negaranya, dugaan korupsi juga
ditujukan kepada tujuh yayasan yang Soeharto miliki namun tuduhan tersebut
dibantah oleh Mahkamah Agung.
Basis kekuasaan Soeharto selama orde
baru bukanlah demokrasi, melainkan represi dan loyalitas semu. Namun senjakala
Orde Baru akhirnya tiba, pada tahun 1996-1997, muncul konflik antar etnis di
berbagai daerah, pada Juli 1997 kisis moneter Thaiand menjalar ke wilayah Asia
Tenggara termasuk Indonesia, pada tahun yang sama pula Bank duna menyebutkan
bahwa 20-30 persen dana pembangunan untuk Indonesia telah disalahgunakan.
Pada tahun 1998 Soeharto kembali
terpilih sebagai Presiden namun pada saat ini kondisi kesehatan beliau sedang
menurun, pada 13-14 Mei 1998 terjadi peristiwapenembakan empat mahasiswa
Trisakti yang memicu kemarahan massa, masyarakat melakukan demontrasi
besar-besaran menuntut Soeharto meletakkan jabatan hingga pada puncaknya pada
21 Mei 1998 Soeharto tak lagi mampu mengendalikan gejolak ekonomi yang terjadi
di Indonesiaa maka dia pun lengser.
Soeharto kini telah tiada, ketika
dia meninggal para mantan pemimpin negara tetangga datang melayat, media-media
terkenal seperti CNN, BBC, Al Jazeera, dan ABC menampilkan pemakaman jenazah di
Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
CNN menurunkan judul “Thousand Mourn Soeharto’s Passing”
(Ribuan Orang Berduka atas Meninggalnya Soeharto” , sementara itu ABC
melaporkan kedatangan mantan Perdana Menteri Australia Paul Keating ke Astana
Giribangun. Stasiun televsi Al Jazeera menurunkan laporan bahwa Soeharto dimakamkan
dengan penuh kehormatan sedangkan, media Tanah Air memberikan porsi besar
berita seputar kematian Soeharto.
Ucapan bela sungkawa juga datang
dari sejumlah pemimpin negara di Asia dan Eropa yang memuji kepemimpinan mantan
Presiden Soeharto.bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara,Soeharto dipandang
sebagai pemimpin yang berpengaruh dan menyebut bahwa Soeharto sebagai negarawan
dan salah satu pemimpin tersebesar di Asia. Para petinggi negara-negara sahabat
juka kompak menyatakan jika Soeharto sebagai sosok pemimpin negara yang selalu
tersenyum, ramah, mudah bergau, dan tak segan membantu negara lain.
Sikap serta kepribadian sosok
Soeharto juga tak lepas dari beberapa faktor yaitu pengaruh masa kecil yang
tidak pernah mengenal stabilitas, tekadnya yang kuat untuk mengubah nasib,
mampu menghapus jejak hitam, mampu memanfaatkan peluang, berani mengambil
resiko, membangun loyalitas, citra yang sederhana, dan penyuka dunia mistik
menjadi sifat yang terus melekat dalam diri Soeharto bahkan hingga saat ini.
Nilai-nilai
Buku Soeharto “Biografi singkat
1921-2008” ini adalah buku yang menceritakan seluk beluk kehidupan seorang
Soeharto yaitu mulai dari masa beliau lahir hingga beliau wafat, bagaimana
seorang Soeharto merintis pendidikan usia dini hingga menjadi panglima TNI pada
masa itu hingga beliau diangkat menjadi seorang pemimpin negara yang pada
kepemimpinannya beliau dikenal kontroversi dalam memerintah hingga tersandung
kasus yang membuatnya harus dipaksa turun dari kursi jabatannya, namun dri
banyaknya kontroversi Soeharto tetaplah bapak pembangunan yang selalu dikenang
dengan keprbadiannya yang khas bahkan sampai beliau menutup usia.
Buku ini mengajarkan bahwa manusia
adalah makhluk biasa yang tidak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja,
terlepas dari banyak kekurangan yang dimiliki seseorang pasti ada kelebihan
yang pada akhirnya akan menjadi hal yang akan di kenang dan kebaikan itulah
yang pada suatu saat akan menularkan kebaikan pada generasi selanjutnya.
Refleksi
Buku berjudul Soeharto “Biografi
singkat 1921-2008” banyak menginspirasi pembaca khususnya kaum muda karena buku
ini mengisahkan tentang perjuangan seorang Soeharto yang memulai kehidupan dari
bawah dan kerasnya kehidupan hingga pada akhirnya beliau mendapatkan hasil dari
jerih payah yang telah beliau lalui selama itu juga kepada pembacayang lain
agar dapat merubah pandangan tentang seorang Soeharto yang hingga saat ini
masih dicap buruk oleh banyak khalayak.
Setelah membaca buku ini saya
mengerti arti dari kerja keras dan ketegasan yang membentuk karakter suatu
pemuda hingga pada saatnya nanti generasi muda bangsa menjadi generasi yang
berkarakter.
Artikel
Harapan
Esok Hari
Rasanya baru kemarin negara ini
mengalami krisis dimana para rakyatnya menolak pemimpin mereka sendiri. Ironi
memang ketika melihat hal itu pernah tejadi di negara yang menjunjung tinggi
asas demokrasi ini, benar memang Indonesiadi masa lalu pernah mengalami hal
kelam itu namun yang masih menjadi pertayaan ialah mengapa kita masih menganggap
hal itu teror, mengapa sampai hari ini kita masih menganggap bahwa seorang
Soeharto adalah dalang dari peristiwa itu? Pernahkah kita berfikir jika dengan
peristiwa itu kita dapat menjadi bangsa yang kuatbangsa yang tak dapat disetir
oleh pihak tertentu. Nyatanya tidak ironisnya kita hanya seolah menyalahkan
bukan menjadikan peristiwa itu sebagai titik dimana manusia memiliki harapan.
Idonesia, bicara tentang negara
Indonesia tentu tak lepas dari negara dengan seribu masalah, seribu derita,
tapi pernah adakah setitik fikiran jika hanya rakyat Indonesia yang dapat
melalui semua hal tersebut, bagaimana tidak kita melihat hari ini jutaan rakyat
berdemo ketika kita merasa ada hal yang mengganjal dalam pemerintah, ketika
konstitusi tak lagi dipatuhi, pernahkah kita berfikir tentang apa yang membuat
rakyat menjadi kuat, rakyat sebagai penguasa, rakyat sebagai penentu hukum itu
adalah dampak dari masa lalu.
Indonesia negara yang kuat karena
sejarah, negara yang kuat karena masalah,
negara yang kuat karena sering mencicipi derita, negara dengan
masyarakat paling kuat di dunia karena mereka memiliki fikiran jika sejarah
adalah awal dari titik harapan dan yang paling penting Indonesia adalah negara
yang menggantungkan harapan negaranya pada jutaan masyarakatnya bukan
pemimpinnya.
Merdeka...
Puisi
Negeri
Negeri ini pernah bercerita
Bercerita suka
Bercerita duka
Bercerita gembira
Bercerita luka
Manusia sudah melupa
Tentang cerita bapak pembangun suka
Mereka hanya ingat sejarah durjana
Bukan tentang pangan murah suatu
masa
Bukankah kau muak membaca puisi
Ia seperti ilusi
Apalagi pusi ini tak banyak isi
Maka dari itu mari kita sudahi
Analisis Teks
Teks Persuasif
LINGKUNGAN KOTA TRENGGALEK
Kita semua mengetahui bahwa kondisi lingkungan Kota
Trenggalek sudah sangat memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat
membuang sampah sembarangan dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak
teratur, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak
dan maraknya penebangan liar yang terjadi. Contohnya saja pada waktu kota
Trenggalek sendiri tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi karena
hutan-hutan yang ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa meresapkan
air hujan ke tanah sehingga arinya menggenagi kota.
Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk
hidup di Kota Trenggalek, temasuk kita manusia. Pernapasan kita dapat terganggu
dan keindahan Kota ini tercemar serta akan menjadi sarang bibit-bibit penyakit.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Trenggalek
berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di
antaranya adalah dengan usaha yang kecil yaitu membuang sampah pada tempatnya,
serta dengan usaha penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang
sampah di sembarang tempat serta tidak membuang limbah rumah tangga di
sungai. Ini semua dapat mengendalikan keindahan, kebersihan serta
kenyamanam Kota kita.
Analisis
Stuktur Teks Persuasif
|
STRUKTUR TEKS
|
KALIMAT DALAM TEKS
|
|
Tesis
|
Kita semua mengetahui bahwa kondisi lingkungan
Kota Trenggalek sudah sangat memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat
membuang sampah sembarangan dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak
teratur, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak
dan maraknya penebangan liar yang terjadi. Contohnya saja pada waktu kota
Trenggalek sendiri tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi
karena hutan-hutan yang ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa
meresapkan air hujan ke tanah sehingga arinya menggenagi kota.
|
|
Argumen/opini
|
Ini semua
dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Trenggalek, temasuk
kita manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota ini tercemar
serta akan menjadi sarang bibit-bibit penyakit.
|
|
Ajakan
|
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita
sebagai penduduk Kota Trenggalek berusaha untuk melestarikan lingkungan kota
ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan usaha yang kecil
yaitu membuang sampah pada tempatnya, serta dengan usaha penghijauan,
pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat
serta tidak membuang limbah rumah tangga di sungai. Ini semua dapat
mengendalikan keindahan, kebersihan serta kenyamanam Kota kita.
|
Kaidah
kebahasaan
|
No
|
Ciri bahasa
|
Kalimat
|
|
1
|
Pernyataan umum
|
Kita semua
mengetahui bahwa kondisi lingkungan Kota Trenggalek sudah sangat
memprihatinkan. Banyak sungai yang kotor akibat membuang sampah sembarangan
dan pembuangan limbah rumah tangga yang tidak teratur, pencemaran udara
akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak dan maraknya penebangan
liar yang terjadi.
|
|
2
|
Kalimat ajakan
|
Oleh karena
itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Trenggalek berusaha
untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di
antaranya adalah dengan usaha yang kecil yaitu membuang sampah pada
tempatnya, serta dengan usaha penghijauan, pembuatan taman kota, dan
pelarangan membuang sampah di sembarang tempat serta tidak membuang limbah
rumah tangga di sungai.
|
|
3
|
Sebab akibat
|
Contohnya saja pada waktu kota Trenggalek sendiri
tergenag banjir beberapa tahun lalu, hal itu terjadi karena hutan-hutan yang
ada disekitaran kota telah gundul dan tidak bisa meresapkan air hujan ke
tanah sehingga arinya menggenagi kota.
|
Teks Editorial
BANJIR BAGIAN DARI
INDONESIA
Siapa yang tidak kenal dengan
bencana banjir? Banjir di Indonesia sudah seperti perayaan yang setiap tahun
ada. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan atau seiringnya curah hujan. Penyebab terjadinya banjir yaitu
penyumbatan aliran sungai yang disebabkan seringnya membuah sampah di sungai
dengan sembarangan. Bisa jadi dengan cara penggundulan hutan yang dilakukan
oleh ulah tangan manusia karena sikap manusia yang berfikir
singkat tanpa berfikir ke depannya sebelum bertindak, sewenang – wenangnya
sendiri terhadap lingkungan. Tindakan tersebut berupa penebangan hutan yang
tidak menggunakan system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon untuk menyerap
air sehingga air mengalir tanpa terkendali. Dampak yang ditimbulkan dari banjir
yaitu menimbulkan korban jiwa, rusaknya saran dan prasarana, dan timbulnya
berbagai macam penyakit.
Banjir tidak boleh dibiarkan
menjadi ritual tahunan yang dari tahun ke tahun bukan berkurang melainkan malah
bertambah parah. Kawasan yang terendam air makin meluas karena sekarang
diperkirakan tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami banjir. Setiap ada
banjir, mengalami banyak kerugian yang sangat besar, tiap bencana pada dasarnya
memiliki hikmah yang sama meskipun secara teknis penjelasannya bias berbeda.
Ada satu hal yang tidak akan pernah dipisahkan dari semua itu yakni bagaimana
manusia seharusnya belajar dari alam. Akibat ulah manusia juga bencana itu
datang dari waktu ke waktu dan semakin parah. Bahkan masalah itu jauh lebih
besar lahan kota dihabiskan bangunan beton yang menjulang tinggi ataupun
bangunan yang lain. Kesadaran yang semacam itu hanya muncul sesaat pada saat
terjadi bencana seperti banjir, setelah itu orang akan kembali kepada kehidupan
normal dan melupakan bencana banjir tersebut. Seharusnya kita harus sadar dalam
bencana banjir tersebut.
“Mari
Kita Sama – Sama Menanggulangi Bencana Banjir Dengan Menghilangkan Kebiasaan
Membuang Sampah Sembarangan Dan Mari Kita Menghijaukan Negara Indonesia Ini”.
Analisis
Struktur Isi teks Editorial
|
Teks
|
Struktur
|
|
Siapa yang tidak kenal dengan bencana banjir?
Banjir di Indonesia sudah seperti perayaan yang setiap tahun ada. Banjir
adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan atau seiringnya curah hujan.
|
Pernyataan pendapat
|
|
Penyebab terjadinya banjir yaitu penyumbatan
aliran sungai yang disebabkan seringnya membuah sampah di sungai dengan
sembarangan. Bisa jadi dengan cara penggundulan hutan yang dilakukan oleh
ulah tangan manusia karena sikap manusia yang berfikir singkat tanpa berfikir
ke depannya sebelum bertindak, sewenang – wenangnya sendiri terhadap
lingkungan. Tindakan tersebut berupa penebangan hutan yang tidak menggunakan
system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon untuk menyerap air sehingga
air mengalir tanpa terkendali.
|
Penyebab
|
|
Dampak yang ditimbulkan dari banjir yaitu
menimbulkan korban jiwa, rusaknya saran dan prasarana, dan timbulnya berbagai
macam penyakit.
|
Akibat
|
|
Banjir tidak boleh dibiarkan menjadi ritual
tahunan yang dari tahun ke tahun bukan berkurang melainkan malah bertambah
parah. Kawasan yang terendam air makin meluas karena sekarang diperkirakan
tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami banjir. Setiap ada banjir,
mengalami banyak kerugian yang sangat besar, tiap bencana pada dasarnya
memiliki hikmah yang sama meskipun secara teknis penjelasannya bias berbeda.
Ada satu hal yang tidak akan pernah dipisahkan dari semua itu yakni bagaimana
manusia seharusnya belajar dari alam.
|
Argumentasi
|
|
Akibat ulah manusia juga bencana itu datang dari
waktu ke waktu dan semakin parah. Bahkan masalah itu jauh lebih besar lahan
kota dihabiskan bangunan beton yang menjulang tinggi ataupun bangunan yang
lain. Kesadaran yang semacam itu hanya muncul sesaat pada saat terjadi
bencana seperti banjir, setelah
itu orang akan kembali kepada kehidupan normal dan melupakan bencana banjir
tersebut. Seharusnya kita harus sadar dalam bencana banjir tersebut.
|
Saran
|
|
“Mari Kita Sama – Sama Menanggulangi Bencana
Banjir Dengan Menghilangkan Kebiasaan Membuang Sampah Sembarangan Dan Mari
Kita Menghijaukan Negara Indonesia Ini”.
|
Pernytaan ulang pendapat (Ajakan)
|
Ciri bahasa teks Editorial
|
No.
|
Ciri
|
Contoh
|
|
1.
|
Menggunakan bahasa
sehari-hari
|
Seharusnya
kita harus sadar dalam bencana banjir tersebut.
|
|
2.
|
Menggunakan
kalimat yang seolah kita harus mengetahui atau mengalaminya
|
Kawasan yang terendam air makin meluas
karena sekarang diperkirakan tidak kurang 70% wilayah sekitar mengalami
banjir.
|
|
3.
|
Menggunakan
kalimat penjelas yang tidak berstruktur tetap/ tidak memakai nomor urut
|
. Tindakan tersebut berupa penebangan
hutan yang tidak menggunakan system tebang pilih, akibatnya tidak ada pohon
untuk menyerap air sehingga air mengalir tanpa terkendali.
|
|
4.
|
Menggunakan
konjungsi temporer
|
·
Bisa jadi...
·
Bahkan...
·
Seharusnya...
|
|
5.
|
Menggunakan
konjungsi yang menunjukan akibat
|
·
Akibatnya
|
|
6.
|
Menggunakan
konjungsi yang menunjukan saran
|
·
Seharusnya
|
Resensi
Judul Buku : Hari-hari Terakhir Orde
Baru
Pengarang : Peter Kasenda
Penerbit : KomunitasBambu
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 236 Halaman
Kota Terbit :
Depok
Rangkuman
Tengara Bom Waktu
Pemukiman-pemukiman
orang kecil Tionghoa sudah ada di Indonesia jauh sebelum kedatangan orang
eropa, khususnya di bandar-bandar perdagangan sepanjng pantai utara pulau Jawa.
Penduduk Tionghoa semakin banyak dan bertambah luas ketika Belanda memantapkan
kedudukannya di Jawa, bahkan di kawasan
yang belum berada di bawah kekuasaan Belanda abad ke-18,seperti Kalimantan
Barat dan Bangka. Menjelang 1860, diperkirakan jumlah penduduk Tionhoa di
Indonesia sebanyak 222.000 orang, dua pertiganya berdiam di pulau Jawa.Akan
tetapi, jumlah imigran Tionghoa menjadi relatif kecil sejak 1930.
Pengaruh depresi ekonomi, perang,
revolusi, dan naiknya kekuasaan pemerintah Indonesia merdeka telah membatasi
pertumbuhan penduduk Tionghoa menjadi pertumbuhan yang wajar ( Charles A.
Coppel, 1994: 21-22). Pertumbuhan penduduk Tionghoa di Indonesia berhubungan
erat dengan peranannya dalam bidang ekonomi karena ingin bebas dari kekangan
birokrasi kerajaan Tiongkok.Dalam praktiknya, orang Tionghoa berorientasi pada
system nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, mandiri, semangat
berusaha, keterampilan, dan prinsip-prinsip organisasi sosial yang mudah
beradaptasi.
Pada tahun-tahun terakhir
perkembangan kolonial, orang Tionghoa perantauan makin banyak dipekerjakan
sebagai mandor atau pegawai kantor diberbagai perusahaan orang Eropa. Keadaan
ini menempatkan orang-orang Tionghoa dalam posisi menguasai sebagian besar
ekonomi non agraris di seluruh Indonesia ketika nasionalisme
perusahaan-perusahaan Belanda pada 1950 an. Dalam hubungan ini, sebuah
stereotip mengenai suatu etnis muncul dari pengalaman seorang atau sekelompok
orang yang berhubungan dengan para pelaku dari etnis tersebut; dari sejumlah
pengalaman yang mengacu pada pola kebudayaan, berubah menjadi pengetahuan.
Charles
A. Coppel mengidentifikasi lima stereotip etnis Tionghoa dalam persepsi
penduduk pribumi Indonesia.
Pertama,
etnis Tionghoa cenderung dianggap sebagai bangsa (ras) yang terpisah, yakni
bangsa Cina.Kedua, posisi ekonomi etnis Tionghoa yang diuntungkan dalam
struktur sosial colonial Belanda menjadi sumber ketidaksenangan penduduk
pribumi.Ketiga, etnis Tionghoa lebih suka mengidentifikasikan dirinya dengan
bangsa Belanda dalam struktur sosial colonial yang diskriminatif dan memandang
rendaah penduduk pribumi.Keempat, etnis Tionghoa dilihat sebagai kelompok yang
tidak mungkin berubah dimanapun mereka berada “sekali Tionhoa tetap
Tionghoa”.Kelima, etnis Tionghoa hanya peduli pada kepentingannya sendiri,
khususnya kepentingan ekonomi. Stereotip ini melahirkan kecurigaan mengenai
loyalitas etnis Tionghoa, kecurigaan ini diperkuat oleh pembenaran sejarah
selama periode Revolusi Kemerdekaan RI.
Etnis Tionghoa dilihat tidak memiliki rasa simpati sama sekali, hanya sebagian
kecil yang berperan mendukung nasionalisme Indonesia.
Etnis Tionghoa di Indonesia
dicurigai berperan sebagai “penghubung” antara PKI dan RRT karena banyaknya
orang Tionghoa yang jadi PKI. Kecurigaan tersebut semakin diperkuat dengan
adanya sumbangan-sumbangan politik dari etnis Tionghoa kepada PKI.Kegagalan
upaya perebutan kekuasaan oleh Gerakan 30 September member peluang kepada AD
dibawah pimpinan Mayjen Soeharto untuk menumpas PKI.Pada akhirnya besarnya
gelombang anti-PKI dan tuntutan mundur bagi Soekarno menyebabkan lahirnya rezim
Orde Baru sejak Maret 1966.Stelah terjadi kudeta 1965, oran-orang Tionghoa
dianggap bertanggung jawab atas peranan RRT dalam kudeta yang gagal
itu.Sentimen anti-Tionghoa melambung tinggi dan orang Tionghoa mengalami masa
yang sulit (Leo Suryadinata, 1984: 144). Disamping klaimnya sebagai penyelamat
Negara dari ancaman komunisme dan penegasan komitmen terhadap Pancasila dan UUD
45, rezim Orde Baru merumuskan dua prioritas kebijakan yang menjadi tugas utama
pemerintah. Pertama, pembangunan ekonomi menjadi tugas utama pemerintah.Kedua,
stabilitas politik dengan keamanan nasional.
Pengusaha etnis Tionghoa di era
rezim Orde Baru memiliki hubungan usaha yang berlangsung lama dengan para
perwira AD.
Kapitalis
etnis Tionghoa yang menjalin hubungan dengan rezim Orde Baru demi keuntungan
bisnis disebut pemburu rente (rent seeker) karena mereka hanya mencari
peluang-peluang untuk menjadi penerima rente dari pemerintah Soeharto yang
menyerahkan sumber daya,proteksi , atau wewenangnya. Rente didefinisikan
sebagai selisih antara nilai pasar dari suatu “kebaikan hati” penguasa AD dengan
jumlah yang harus dibayar oleh pengusaha etnis Tionghoa sebagai “balas budi”
dalam konteks hubungan simbiosis mutualisme ini (Yosihara Kunio, 1990:
93).Berkat proteksi ini, pengusaha etnis Tionghoa bekembang pesat.Setelah
peristiwa Malari 1974, dengan penerimaan dari minyak, diantara pengusaha
Tionghoa dan pengusaha Pribumi mulai muncul dikotomi.Hal ini ditandai dengan
penggunaan istilah pengusaha “pribumi” dan “nonpribumi”.
Perkembangan dan pertumbuhan bisnis
etnis Tionghoa tidak lepas dari tarik menarik kebijakan retorika politis
daripada kebijakan nondiskriminatif pada masa Orde Baru .Salah satu bentuknya
adalah penggunaan istilah pribumi-nonpribumi, pengusaha kuat-pengusaha lemah,
dan pengusaha besar-pengusaha kecil, yang pada dasarnya membedakan etnis
Tionghoa dengan pribumi. Dengan kata lain, pengusaha etnis Tionghoa memang
sengaja ditempatkan dalam posisi rawan. Disatu sisi menjadi “sapi perah” disisi
lain menjadi “kambing hitam”. Pengusaha etnis Tionghoa memang harus selalu
adaptif terhadap system pemerintahan atau system usaha yang ada.Sepanjang rezim
Orde Baru, adaptabilitas ini terwujud lewat praktik KKN (N. Nuranto, 1999:
73-74).Risikonya, praktik KKN yang dilakukan pengusaha Tionghoa ini dicemooh
banyak pribumi Indonesia (Aimee Dawis, 2010: 85).
Senjakala Orde Baru
Sejak
awal berkuasa, Soeharto menyertakan pembuatan kebijakan pada kelompok perwira
tinggi AD yang terpilih dan dipercayainya, antara lain Maraden Panggabean, Ibnu
Sutowo, Ahmad Tirtosudiro, Bustanil Arifin, dan Suhardiman. Hal ini bertujuan
untuk menjamin loyalitas dan dedikasi terhadap kepemimpinannya, serta mendapat
dukungan yang solid demi mempertahankan kekuasaannya.Para perwira AD yang
terpenting diantaranya Alamsyah Ratu Prawiranegara, Suryo, Ali Moertopo,
Sudjono Humardhani, dan Yoga Sugama.Masing-masing memiliki latar belakang
kedekatan historis yang erat dengan Soeharto semasa kedinasan di AD.
Dengan
demikian, konfigurasi politik rezim Orde Baru diwatnai oleh dua kekuatan utama,
yaitu Presiden Soeharto dan AD.
Pertengahan 1970-an, empat serangkai
anggota lingkaran dalam yang penting adalah Yoga Sugama, Ali Moertopo, Benny
Moerdani, dan Sudomo. Kelompok inti tersebut mempunyai pandangan yang sama
dengan senior lainnya dalam bidang bisnis. Kelompok inti disekitar Soeharto bersifat
pragmatis.Politik standar yang diatur oleh Soeharto dara para pembantu setianya
menggunakan cara-cara operasi intelijen terselubung untuk mendiskreditkan dan
menggoyahkan lawan-lawan politik mereka.Tujuan kelompok lingkaran dalam, yakni
meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara dominasi AD di masyarakat.Untuk
itu, Islam politis yang menghendaki pembentukan Negara Islam dipandang sebagai
musuh bersama.
Pada akhir kampanye “asas tunggal”
pada 1983-1985, Soeharto secara efektif mampu menetralisasi perlawanan
terhadapnya dan mampu mempertahankan kekuasaannya. Tanpa rasa malu, mereka
menggunakan nama besar keluarga demi memperebutkan kontrak-kontrak besar dan
kerja sama bisnis ketika Indonesia sedang mengejar pertumbuhan ekonomi. Skala
kronisme Cendana mencengangkan, bahkan bagi para perwira AD yang setia kepada
Soeharto.
Figur yang paling berpengaruh dalam
kelompok intelektual independen adalah Nurcholis Madjid, bekas ketua HMI
1970-an yang berada di garda depan memperjuangkan misi Islam dalam demokratik-sipil.
Ia dianggap berperan dalam pembentukan ICMI, tetapi mengambil jarak setelah
ICMI ditarik mendekat ke elite politik pada 1933. Nurcholis Madjid tidak
henti-hentinya bersikap kritis terhadap mereka yang mereduksi ICMI dan
menjadikannya sebagai kendaraan politik B.J Habibie. Namun ia tidak pernah
memutuskan hubungan dengan ICMI. Menjelang akhir rezim Orde Baru, Nurcholis
Madjid mengambil semua risiko dengan tampil secara terang-terangan sebagai
oposisi terhadap pemerintahan Soeharto.
Disamping itu, para aktivis politik
merupakan kelompok paling controversial di dalam ICMI.Mereka dituduh sebagai
antek-antek rezim Orde Baru dan dimanfaatkan Soeharto untuk melawan musuh-musuh
politiknya.Meskipun pada kenyataannya para aktivis tidak pernah padu dalam visi
politiknya.Mereka terbelah menjadi tiga kelompok yang saling bersaing.Pertama,
kelompok populis pro-Soeharto, tetapi anti AD. Kedua, kelompok reformis
anti-Soeharto.Ketiga, kelompok Islam rezimis pro-Soeharto.
Pertanda lain menyusutnya kekuasaan
Soeharto dan meningkatnya relevansi politik massa adalah terpilihnya Megawati
Soekarno Puteri sebagai ketua umum PDI secara mengejutkan pada 1993. Soeharto
yang selalu takut dengan “hantu” Soekarno, menyadari penghormatan terhadap
presiden pertama masih terus mengilhami golongan rakyat miskin.Megawati dengan
cepat muncul sebagai symbol oposisi dan menantang Soeharto atas kursi
kepresidenan dalam sidang Umum MPR 1998. Kenyataan berkata lain, Soeharto
mendukung kongres PDI “tandingan” pada 1996 yang mendudukkan kembali bekas
Ketua Umum PDI, Soerjadi, yang tersingkir. Pengikut Megawati yang menduduki
kantor DPP PDI di kawasan elite Jakarta Pusat mengadakan “mimbar bebas”,
berorasi mengecam pemerintahan Soeharto. Setelah membiarkannya beberapa pekan,
Soeharto memutuskan mengambil alih gedung itu dengan cara kekerasan. Pada 27
Juli 1996, AD dan preman bayaran melancarkan serangan brutal yang menewaskan
sejumlah pendukung PDI dan memicu kerusahan serius di Jakarta. Sebagaimana pada
beberapa peristiwasebelumnya,”dalang-dalang” ekstrimis diidentifikasikan. Kali
ini PRD dituduh bertanggung jawab atas penghasutan kerusuhan, para pemimpinnya
di penjara dalam jangka waktu lama, jaringan simpatisannya dianiaya, disiksa,
dan dalam beberapa kasus “dihilangkan” (David Bouchier dan vedi R.Hadiz,
25-26). Inilah gambaran menjelang Peristiwa Mei 1998.
Penghilangan Paksa
Menjelang
runtuhnya rezim Orde Baru, penghilangan paksa terhadap para aktivis
prodemokrasi yang dilakukan oleh AD adalah salah satu rangkaian pelanggaran HAM
dalam upaya mempertahankan kekuasaan Soeharto. Praktik penghilangan paksa
dilakukan oleh Soeharto sejak 1965.Meskipun demikian, rezim Orde Baru sangat
kuat sehingga hanya sedikit orang yang berani mempertanyakan peristiwa
itu.Pasca-peristiwa 1965, Soeharto dan para pendukungnya melihat mobilisasi
politik—yang menjadi kekuatan utama rakyat di masa pemerintahan Soekarno
sebelumnya—menjadi hambatan serius dalam mengonsolidasikan kekuatan rezim Orde
Baru.
Penggulingan
Ketua Umum PDI, Megawati Sukarnoputeri oleh pemerintahan Soeharto melalui
kongres Medan dengan cepat menstimulasi suhu politik di Indonesia yang semakin
memanas dan memunculkan aksi massa. Konfik di tubuh PDI makin melebar ke
sebagian besar basis partai ini. Akhirnya, pendukung Megawati Sukarnoputeri
yang bertahan di kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro melakukan aksi mimbar bebas
yang mendpat sambutan luar biasa dari kelompok-kelompok prodemokrasi. Mimbar
bebas dengan politik mobilisasi massa ini membuat gerah Soeharto karena bisa
meningkatkan momentum ke tahap lebih tinggi daripada peristiwa Malari.Menurut
catatan kepolisian, telepon gelap dengan terror bom menimbulkan kehebohan di 51
lokasi di Jakarta yang menyebar ke Bogor dan Bandung pasca-Peristiwa 27 Juli
1996. Seminggu setelah kerusuhan, Kostrad dan Marinir masih ditempatkan di
sudut-sudut yang dianggap rawan di Jakarta.Berdasarkan pernyataan Komnas HAM
mengenai Peristiwa 27 Juli 1996, terjadi dua peristiwa pokok. Pertama,
pengambilalihan kantor DPP PDI di Jalan DIponegoro No.98 di Jakarta Pusat yang
disertai kekerasan. Kedua, kerusuhan sosial berupa perusakan, pembakaran, dan
penghancuran barang-barang milik umum dan pribadisecara serentak di beberapa
wilayah.Oleh karena itu, pemerintah Soeharto menjadikan organisasi-organisasi
yang melakukan mobilisasi politik untuk mendukung PDI dan Megawati sebagai
kambing hitam.Bagi pemerintah Soeharto, pengejaran dan penangkapan bahkan
penyiksaan terhadap para aktivis PRD (Partai Rakyat Demokratik) bukan sekadar
mencari kambing hitam dalam peristiwa 27 Juli 1996.
Sementara itu , kampanye pemeritah Soeharto untuk memarginalisasikan Abdurrahaman
Wahid telah mengambil sisi yang menarik. Perlawanan rakyat meningkat lagi
menjelang Pemilu 1997 dengan baying-bayang golput semakin membesar karena sikap
pemerintah Soeharto merekayasa Peristiwa 27 Juli 1996 dan intervensi parpol.
Tanpa diduga-duga, aagenda boikot pemilu dan penolakan kader pendukung PDI
Megawati untuk memilih partainya, dimanfaatkan oleh Ketua DPC PPP Solo,
Moedrick Setyawan Sangidoe.Ia mengkampanyekan “Mega Bintang” agar kader-kader
PDI Megawati menitipkan suaranya ke PPP. Puluhan ribu orang mengalir keluar
dari perkampungan padat menuju tempat aktivis PPP dan membawa spanduk-spanduk
untuk dukungan atas koalisi Mega Bintang dan membawa slogan-slogan anti pemerintahan
Soeharto.
Meskipun
Golkar kembali menang, kampanye Pemilu 1997 merupakan kekalahan penting rezim
Orde Baru karena pemaksaan politik massa mengambang telah runtuh.
Untuk
meredam pembangkangan tersebut, pemerintah Soeharto kembali melakukan praktik
penghilangan paksa terhadap aktivis-aktivis simpatisan PDI dan PPP.Mereka
diculik secara misterius kemudian diinterogasi dan disiksa, ada yang kemudian
dikembalikan dan ada juga yang masih hilang hingga kini. Praktik penghilangan
paksa inipun marak juga terjadi di kalangan aktivis-aktivis lain. Menurut
Robert W. Hefner, banyak orang Indonesia mencurigai Soeharto sebagai otak dari
segala kerusuhan yang terjadi dengan menggunakan taktiknya yang terkenal,
memainkan persaingan orang-orang yang sedang menuntut kekuasaan satu dengan
yang lainnya. Akan tetapi, yang lain merasa bahwa masalahnya tidak sesederhana
itu. Realitas diantara berbagai faksi elite penguasa adalah pemicu segala
masalah tersebut.Apa pun tanggung jawab nyata Soeharto, ia terjebak dalam
permainannya sendiri.
Mahasiswa Indonesia
Bergerak
Semakin
jatuhnya nilai rupiah mengakibatkan kepanikan bagi konsumen golongan menengah
atas. Mulai 9 Januari 1998, mereka memborong sembako di pasar-pasar swalayan
dan tradisional secara besar-besaran dan serempak. Kenaikan harga sembako
mendorong sejumlah produsen dan distributor untuk menimbun barang sampai harga
tertinggi.Akibatnya muncul kelangkaan sembako di pasar-pasar.Sebagian besar
mahasiswa yang merupakan korban krisis ekonomi menjadi semakin miskin.Kebutuhan
sehari-hari dan biaya kuliah semakin tidak terjangkau. Keresahan masyarakat
atas melangitnya harga-harga sembako, ancaman putus kuliah, dan masa depan yang
suram di kalangan mayoritas mahasiswa menjadi factor penggerak tersendiri bagi
kalangan kampus dan civitas akademika untuk menyatakan keprihatinannya.
Demonstrasi mahasiswa bermunculan secara sporadik di berbagai kota.
Unjuk
rasa dan keprihatinan tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa, tetapi juga
kalangan cendekiawan, seperti kelompok 19 peneliti LIPI yang menyuarakan
berbagai keprihatinan yang melanda masyarakat. Pada Februari 1998, unjuk rasa
mahasiswa semakin meningkat dan berbagai isu politik dan ekonomi yang terus
dilontarkan menyebar ke berbagai kota.Tindakan penguasa terhadap gerakan
mahasiswa yang semakin marak sejak 1998-an itu dengan menyerang basis
pertahanan kampus.Mahasiswa pun terus siap siaga menggelar aksi keprihatinan di
berbagai kampus.Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan mulai terjadi
meskipun tidak menimbulkan korban jiwa.
Hari terakhir Sidang Umum MPR, unjuk
rasa semakin marak terjadi di berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bandung,
Surabaya, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, dan Ujungpandang.Sidang Umum MPR
diselenggarakan pada 1-11 Maret 1998.Penjagaannya sangat ketat melibatkan 25
ribu personil berjaga siang dan malam.Sidang Umum MPR memang berakhir
mulus.Soeharto kembali menjadi presiden.Soeharto tampaknya menyadari gawatnya
keadaan politik, berkaitan dengan aksi-aksi mahasiswa yang terus membesar
meskipun sudah dilakukan pemberangusan pasca-Peristiwa 27 Juli 1996.Teori
Dalang ternyata salah, operasi penculikan oleh Koppasus terhadap pimpinan PRD
dan kelompok lainnya tidak efektif menghentikan perlawanan mahasiswa.Sebaliknya
yang terjadi ledakan demonstrasi pertama secara intensif dan ekstensif di
Indonesia pada Maret 1998.Jika sebelumnya demonstrasi mahasiswa lebih banyak
dilakukan di dalam kampus dengan berbagai aksi mimbar bebas, maka unjuk rasa
mahasiswa mulai turun ke jalan sesuai siding Umum MPR. Tuntutan para mahasiswa
pun terus meningkat termasuk keinginan mengadakan dialog langsung dengan
Soeharto untuk membahas berbagai macam tuntutan mereka. Memasuki April 1998,
unjuk rasa mahasiswa di berbagai kampus negeri dan swasta sudah melibatkan
ribuan orang.Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan pun tidak
terhindarkan. Meskipun korban sudah mulai berjatuhan, unjuk rasa mahasiswa di
berbagai kota terus berlangsung. Akibat seringnya terjadi bentrokan antara
aparat keamanan dan mahasiswa di berbagai kota yang menimbulkan sejumlah
mahasiswa luka-luka, diselenggarakan pertemuan tertutup antar pejabat aparat
keamanan dengan pimpinan Perguruan Tinggi (Rektor dan Purek III) seluruh
Jakarta, Pejabat Kopertis Wilayah III, Pejabat Kanwil Depdikbud DKI Jakarta di
Markas Polda Jaya Jakarta.
Keputusannya
melarang aksi mahasiswa di luar kampus dan turun ke jalan dengan alasan tidak
bisa menjamin keamanan mahasiswa. Larangan ini tidak digubris oleh mahasiswa,
dua hari kemudian, ribuan mahasiswa duduk di jalan depan kampus UKI Cawang
setelah di blokir aparat keamanan dan melontarkan yel-yel yang lebih tajam
seperti “turunkan soeharto”.
Puncak dari kondisi yang semakin
memanas antara mahasiswa dan aparat keamanan akhirnya meledak dan menciptakan
peristiwa paling tragis. Pada 12 Mei 1998, terjadi penembakan oleh aparat
keamanan terhadap mahasiswa di kampus Usakti yang mengakibatkan tewasnya empat
orang mahasiswa Usakti dan puluhan rekan-rekan mereka luka parah. Penyelidikan terhadap Tragedi Trisakti
menunjukkan mahasiswa sengaja ditembak oleh penembak jitu di bagian kepala,
leher, dada, dan punggung.Berbeda dengan gerakan pada tahun-tahun sebelumnya,
pada1998 berada pada suatu kondisi duka cita.Berbagai musibah datang dan
pemerintahan Soeharto dinilai tidak serius menanggulanginya. Dengan kata lain,
kredibilitas pemerintah Soeharto sudah tidak ada lagi di mata para mahasiswa.
Jakarta Membara
Ketika
aksi damai pada 12 Mei 1998 berubah menjadi Tragedi Trisakti berdarah, semua
orang marah dan menangis. Tragedi Trisakti berdarah tersebut di luar
batas-batas yang dapat diterima secara akal sehat.Kelompok mahasiswa Usakti
yang tidak bersenjata dibantai dengan kejam. Banyak yang tidak mengira kalau
aksi damai pada 12 mei 1998 yang berlanjut dengan long march dari kampus Usakti
menuju gedung DPR/MPR dan dihadang oleh pasukan keamanan di depan bekas Kantor
Walikota Jakarta Barat berakhir dengan kekejaman. Pada 13 Mei 1998, ribuan
mahasiswa dari seluruh Jakarta dan beberapa tokoh masyarakat hadir dalam
suasana dukacita di kampus Usakti Grogol. Peristiwa Mei 1998 di Jakarta dimulai
disekitar kampus Usakti Grogol pada 13 Mei 1998 sekitar pukul 09.00-10.00 WIB.
Ribuan orang berkumpul di depan kampusUsakti untuk menyampaikan duka cita
terhadap tewasnya empat orang mahasiswa Usakti yang terlibat dalam bentrok
dengan aparat keamanan.Sekitar pukul 12.00 WIB, terjadi sebuah pembakaran truk
sampah di perempatan jalan layang.
Banyak
saksi mata yang menyebutkan terbakarnya truk sampah itu agak ganjil, mengingat
daerah seputar kampus Uakti ditutup rapat oleh aparat keamanan yang
menghentikan arus lalu lintas dan memblokir jalan di depan gedung Mal Ciputra.
Melihat kobaran tersebut, massa berubah menjadi brutal dan melakukan perusakan.
Perusakan dan pembakaran yang terus menyebar, mulai dari kawasan di sekitar kampus
Usakti Jalan Daan Mogot, Jalan Kyai Tapa, da Jalan S. Parman. Di Jalan Daan
Mogot, massa mengamuk dengan membakar gedung maupun mobil. Menjelang sore, di
wilayah Jembatan Sempit Angke, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, dan Jembatan Besi
terjadi kerusuhan berupa perusakan dan penghancuran disertai isi rasial
anti-Tionghoa.
Pada 14 Mei 1998, kerusuhan kembali
terjadi sejak pagi hari dan meluas hamper ke seluruh wilayah Jakarta dan
wilayah sekitarnya seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.Seluruh wilayah
Jakarta pada 14 Mei dalam keadaan mencekam. Di kawasan Salemba dan Jalan Hayam
Wuruk, massa melakukan penjarahan dan pembakaran. Di Jakarta Selatan,
perusakan, penjarahan, dan pembakaran dimulai dari kawasan Mampang Prapatan
sekitar pukul 12.30 WIB. Hanya beberapa saat setelah fajar, sumber-sumber
militer yang lain menuturkan kelompok gangster dari ujung Sumatera tiba-tiba
memasuki Jakarta dengan menggunakan kendaraan pasukan elite.Muladi, seorang
petugas keamanan di Glodok Plaza yang banyak ditinggali etnis tionghoa
menyaksikan lebih dari 2.000orang berjalan kaki menuju pusat perdagangan
itu.Menurut aktivis perempuan Ita F. Nadia, ada sepuluh orang memaksa masuk ke
sebuah rumah dan menghancurkan isinya serta memperkosa perempuan yang ada
didalamnya. Seorang perempuan tua dipaksa untuk melihat cucunya diperkosa
dengan botol dan ditempat lain seorang ibi ingin bunuh diri setelah melihat
anaknya diserang di depan matanya. Pada 13-14 Mei 1998, Soeharto menyaksikan
kekerasan massa di Jakarta lewat layar televisinya di Mesir ketika menghadiri
pertemuan G15. Sejak terpilih kembali menjadi presiden pada Maret 1998, telah
terjadi banyak demonstrasi yang puncaknya pada Tragedi Trisakti. Kekerasan
massa yang memuncak setelah Tragedi Trisakti terjadi di berbagai kota seperti
Jakarta, Solo, Surabaya, Lampung, dan Palembang, dengan penjarahan, pembakaran,
perkosaan, dan pembunuhan. Hal ini mengikuti kekerasan serupa yang terjadi di
Medan yang menyerang etnis Tionghoa baik properti bisnis dan seksual
perempuannya.
Setidak-tidaknya,
di tiga kota, sejumlah besar perempuan Tionghoa dan sebagian kecil pribumi
menderita pelecehan seksual.
Identifikasi
Buku yang berjudul Hari-Hari
Terakhir Orde Baru ini telah membahas tentang sebuah apa yang menjadi
permasalahan di kala Orde Baru. Buku ini sudah menjelaskan tentang
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Buku ini memberikan titik terang kepada kita
untuk membongkar apa yang menjadi akar-akar permasalahan tentang kasus
terdahulu dan penyebab berakhirnya rezim Orde Baru. Dengan demikian kita dapat
mengetahui sejarah rezim Orde Baru hingga munculnya Rezim Reformasi.Serta latar
belakang terjadinya rasialisme kepada etnis Tionghoa yang berasal dari isu
anti-etnis Tionghoa.
Dan
terjadinya unjuk rasa besar-besaran yang terjadi diberbagai kota yang
menjadikan sebuah krisis besar yang menerpa negeri ini. Dan buku ini pun
mengungkap apa yang melatar belakangi Soeharto melakukan kasus-kasus
pelanggaran HAM melaluikroni-kroninya AD. Dan tindakan yang membuat memuncaknya
dan meletusnya banyak demonstrasi besar di berbagai kota akibat tindakan aparat
keamanan yang menewaskan empat orang mahasiswa Usakti yang membuat tragedy
berdarah pada 1998.
Evaluasi
Dalam buku Hari-hari
Terakhir Orde Baru ini telah menjelaskan secara rinci perihal apa yang terjadi
pada masa terakhir rezim orde baru, amun bahasa yang digunakan terlalu berat
sehingga tidak semua orang dapat memahami apa isi dalam buku tersebut namun
untuk pembaca yang memiliki ketertarikan dalam sejarah buku ini sangat bagus
untuk menambah wawasan para pembaca
Judul : Soekarno’s Wife “Bidadari-Bidadari di Sekitar Bung
Karno”
Penulis : Rachmat Darsono
Editor : Kaka Alvian Nasution
Penerbit : Buku Biru-Diva Press
Tahun Terbit : Pertama, Februari, 2014
Jumlah Hlmn : 190 halaman
Resensi oleh :
NAMA : DONI ROMADHONA
NIM :
160211601899
OFFERING : B
Kekuatan
Cinta dalam Sebuah Perjuangan
Soekarno telah menikahi sembilan wanita. Darah
bangsawannya yang membuat sang Bapak Proklamasi ini begitu mudah mencintai
banyak wanita. Inilah sisi manusiawi Soekarno dibalik kharismanya yang gagah dan disegani para
pemimpin lain. Istri pertama Soekarno adalah Siti Oetari. Oetari adalah putri
dari pahlawan nasional pemimpin Sarekat Islam, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto.
Pada waktu itu Oetari masih berumur 16 tahun. Sedangkan Soekarno belum genap 20 tahun. Sebenarnya,
Soekarno tidak terlalu mencintai Oetari karena telah menanggap anak
Tjokroaminoto tersebut sebagai adik sendiri. Namun, karena adik Tjokro yang meminta Soekarno
untuk menikahi salah satu anak pemilik rumah yang dia tempati tersebut (halaman
20). Namun, sayang pernikahan mereka
kandas karena Bung Karno harus pindah ke Bandung karena melanjutkan sekolah ke
THS (sekarang ITB). Perpisahan dengan Oetari, ternyata membuat Soekarno bertemu
dengan Inggit Garnasih. Walaupun Inggit adalah seorang janda, namun mampu
membuat hati Soekarno luluh. Mereka menikah pada 23 Maret 1923 di Bandung. Saat
itu umur Bung Karno 22 tahun dan Inggit 36 tahun. Inggit memiliki posisi
penting dalam hidup Bung Karno, karena
telah menemani dia saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Inggit adalah
orang yang setia, tegar dan tabah. Dari buku-buku yang dibawa Inggit maka
lahirlah teks pidato Soekarno yang berjudul Indonesia Menggugat. Inggit selalu
memotivasi Bung Karno agar bersabar dan menunggu masa lepas dari tahanan dan
kembali memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, pernikahan ini pun harus berakhir karena Bung Karno
kembali mencintai wanita lain ketika diasingkan ke Bengkulu. Perempuan itu
bernama Fatmawati, anak dari Hassan Din dan Siti Chadijah yang menjadi tokoh
Muhammadiyah di Bengkulu kala itu. Dalam masa pengasingan Bung Karno menempati
rumah Hassan Din. Dan ternyata Bung
Karno mencintai anak Hassan Din, Fatmawati. Ketika telah kembali dari Bengkulu,
Bung Karno sering murung dan merasa kangen pada Fatmawati. Karenanya, dia ingin
menikahi Fatmawati namun Inggit kurang senang dan meminta Soekarno
mengembalikannya ke Bandung saja. Bung Karno yang waktu itu masih mencintai
Inggit juga, hanya bisa mengiyakan saja. Maka, menikahlah Bung Karno dengan
Fatmawati pada bulan Juni 1943. Dari pernikahan ini lahir Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Fatmawati terkenal sebagai penjahit bendera
pusaka merah putih yang ternyata telah dia jahit setahun setengah sebelum
kemerdekaan. Dialah Ibu negara pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah kelahiran Guruh Putra 15 Januari 1953. Bung Karno meminta izin pada
Fatmawati untuk menikahi Hartini. Fatmawati mengizinkan namun, dia tak mau
dipoligami. Akhirnya, Hartini dinikahi di Istana Cipanas pada 7 Juli 1953. Bung
Karno berjanji akan menjadikannya istri terakhir, karenanya Hartini memberikan
seluruh kesetiaannya pada Bung Karno. Semua wanita yang pernah ada dalam hidup
Bung Karno memberikan dampak dan kontribusi bagi kehidupan Bung Karno dalam
memimpin negeri ini .
Membaca
kembali sejarah hidup Bung Karno dengan bidadari-bidari di sampingnya, seperti
embaca lembaran-lembaran silam semangat Bung Karno menata bangsa ini. Lewat
istri-istrinya, Bung Karno mendapat suntikan semangat dan dorongan untuk tetap
bekerja keras memperjuangkan bangsa ini.
Buku
ini sarat dengan pengetahuan, cocok dibaca siapapun untuk mengetahui siapa saja
istri Putra Sang Fajar, kontribusi mereka terhadap Negara, dan kesuksesan Bung
Karno dalam memimpin negeri .
Komentar
Dalam
resensi buku “Soekarno’s Wife “Bidadari-bidadari di Sekitar Bung Karno” milik
saudara Doni Romadhona ini menurut hemat saya pada paragraf pertama tidak
dimulai dengan memperkenalkan buku, penulis, kepopuleran, dan kualitas buku
yang diresensinya. Pada resensi yang baik seharusnya memuat hal-hal yang
tersebut sebelumnya. Pada paragraph satu juga terdapat kesalahan mendasar
seperti kesalahan penulisan: dibalik yang seharusnya “di balik” dan banyak
kesalahan mengenai kata sambung seperti kata “sedangkan” dan kata “namun” yang digunakan pada awal kalimat.
Yang
terakhir yaitu belum ada penilaian kelebihan dan keleman buku lalu penutup
masih sangat minim.
Jurnal Refleksi
Dalam perkuliahan membaca informatif yang diampu oleh Ibu Endah Tri
Priyatni ini saya mendapatkan kesan kesan yang baik. khusunya dalam metode mengajar serta manfaat mengikuti kuliah ini
terutama dalam bidang membaca dan meneliti.
Pada
pertemuan pertama mahasiswa diberi materi tentang perbedaan teks ilmiah dan tek
non ilmiah hal itu ditujukan agar mahasiswa tidak salah faham dan dapat
membedakan secara mudah. Seperti halnya saya yang waktu itu masih bimbang
karena pada mata kuliah ini saya sudah mendapatkannya pada semester yang lalu
dan dari pertemuan tersebut saya mendapatkan pelajaran baru bahwa kita sebagai
mahasiswa harus membaca banyak buku demi menentukan kesimpulan.
Pada
pertemuan selanjutnya setelah mahasiswa sudah dapat membedakan kedua teks,
mahasiswa diutus untuk membuat beberapa resensi buku lengkap dengan evaluasi
dan membuat beberapa pertanyaan. Hal ini menurut saya ditujukan agar mahasiswa
memiliki sifat kritis kepada buku meskipun buku tersebut adalah cetakan dari
media terpercaya. Metode ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih memahami apa
itu teks informatif selain itu mahasiswa juga lebih sering membaca buku
dibandingkan sebelumnya. Hal itu tentu menjadi dampak yang positif apalagi di
era sekarang banyak mahasiswa ataupun peserta didik lain yang sudah tidak sadar
akan manfaat membaca.
Selanjutnya
setelah meresensi beberapa buku mahasiswa diberi tugas untuk membuat resensi
berikutnya namun menggunakan buku terbitan terbaru. Hal tersebut menurut saya
bertujuan agar mahasiswa mempunyai wawasan tentang buku terbaru dan dapat
membandingkan atara terbitan baru dengan terbitan lama namun banding disini
bukan berarti dalam artian baik atau buruknya karya.
Pada
tugas selanjutnya mahsiswa diberikan sejumlah soal untuk dikerjakan di dalam
kelas, soal yang disajikan bertujuan agar mahasiswa menjadi kritis dan teliti
terutama dalam bidang membaca dan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam
meneliti suatu teks.
Tugas
berikutnya lagi mahasiswa ditugaskan untuk membuat ikhtisar pada buku yang
telah dibuat resensi atau yang belum di resensi terbitan lima tahun terbaru.
Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuat kalimat simpulan tentang buku
atau suatu teks dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan bagaimana mereka
dapat mengerti tentang kaidah kebahasaan serta urutan membuat ikhtisar.
Ada
lagi tugas menganalisis teks, pada tugas ini mahasiswa di kelas dibentuk
kelompok lalu ditugaskan untuk menganalisis teks, menurut saya hal itu
bertujuan agar mahasiswa dapat menjaga komunikasi antar kelompok serta dapat
mengetahui dan mengerti tentang berbagai macam teks.
Pada
tugas terakhir mahasiswa diberikan tugas untuk membuat teks multimoda dimana
dalam teks tersebut mahasiswa membuat artikel dan puisi reflektif dari resensi
yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengambil intisari
dan pesan yang di sampaikan dalam buku yang diteliti.
Kemudian
untuk manfaat secara langsung yang dapat diterima dari paparan yang telah saya
sebutkan diatas adalah bagaimana kita menumbuhan rasa gemar membaca untuk
memperluas wawasan.
Dari
mata kuliah yang telah saya ikuti ini saya berharap mendapatkan nilai maksimal
yaitu nilai A. pada akhir paparan ini saya menyampaikan permohonan maaf saya
apabila selama perkuliahan berlangsung saya sering berbuat hal yang menyebabkan
tidak kondusifnya suasana kelas dan sering meminta izin karena tugas kampus
lain yang harus di selesaikan, akhir kata apabila dalam paparan ini atau dalam matakuliah
ini ada kata yang tidak berkenan dalam hati Bu Endah saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Terimakasih Ibu Endah.


Kurang cermat dalam hal ejaan dan tanda baca!!!!
BalasHapusResensinya kok panjang amat.....
Komentar karya teman jangan diposting di dini. klik karya teman, baca, beri komentar di kolom komentar.
Tulisan mengalir-enak dibaca. Terus membaca dan saya tunggu karya-karya terbaik lainnya!