Senin, 15 Mei 2017

Wasilatul Maghfiroh

Tugas 1




Identitas Buku
Judul Buku      :Hartini (memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Pengarang       :Anang YBPenerbit    :PT Kompas Media Nusantara
Tahun              :2016
Tebal halaman :200 halaman
ISBN               :978-602-412-012-2

Catatan tentang Kredibilitas Buku
Buku ini ditulis oleh Anang YB yang merupakan penulis naskah sekaligus editor. Buku ini merupakan karya ke-21 yang memakai namanya. Selebihnya ada dua puluhan naskah orang lain yang telah dia sunting. Karya Anang YB ini telah diterbitkan melalui penerbit buku yang terpercaya serta tidak sembarangan dalam menerbitkan buku, seperti Kompas, Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo. Jadi, buku ini tidak perlu dipertanyakan lagi akredibilitasnya.

Ikhtisar:
            Buku ini menceritakan tentang sebuah perjuangan dari seorang perempuan yang menjalani kehidupan dengan kesabaran yang amat besar. Ia adalah Hartini. Hartini kehilangan anaknya yang bernama Nandito masih berusia 9 bulan yang awalnya mengalami sakit tuberculosis dan tak disangka ternyata anaknya meninggal virus HIV. Pada saat anaknya meninggal akibat virus HIV Hartini tidak percaya bahwa ia dan suaminya juga  mengidap virus HIV. Suaminya berkilah bahwa anaknya mengidap HIV berasal dari jarum suntik bukan berasal darinya dan suaminya Leo menolak untuk melakukan tes. Hartini sebelumnya pernah menikah 2 kali dan mempunyai 1 orang anak yang bernama Iyya dari suami pertamanya dan kemudian bercerai. Lalu setelah itu ia menikah lagi dan memiliki seorang anak namun meninggal pada saat usia kandungan 6 bulan karena mengalami kebocoran paru-paru. Pernikahan dengan suami yang ke tiga inilah yang memberikannya virus HIV yang melekat selamanya ditubuhnya.
            Setelah anaknya meninggal, ia merasakan ada hal yang tak wajar dirasakan tubuhnya. Kondisi kesehatannya menurun, ia mudah terserang penyakit dan dia teringat bahwa gejala yang dialaminya sama halnya dengan penyakit yang dialami oleh Nandito mulutnya berjamur dan sussh untuk mengunyah  makanan dan membuatnya kurus sekali. Pernikahannya dengan Leo membuat Hartini merasakan sengsara, ia sering dianiaya oleh Leo karena cemburu yang tak jelas, akan tetap Hartini masih mencoba bertahan karena terkadang Leo bersifat sangat manis akan tetapi terkadang dia tiba-tib menjadi sangat kasar kepada Hartini. Mertua hartini juga tidak menyukai Hartini dan ketika Nandito meninggal mertuanya menyalahkannya dan memakinya.
            Saat kondisi Hartini semakin memburuk, ia mulai melakukan tes HIV dan ternyata dia positif, saat itu Leo masih sedia menemani Hartini dan menyuruh Hartini untuk tidak memberitahukan penyakitnya. Kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh Leo terhadap Hartini terus terjadi meskipun dia dalam kondisi sakit dan hal ini akhirnya diketahui oleh ibu Leo yang tak lain adalah mertua HartIni dan membuat mertuanya yang awalnya membencinya berubah sangat menyayangi dan sangat perhatian kepada Hartini.
            Hartini tidak menceritakan penyakitnya kepada siapapun dan dia merasa perlu untuk bercerita namun dia takut membuat keluarganya kecewa karena penyakitnya adalah penyakit yang hina. Hartini memutuskan untuk menelpon ibunya dan akhirnya ibunya mengetahuinya. Setelah kekerasan yang terus dilakukan oleh Leo akhirnya ia memilih untuk bercerai karena bapaknya telah mengetahui bahwa Hartini telah disiksa oleh suaminya dan diteror. Dengan semua kejadian itulah Hartini mantap bercerai dari Leo. Setelah ia bercerai dia memulai hidupnya yang baru, ia aktif dalam kegiatam masyarakat yang berkaitan dengan HIV dan dia banyak meberikan semangat antar sesama yang terinveksi viru HIV atau bisa disebut dengan ODHA. Dari kegiatannya inilah Hartini memiliki kehidupan baru dan semangat baru dia banyak merubah pandangan buruk masyarakat terhadap ODHA. Dia merangkul sesama penderita ODHA dan dia menyemangati mereka agar mereka menikmati kehidupannya layaknya orang normal.
            Saat itu Hartini menikah lagi dengan sesama pengidap HIV karena ia ingin mempunyai anak untuk mengabulkan keinginan anaknya Iyya . akan tetapi pernikahannya ini justru membuatnya sengsara lagi karena suaminya tak mau memberikan nafkah dan justru malah membuat kehidupannya berantakan dan lagi lagi dia harus mengalami pernikahan yang gagal. Namun setelah dia bercerai, dia bertemu dengan Firman yang merubah hidupnya menjadi lebih baik. Awalnya Hartini tak yakin Firman akan menerimanya ketika Firman tahu bahwa dia mengidap HIV. Akan tetapi kejadian itu terbukti ketika Firman ingin meminjam sikat gigi dan Hartini takut kalau Firman memakai sikat giginya ia akan tertular virus HIV. Namun, dugaan Hartini salah Firman hanya mengetes karena Firman sebenarnya sudah tahu namun dia ingin mendengar langsung dari Hartini. Setelah Hartini dikenalkan dengan keluarganya mereka berdua menikah. Setelah berkonsultasi dengan dokter dan dengan status Hartini yang sudah undetected ia memutuskan untuk langsung hamil untuk mengabulkan permintaan Iyya dan tanpa diduga Hartini mengandung lalu melahirkan seorang bayi cantik yang bernama Nacita. Setelah Nacita lahir, Nacita harus melakukan berbagai tes dan meminum obat agar ia tak tertular virus HIV.  Iyya sangat merasa senang dan bangga mempunyai ibu seperti Hartini yang selalu berusaha mengabulkan semua keinginannya  dan keinginan terbesarnya sudah dikabulkan.
            Dengan cerita inspiratif dari Hartini, ia banyak diundang ke acara seminar-seminar dan yang tak disangka dia dihubungi oleh pihak acara Kick Andy yang dipandu oleh Andi F. Noyya. Hartini merasa sangat bangga sekaligus tak percaya dia bisa diundang dalam acara sebagus itu. Ketika tim dari acara tersebut Hartini tak diperkenakan untuk menutup wajahnya dan dia meminta izin kepada suaminya dan suaminya mendukungnya bahkan bangga terhadapnya. Dari acara tersebutlah dia juga membuka status terhadap ayahnya. Awalnya ia merasa takut ayahnya akan marah kepadanya. Akan tetapi, ayahnya sama sekali tak marah malah ia menyesal karena tak bisa ada disamping Hartini saat dia sakit.


Nilai-nilai:
Buku ini berisi tentang kisah hidup Hartini seorang perempuan yang mengidap virus HIV yang berasal dari suami ketiganya. Buku ini sangat inspiratif karena memuat berbagai pengalaman manis pahit dalam kehidupan Hartini.
Buku ini juga menceritakan perjuangan dan semangat Hartini dalam melawan virus HIV tersebut hingga akhirnya ia berhasil bangkit dan membuat virus tersebut terdeteksi undetected. Dalam buku ini pula dapat diambil pelajaran hidup tentang sabar, ikhlas, serta cinta sejati yang benar keberadaannya. Hartini sangat sabar dalam menerima kenyataan kehilangan kedua anaknya, tentang kenytaaan kekasaran suaminya serta sabar dalam mengadapi penyakit yang telah merenggut anaknya bahkan nyawanya sendiri.
Buku ini juga mengajarkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala yang terjadi pada manusia merupakan kehendak Tuhan. Sebagai seorang manusia ita hanya bisa lapang dada sert harus selalu tersenyum meskipun banyak kepahitan yang terjadi dalam kehidupan. Seperti yang telah diajarkan oleh kisah hartini. Hartini selalu ikhlas serta tetap optimis dan tersenyum dalam menjalani kehidupan yang begitu pahit.

Refleksi
Buku yang berjudul Hartini Memoar Seorang Perempuan dengan HIV ini memberikan banyak sekali inspirasi kepada para pembacanya terutama kepada kalangan yang juga mempunyai kisah yang sama seperti Hartini yaitu seorang pengidap virus HIV. Dalam buku ini diceritakan tentang kesabaran serta keihklasan Hartini dalam menjalani hidup yang begitu pahit setelah dia tahu bahwa anaknya meninggal karena virus HIV yang dideitanya juga.
            Setelah membaca buku ini saya baru sadar betapa beruntungnya hidup saya karena bisa menjalani kehidupan dengan kondisi sehat. Akan tetapi dibalik rasa syukur, saya sadar bahwa saya selalu banyak mengeluh ketika dihadapkan oleh sesuatu yang sulit sedikitpun. Selalu emosi ketika yang saya rencanakan dalam kehidupan ada hambatan. Terkadang saya merasa bahwa ketika mendapat kesulitan, saya adalah orang paling sulit di dunia ini tanpa berkaca bahwa masih banyak orang yang lebih sulit akan tetapi mereka tetap tersenyum  dalam menjalani kehidupan.



Artikel:
Tersenyumlah Lawan Gelap Dunia

            Tidak ada hidup yang tidak ada ujian. Hidup kita bergantung kepada rasa ikhlas kita ketika kita sedang di uji. Ada yang sedikit-sedikit mengeluh dalam menjalani kehidupan, ada yang selalu merasa kurang meskipun telah mendapatkan yang ia inginkan. Ada pula orang yang selalu tersenyum ketika hidupnya tengah diuji oleh rasa kehilangan sekalipun. Orang-orang yang seperti inilah orang yang sejatinya abadi dalam kebahagiaan.
            Tidak ada yang bisa menyalahkan keadaan. Pahit manis kita hanya perlu menelannya dengan lapang dada. Siapa bilang orang yang tidak mendapat ujian merupakan orang yang paling beruntung. Salah! Orang-orang yang sering di ujilah yang merupakan orang yang disayang Tuhan. Kita sering mendengar bahwa Tuhan tidak akan menguji kita di luar kemampuan kita. Tapi kita terlalu serakah dalam menikmati keadaan. Kita tidak pernah mau memikirkan solusi ketika kita diuji, kita hanya sibuk memaki tanpa tahu diri. Dunia tidak pernah salah ketika menggelapkan kehidupan. Kita sendiri tidak mau berusaha untuk menjadi penerang bagi diri sendiri apalagi orang lain.
            Tersenyumlah. Senyum tidak akan mengurangi rasa sedih kita. Senyum memang tidak mampu menggantikan posisi yang hilang dalam diri kita. Akan tetapi, tersenyum bisa menerangkan sisi gelap hidup kita. Hanya dengan senyum orang lain tidak akan tahu betapa pahitnya kehidupan kita. Setidaknya kita tidak perlu meminta belas kasihan dari orang lain. Ketika kita tersenyum kita akan merasa bahwa hidup kita masih cukup baik-baik saja. Dengan tersenyum kita tidak akan mengeelapkan dunia orang lain.
            Sekali lagi tersenyumlah, karena senyum adalah obat paling ampuh dalam mengatasi rasa sakit. Ikhlaslah karena kita akan tahu seberapa kuat diri kita ketika kita berada pada posisi paing bawah sekalipun. Dunia kita tidak akan gelap karena orang lain. Dunia kita akan gelap  karena diri kita sendirilah yang tidak mau menjadi cahaya.


Puisi Reflektif

Kita Tetap Cantik

Kita bidadari yang tak bersayap
Kita penghuni surga bagi mereka pangeran yang biadab
Kita adalah tulang rusuk bagi rusuk rusuk yang tengah tercecer di atas atap

Kita adalah atap bagi mereka yang tengah sesat
Tersenyumlah!
Bersabarlah!
Menangislah!

Kita akan tetap cantik
Tulangmu akan lebih kuat dari rusuknya
Kita akan tetap cantik
Tak peduli mereka menginjak rusuknya

Sekali lagi tersenyumlah!
Katakan pada mereka bahwa kita bukan makhluk lemah
Bersabarlah!
Malaikat kecil kita akan tahu bahwa kita adalah wanita tercantik yang pernah ia punya
Menangislah!
Kita akan tetap cantik sekalipun tulang rusuk kita tidak akan pernah bersua dengan empunya.



Tugas 2
tidak ada spasinya tidak bisa diupload

Tugas 3
Resensi dan Komentar



Judul Buku      :Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini
Pengarang       :Th. Sumartana
Penerbit           :Gading Publishing
Tahun              :2013
Tebal halaman :137 halaman
ISBN               :978-602-17575-0-5
 

Hidup Adalah Teka-Teki Cerita
            Sudah banyak karya dan kajian yang ditulis orang mengenai Kartini. Buku ini di tulis berdasarkan cerita yang dialami oleh Kartini. Penulis menulis buku ini berdasarkan kegelisahan Kartini dalam batinnya. Ia bimbang ketika ia berhadapan dengan permasalahan antara Tuhan dan agama.
            Banyak yang mengatakan bahwa hidup merupakan pilihan serta keyakinan. Kita lupa bahwa sebenarnya hidup adalah potongan teka-teki yang harus dilengkapi. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi satu menit kedepan dalam kehidupan dan tidak akan ada yang tahu bahwa yang kita yakini awalnya dapat pudar secara perlahan tergerus oleh pikiran. Ya, tentu saja pikiran kita sendiri yang bisa mengubah keyakinan menjadi keraguan. Seperti halnya biografi hartini yang ditulis melalui judul buku “Tuhan Dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini” akan membuat pembaca akan merasa dilema, karena pada awalnya pembaca akan merasa sangat terinspirasi dengan perjuangan Kartini yang sangat memperjuangkan kemajuan terutama dalam bidang emansipasi wanita. Akan tetapi, setelah membaca lebih lanjut pembaca akan merasa dilema karena buku ini membahas hal yang sangat sensitif jika diperbincangkan.
            TH Sumartha mengangkat kehidupan Kartini yang pada awalnya menceritakan perjuangan Kartini untuk membuat perubahan terhadap kebudayaan Indonesia yang menyimpang. Perjuangan Kartini untuk membuat emansipasi wanita karena ia sendiri tidak dapat melanjutkan sekolah karena ia merupakan seorang anak gadis yang pada saat itu harus dipingit dn tidak diperbolehkan untuk bersekolah. Diceritakan pula latar belakang keluarga Kartini yang tak banyak diketahui oleh khalayak umum.
            Akan tetapi persoalan lain muncul dan membuat sebuah pergulatan dalam batin Kartini yaitu soal agama dan Tuhan. Kartini merupakan seorang penganut agama yang baik. Suatu ketika dia mengalami suatu permasalahan yang ingin ditentangnya akan tetapi dalam agama yang ia yakini justru memperbolehkannya. Berdasarkan permasalahan itulah timbul jarak antara Kartini dengan Agama serta Tuhannya. Lalu bagaimanakah keyakinan Kartini? Apakah Kartini mulai tidak mempercayai agama?
Awalnya karya ini merupakan bagian dari disertas berjudul Mission at the Cross Road, dari TH. Sumartana (1944-2003) di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Buku ini terbit persis 20 tahun lalu (1993) dan hampir mustahil untuk memperolehnya dipasaran. Penulisnya TH. Sumarthana adalah seorang cendekiawan, sastrawan, kolomnis dan aktivis dialog antariman yang terkemuka pada era 70an hingga awal 2000-an.
Kelebihan buku ini kita dapat mengetahui bagaimana Kartini memperjuangkan perubahan yang besar untuk masyarakat Indonesia terutama tentang emansipasi wanita. Dengan membaca buku ini tentu saja sebagai kaum perempuan kita harus merasa bangaga dengan Kartini. Akan tetapi dalam buku ini kita tahu bahwa buku ini pada dasarnya membahas tentang pergulatan batin Kartini tentang Tuhan dan Agama. Jika orang yang membaca buku ini tanpa didasari oleh keterbukaan pola pikir maka kita akan mudah menuduh atauh bahkan sisi keagamaan kita juga akan terombang ambing pula.
Komentar:
Meski terkadang buku ini membuat pemikiran yang rancu terhadap penilaian sosok Kartini, akan tetapi dalam buku ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kita jangan gampang menyimpulkan sesuatu tanpa mengetahui semua dengan tuntas. Kelemahan buku ini hanya satu, tidak diceritakan secara detail tentang kehidupan beragama Kartini. Akan tetapi buku ini disajikan dengan sangat sederhana namun sempurna karena terdapat bahasa asing akan tetapi ada terjemahannya pula.

Indikator Kekritisan-Kekreatifan Teks Resensi
Wasilatul Maghfiroh
Aspek Penilaian
Kritis
Ada
Belum
Kreatif
Ada
Belum
Catatan
Judul
Judul resensi merupakan kesan/simpulan/ esensi/penilaian terhadap isi buku

Judul resensi berbeda dengan judul buku


Ada judul, namun belum menggugah



Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif

Tidak menggunakan pilihan kata emotif



Menggugah rasa ketertarikan pembaca


Pembuka resensi
Mengenalkan buku: judul, pengarang, kepopuleran buku

Gaya pengungkapan khas/unik


Tidak ada bagian pembuka resensi/bagian pembuka tidak memuat komponen resensisi yang seharusnya
Ada penilaian tentang kualitas buku


Menggugah rasa ketertarikan pembaca


Ada klasifikasi jenis buku





Sinopsis dan detil/informasi tambahan
Mencerminkan keseluruhan isi buku



Ada detil/informasi tambahan

Sinopsis tidak menggambarkan informasi esensial buku, pengungkapan detil tidak menarik. Kata akan tetapi digunakanberulang-ulang dan tidak tepat konteks.

Ada detil/informasi tambahan

Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif


Ditulis ringkas, padat makna





Penilaian
Penilaian kelebihan buku

Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif

Ada bagian penilaian kebelihan dan kekurangan buku, namun belum berisi aspek esensial. Pengungkapan tidak menarik
Penilaian kekurangan buku

Gaya pengungkapan khas/unik


Ada perbandingan dengan buku lain




Tidak dibandingkan dengan buku lain
Penutup
Ada kesan,simpulan, atau rekomendasi

Menggunakan pilihan-pilihan kata emotif

Tidak ada bagian penutup resensi



Gaya pengungkapan khas/unik





KOMENTAR MILIK TEMAN (Nur Afra Lina)

Nur Afra Lina
Judul               : Hartini (Memoar Seorang Perempuan dengan HIV)
Penulis             : Anang YB
Penerbit           : PT Kompas Media Nusantara
Editor              : Andy F. Noya
Isbn                 : 978-602-412-012-2
Tebal               : 186 Halaman
Tahun              : 2016

Komentar
Buku memoar Hartini  memang layak di untuk di baca.  Buku ini bukan hanya bercerita mengenai kisah perjuangan Hartini menghadapi HIV AIDS, tetapi memberikan wawasan dan pegetahuan mengenai HIV AIDS itu sendiri. Seperti yang dipaparkan di halaman 93 yang menjelaskan apa itu Hiv. Terkadang masyarakat masih menganggap bahwa virus HIV dapat menular dengan jabat tangan dan saling bertukar baju, padahal HIV tidak menyebar dengan semudah itu. Dalam buku ini dijelaskanbagaimana kita harus bersikap kedapa penyandang HIV positif, kemudia juga apa saja yang dapat menularkan HIV dan apasaja yang sama sekali tidak menularkan virus HIV. Namun ada sedikit yang perlu disayangkan, dalam buku ini terdapat beberapa kalimat percakapan antara dokter dengan Hartini yang dituliskan menggunakan kalimat yang sedikit vulgar. Padahal mungkin saja pembaca buku ini tidak hanya dari kalangan mahasiswa, jika anak yang masih berumur 17 kebawah membaca ini menurut saya kurang tepat saja jika dipaparkan kalimat seperti itu.


Tugas 4



Jurnal Refleksi Perkuliahan
            Sejak menempuh pendidikan lebih lajut di Universitas Negeri Malang, di pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada awalnya saya merasa bahwa jurusan yang saya ambil mudah dan saya merasa dapat menguasai semua mata kuliah yang ada dalam jurusan yang saya ambil. Akan tetapi saya salah, setelah menempuh semester pertama saya merasa sedikit kaget dengan mata kuliah yang saya sajikan. Pada semester pertama banyak sekali mata kuliah yang dasarnya saja saya tidak mengetahui sama sekali. Pada semester 2 pun seperti itu, ketika mengambil mata kuliah membaca teks informative saya kira pelajarannya akan mudah. Mulanya saya tidak mengerti apa yang perbedaan dari teks ilimah dan non ilimiah. Namun setelah menempuh mata kuliah membaca informative saya mengetahui perbedaan dari keduanya. Teks ilmiah adalah teks yang berisi teori akan tetapi di dalamnya terdapat preposisi yang saling berkaitan. Sedangkan teks non ilimiah ialah teks yang awalnya berisi teori dan akhirnya berisi teori.
            Ketika menempuh mata kuliah ini saya sering merasa bosan karena pada dasarnya saya tidak telalu suka membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan sastra. Saya membaca buku selain novel atau hal yang bersifat imajinatif ketika saya mendapat tugas mata kuliah. Ditambah lagi mata kuliah ini mewajibkan untuk membaca buku informative sebanyak 10 dan itu berarti bahwa setiap minggu saya harus merampungkan satu buku untuk dibaca. Seperti halnya ketika saya membaca buku yang berjudul hartini, buku tersebut mengisahkan seorang perempuan yang mengidap HIV karena suaminya telah menularinya. Akibat dari virus itu Hartini kehilangan anak-anak yang disayanginya serta iapun diceraikan oleh suaminya yang telah memberikanvirus tersebut. Setelah Hartini mengidap penyakit tersebut Hartini banyak menemukan masalah akan tetapi ia tetap sabara dan mengahadapi semuanya dengan sabarn serta senyuman. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan Firman yang akhirnya menjadi suaminya dan semenjak menikah dengan Firman Hartini merasa bahagia karena ia dikarunia seorang anak lagi tanpa mengidap virus yang sama dengan Hartini.
            Setelah saya membaca buku tersebut saya mengetahui bahwa terkadang dengan senyuman serta rasa sabar kita bisa menutupi seluruh rasa sakit kita. Saya dapat mengambil banyak sekali pelajaran ketika membaca buku Hartini tersebut karena disana saya tahu bagaimana cara agar kita tidak mengeluh ketika diberi kesulitan. Adanya mata kuliah ini saya dapat perlahan  mengubah jenis bacaan saya yang pada awalnya hanya novel yang mayoritas berisi kisah percintaan saja serta saya dapat memahami isi buku dalam satu minggu disela-sela tugas yang lainnya.
            Tidak hanya belajar memahami buku atau teks non ilmiah saja yang saya peroleh dari mata kuliah ini. Dari mata kuliah ini saya juga belajar tentang perlunya ketelitian ketika mengerjakan soal atau pertanyaan. Saya sering merasa ketika menjawab pertanyaan, saya rasa jawaban saya sudah paling benar. Namun, dalam mata kuliah membaca informative ini saya perlu belajar membaca dengan cepat namun cermat karena terkadang saya ceroboh dan kurang teliti ketika membaca.
            Tidak hanya menulis refleksi atau ikhtisar, dalam mata kuliah ini juga saya tahu bagaimana cara meresensi buku agar saya dapat membuat sebuah cerita baru berdasarkan buku yang telah saya baca. Awalnya saya merasa bahwa mata kuliah ini benar-benar monoton akan tetapi dari mata kuliah inilah saya mengerti bagaimana cara menulis resensi. Ikhtisar serta refleksi yang ternyata ketiganya sama akan tetapi penulisannya berbeda.
            Saya juga tahu ternyata banyak teks yang saya masih belum ketahui jenisnya, misalnya saja teks editorial. Tak hanya jenis teksnya, tersnyata struktur kebahasaan dari setiap teks itu berbeda. Padahal sejauh yang saya ketahui ketika menganalisis strutur teks kebahasaannya sama, namun dalam membaca informative saya menemukan ilmu baru tentang ragam teks serta cirinya.
            Dalam menulis refleksi buku multimoda di sanalah saya merasa kreativitas serta daya imajinasi saya diasah. Pada saat membaca buku kemudian saya disuruh untuk membuat artikel dan puisi berdasarkan buku yang telah say abaca, saya merasa bahwa dengan membaca karya orang lain saya juga dapat berkarya pula dan dengan menulis refleksi multimoda ini jiwa sastra dari mahasiswa dapat dituangkan dalam puisi.
            Terakhir ialah ketika saya menulis jurnal refleksi perkuliahan saya merasakan bahwa mata kuliah yang awalnya saya rasa membosankan akan tetapi membawa perubahan yang sangat positif dalam kehidupan, merubah pola pikir yang awalnya tidak menyukai  . Terlebih lagi ketika saya merasa bahwa mata kuliah ini dapat menambah satu jendela dunia bagi saya.  Dalam mata kuliah informatif ini saya mengharap nilai A.



4 komentar:

  1. Refleksi yang baik dan tulisan yang disajikan dengan pilihan kata yang menarik.

    BalasHapus
  2. Jurnal refleksi sebaiknya tidak perlu diberi jarak antarparagraf

    BalasHapus
  3. komentar karya teman jangan diposting di sini ya. klik karya teman, baca, berikan komen di kolom komentar!
    Teruslah berkarya-tulisan mengalir-enak dibaca.

    BalasHapus
  4. dari segi judul sangat menatrik dan menarik minat pembaca. selain itu bahasa yang digunakan sangat menarik dan komunikatif sehingga mudah dipahami pembaca. pilihan kata-kata serta diksi yang digunakan dalam puisi reflektif juga sangat kreatif dan menarik.

    BalasHapus